Chapter 105 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 105

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-02

Di ruang ganti baju, Saga sudah

    menganti baju yang baru saja dia pakai dengan setelan baju tidurnya. Daniah

    meletakan pakaian yang baru beberapa jam dipakai itu di keranjang baju kotor. Dengan perasaan

    sayang.

    Cih, baru juga ganti baju sudah

    ganti baju lagi. Inikan namanya pemborosan.

    “ Sayang.” Masih mematung di depan

    lemarinya, dia sudah menarik pintu dan memegangi handle lemari. Tapi belum

    membukanya.

    “ hemm.” Menatap lekat pada

    istrinya.

    “ Aku pakai baju ini saja ya.”

    Daniah menarik ujung roknya. “ aku juga baru pakai tadi.” Sayangkan, bahkan dia

    tidak berkeringat atau kotor sedikitpun. Dia saja hanya bergulingan di sofa

    tadi.

    Saga malah duduk di dekat meja

    penyimpanan jam tangan. Betopang pada satu tangannya menyandarkan bahu.

    “ Ganti bajumu dengan baju tidur.”

    Ishh, kenapa juga aku musti

    bertanya tadi. Tapi apa kau mau duduk di situ selama aku ganti baju. Tidak tahu

    malu sekali.

    “ Sayang kenapa kau tidak menunggu

    di tempat tidur saja?” sudah membuka lemari pakaian lebar, mengambil satu baju

    warna coklat.

    “ Kenapa? Memang apa yang mau kau

    sembunyikan.” Seringai di bibirnya muncul. “ Aku bahkan sudah hafal seluruh

    lekuk tubuhmu.” Tertawanya menyusul kata-katannya. Membuat Daniah memerah malu.

    Dari telinga sampai wajahnya.

    Dasar gila!

    Saga tidak beranjak dari tempat

    duduknya. Melihat istrinya satu persatu menangalkan pakaian lalu berganti

    dengan baju tidurnya. Baju tidurnya memang satu model, hanya berbeda warna.

    “ Ganti dengan warna pink.” Katanya

    tiba-tiba setelah Daniah selesai meletakan baju yang dia pakai di keranjang,

    menumpuk dengan pakaian Saga tadi.

    Apa!

    Setelah Daniah selesai dengan baju

    tidur warna coklatnya. Dia baru bicara, bukannya tadi di awal meminta Daniah

    untuk memakai baju warna pink. Ini dia sedang mengerjaikukan, batin Daniah

    kesal. Dia masih menatap Saga jengah.

    “ Aku mau kau pake yang warna

    pink.”

    Dia ini ya.

    Gemetar-gemetar kesal. Mengambil

    baju tidur berwarna pink dengan gusar. Menutup lemari dengan keras. Kali ini

    sudah tidak bersikap malu-malu. Sudah secepat kilat megganti baju supaya urusan

    cepat selesai.

    Sudah puas!

    “ Ayo tidur, aku lelah.” Menarik

    tangan Daniah. Tidak mengomentari apapun.

    Saga menjatuhkan diri lebih dulu di

    tempat tidur, lalu menarik selimutnya. Sementara Daniah mematikan lampu

    setelahnya juga naik ke atas tempat tidur. Masuk ke dalam bawah selimut.

    “ Mendekatlah!” Daniah mengeser

    tubuhnya, sampai menempel. Dia bersandar di dada Saga, sampai laki-laki itu

    bisa mencium kepalanya. “ Kau bersenang-senang hari ini.” Membelai kepala

    Daniah yang bersandar di dadanya.

    “ Hemm.” Saga menarik telinga

    Daniah mendengar jawaban istrinya. “ Apa?” Daniah bertanya sambil menyentuh

    jemari saga agar melepaskan telinganya. Sakit tahu, begitu katanya lirih.

    “ Jawab dengan benar kalau aku

    bertanya.”

    “ Maaf.”

    Padahal dia kalau ditanya jawabnya

    cuma hemm, hemm. Orang lain suruh menafsirkan sendiri. Memang semua orang

    sesakti sekertaris Han apa.

    “ Kami pergi ke spa, makan dan

    jalan-jalan sebentar tadi.”

    “ Spa?” maksud pertanyaannya tempat

    apa itu, kenapa kalian pergi ke spa.

    “ Ia, tempat untuk pijat seluruh

    badan.” Daniah menjawab sambil memperagakan tangannya memijat kaki Saga di

    sampingnya.

    “ Pijat! Kamu di pijat? Siapa? Kamu

    di pijat siapa? laki-laki atau perempuan hah!” menguncang tubuh Daniah keras.

    Membuat orang kaget saja. Daniah sampai mengeser tubuhnya panik.

    Idih apa-apaan si dia ini.

    “ Dipijat perempuan sayang. Semua

    dipijat perempuan kok. Itu juga spa khusus perempuan.” Saga mengeram kesal.

    Walaupun sudah dibilang dipijat perempuan juga tetap membuatnya kesal. “ Kami

    di pijat ramaianan kok, satu ruangan empat orang.”

    “ Apa empat orang.” Frustasi

    sendiri membayangkan. Istrinya di dalam ruangan bersama empat orang tanpa

    pakaian. “ bodoh! Memang siapa yang mengizinkanmu menunjukan tubuhmu di depan

    orang lain.” Kesal dia mendorong Daniah dari pelukannya.

    “ Apa!” Daniah juga kesal. Ada ya orang

    seperti dirimu ini. Kenapa tidak normal begini jalan pikiranmu. “ Kami kan

    pijat juga pakai baju sayang. Pakai baju. Lagian semua perempuan kok.”

    “ Memang kalau perempuan lantas

    boleh melihat tubuhmu. Cih bagaimana Leela bekerja, begini saja tidak becus.”

    Aaaa kenapa ini, kenapa bawa-bawa

    leela juga. Apa ini maksudnya dia yang selalu mengatakan kalau tuan Saga pasti

    tidak suka.

    “ Sayang maafkan aku.” Merasakan

    sinyal bahaya mengancam. “ Aku benar-benar salah dan tidak berhati-hati.

    Maafkan aku.”

    Apa si, akukan cuma di pijat

    perempuan. Kenapa sampai segitunya. Aku bahkan harus minta maaf karena di pijat

    perempuan.

    “ lain kali kalau kau mau di pijat

    katakan padaku, Han akan panggil ahli memijat nanti, lakukan hanya di depanku.”

    “ Apa?” binggung.

    “ Buka bajumu hanya di depanku.”

    Berteriak.

    “ Ia, ia baik sayang.” Kehabisan kata-kata.

    “ Ahhh, membuat kesal saja.

    Kemarilah.” Menepuk dadanya tempat tadi daniah berbaring.

    Memang aku masih berani kebali ke

    situ.

    “ Kenapa diam?”

    Daniah beringsut mendekat kepelukan

    Saga lagi. Tangan laki-laki itu menepuk kepalanya lembut.

    “ Jangan memancing kemarahanku

    lagi.”

    “ Ia sayang. Maafkan aku.”

    Kalau gila kumohon ada batasannya

    juga tuan muda, standar kehidupanmu ini aneh sekali si. Marah hanya karena aku

    di pijat. Kenapa tidak marah sekalian kalau ada laki-laki yang memanggil

    namaku. Eh, Leela pernah mengingatkanku inikan. Cih, sudah seperti aku ini

    istri yang kamu cintai setengah mati saja.

    Daniah melingkarkan tangannya

    memeluk pingang Saga. Laki-laki itu tidak bereaksi. Tapi hembusan nafasnya

    belum terdengar seperti dia sudah tidur. Daniah mendongak, melihat Saga sudah

    memejamkan matanya.

    Apa dia benar-benar mengantuk ya.

    “ Sayang, apa kau sudah tidur?”

    “ hemm.” Ternyata belum ya gumam

    Daniah.

    “ Apa aku boleh bertanya sesuatu?”

    meneruskan kata-katanya. Dia ingin iseng memastikan sesuatu. Kalau dia

    mendapatkan jawaban itu akan lebih baik, kalau tidak ya sudahlah.

    “ hemm.”

    “ Apa kau mencintaiku?”  menutup mulutnya, terkejut sendiri dengan

    pertanyaan yang ia lontarkan.

    Ayo jawablah, jawablah.

    “ hemm.” Jawaban yang sama dari

    sejak dia mulai bertanya.

    Jadi maksudnya apa?

    “ Apa kau akan menceraikanku suatu

    hari nanti.” Pertanyaan yang memancing kemarahan.

    “ Hemm.” Gemetar-gemetar geram

    sendiri Daniah. Mendongak, mata Saga tertutup. Dia ini sebenarnya sadar tidak

    si, gumam Daniah pelan.

    “ Apa kau benar-benar tidur.” Tuk,

    tuk, menusuk perut Saga, tidak ada reaksi. “ Sayang apa kau punya pacar lain di

    luar sana.”

    “ hemm.”

    “ Berhentilah menjawab hemm, hemm,

    memang aku tahu artinya apa.” menggankat kaki kirinya menyilang di kaki saga.

    Menjatuhkannya dengan keras.

    “ Kurang ajar sekali kau berani

    menindihku.” Suara Saga sama sekali tidak seperti orang yang sedang mengantuk.

    Daniah menarik kakinya pelan turun dari kaki Saga.

    “ Sayang, jadi kau belum tidur ya.

    Haha.”

    Habislah aku.

    “ Kau berisik sekali bagaimana aku

    bisa tidur.” Sudah duduk di samping Daniah yang mulai mengkerut. “ Kau tanya

    apa tadi?” Tangan mulai beraksi, menarik selimut. Menyusuri tubuh Daniah dalam

    balutan baju tidur warna pinknya.

    “ Apa aku mencintaimu? Benar mau

    mendengar jawabannya?” memainkan daun telinga Daniah yang sudah memerah.

    Antara ia, namun juga takut

    mendapat jawaban yang sebenarnya.

    “ Aku akan menjawabnya, kalau kau

    sudah mengandung anakku.” Memasukan jari ke dalam baju tipis Daniah. Tangannya

    menempel di perut, membelainya pelan. Mendengar kalimat barusan, wajah Daniah

    langsung berubah. Dia memalingkan wajah kearah berlawanan. Menutupi perasaannya.

    “ Apa kau sudah ada tanda-tanda hamil?” mencium lembut perut Daniah yang ia

    sibak. Bibirnya menempel tepat di pusar.

    “ Sayang hentikan.” Daniah berusaha

    menyenbunyikan bagian tengan perutnya dengan tangan. “Sepertinya belum. Maafkan

    aku. Sepertinya aku masih bisa mendengar jawabanmu ya.”

    Bagi Saga hamilnya Daniah adalah

    ikatan kuat yang tidak akan bisa membuat Daniah kabur darinya, kalau sampai

    istrinya hamil, dia yakin wanita dalam pelukannya ini akan berhenti memikirkan

    cara meninggalkannya.

    Bagi Daniah, kehamilannya saat ini

    adalah sesuatu yang di luar rencana hidupnya.

    “ Kenapa minta maaf, kita masih

    punya banyak waktu untuk melakukannyakan.” Sudah menjatuhkan diri di samping

    Daniah. Mulai menyentuh leher dengan bibirnya yang lembut. Membasahi telinga

    Daniah dengan kata-kata yang membuat gadis itu mencengkram tempat tidur. Saga

    sudah menarik baju tipis Daniah melemparkannya ke ujung tempat tidur. “ Kau

    yang sudah menggangu tidurku ya. Rasakan akibatnya."

    Sampai Saga selesai dan menjatuhkan

    diri di sampingnya, memeluknya erat, ada buliran airmata di matanya menetes.

    Daniah dirasuki perasaan bersalah dan takut sekaligus.

    Kenapa kau mengatakan menginginkan

    anak dari ku.

    Malam semakin larut, cukup lama

    sampai Daniah juga ikut terlelap di samping Saga.

    BERSAMBUNG

Novel