Chapter 113 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 113

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-14

Daniah masih mematung di depan

    tempat tidur. Dia tidak berani membungkuk kan badan mengambil hp atau pil

    kontrasepsi di dekat kakinya. Matanya beralih mengikuti langkah kaki Saga,

    laki-laki itu melepaskan sandal dengan kasar lalu naik ke atas tempat tidur.

    Meraih bantal dan memakainya untuk bersandar. Meluruskan kakinya sambil memberi

    sorot mata membunuh pada Daiah.

    “ Nyalimu besar sekali ya.” Daniah

    semakin menciut di tempatnya berdiri. Tidak bergerak sedikitpun, dia bahkan

    menarik nafas pelan tanpa menimbulkan suara.

    Apa aku pura-pura mati saja ya,

    tidak, pura-pura pingsan saja. Tapi kalau dia menyiramku atau menginjak kakiku

    aku pasti menjerit.

    Saat ini gadis itu kembali

    menundukan kepala, menatap pil kontrasepsi di dekat kakinya. Ya, dia sangat

    berani, pertama kalinya memutuskan untuk minum pil kontrasepsi sebenarnya iapun

    di hantui ketakutan kalau sampai ketahuan. Namun ketakutan untuk mengandung

    anak Saga jauh lebih menakutkan dari pada ketahuan seperti sekarang. Tapi, saat

    ada di posisi ini, sungguh Daniah menyesali telah menelan pil itu.

    Seharusnya aku lebih takut padanya

    dari pada pada kehamilan.

    “ Katakan, sejak kapan kau

    meminumnya?” suara dan wajahnya masih sangat dingin bertanya. Seperti menumpahkan

    semua kekesalannya.

    Tidak, kalau aku menjawab, dia akan

    semakin mengila.

    “ Hei, kau anggap aku sedang main-main

    sekarang!” sudah mulai berteriak dari tempatnya duduknya bersandar. Dia menekuk

    kakinya, merubah posisi. Daniah terlonjak mendengar suara keras Saga. Dia

    mengatupkan tangannya di depan dada yang mulai gemetar.

    Kemarahannya ada di level

    mematikan, bagaimana ini?

    “ Sejak kau menyuruhku tidur di

    tempat tidur.” Mendongak sebentar, lalu kembali menundukan kepala.

    “ Wahhh, wahhh, luar biasa, kau

    sudah mengantisipasinya dari awal ya.” Sinis menghujam, tidak memberi

    kesempatan Daniah sedikit saja bernafas. Itu artinya sejak pertama kali Saga

    meminta Daniah tidur di atas tempat tidur, walaupun itu masih jauh dari mereka

    melakukan hubungan badan.

    Sepertinya kau benar-benar tidak

    mau mengandung anakku ya. Geram Saga ketika memikirkan kapan waktu tepatnya

    itu. Karena kejadian itu masih teringat jelas di kepalanya.

    “ Maaf kan aku.” Lirih, bahkan

    terdengar seperti gumaman. Masih menatap lantai dan kakinya sendiri.

    “ Maaf, kau pikir cukup dengan

    minta maaf.” Kembali menghardik dengan suara keras. “ Kau tahu seberapa besar

    kesalahan mu padaku  sekarang. Bahkan

    menghukum mu saja tidak bisa mengampuni kesalahan dan penghianatan mu ini.”

    Penghianatan! Memang apa yang kulakukan,

    apa aku selingkuh.

    Tapi nyatanya Daniah tetap gemetar

    dan tidak bisa menjawab apa-apa.

    “Aku akan mengambil alih perusahaan

    ayah mu lalu menghancurkannya tanpa sisa. Menendang adik laki-lakimu dari tempatnya

    magang sekarang, memasukannya dalam daftar hitam Antarna Group. Dia bahkan

    tidak akan punya tempat untuk bernafas di kota ini, dan adik perempuan mu,

    jangan mimpi bisa menginjakan kaki di dunia entertrainer lagi. Itu baru

    setimpal menebus kesalahanmu hari ini.”

    Tubuh Daniah lunglai, dia sekuat

    tenaga menjaga kakinya tetap berdiri. Bahkan kakinya sampai bertumpu pada

    pinggiran tempat tidur, supaya dia tetap berdiri dengan tegak. Keringat dingin

    mulai keluar di telapak tangannya. Membayangkan semua yang Saga katakan akan

    terealisasi semudah dia membalikan telapak tangan.

    Bagaimana ini, aku berlutut dan

    menangispun pasti sia-sia. Dia sangat marah. Kemarahannya menutupi mata dan

    pikirannya. Apa yang harus ku katakan.

    “ Kau mau aku mulai dari mana, aku

    beri kehormatan kau yang memilih?” tertawa.

    Kehormatan, siapa yang merasa

    terhormat menghancurkan keluarganya sendiri!

    “ Maafkan aku. Maafkan aku.” Daniah

    bahkan mengucapkan dengan mulut dan tangan yang gemetar. Dia tidak berani

    mengunakan kata panggilan apapun untuk Saga. Dia mengatupkan kedua tangannya

    memohon.

    Saga terdengar mengumpat di

    tempatnya duduk.

    “ Naik!”

    Kau pikir aku masih berani bergerak

    dari sini. aku pilih berlutut di lantai sambil memohon, dari pada harus naik ke

    tempat tidur.

    “ Naik!” Berteriak keras sambil

    melemparkan bantal yang dipakainya untuk bersandar. Daniah gelagapan

    menangkapnya sampai dia mundur ke belakang.

    Baiklah, bunuh aku dan bebaskan

    keluarga ku. Itu sudah cukup!

    Daniah menyeret kakinya mendekat tempat

    tidur. Memegang bantal yang di lemparkan Saga dalam pelukannya. Dia akan

    memakainya sebagai senjata perlindungan jika hal paling mengerikan yang ada

    dalam bayangannya terjadi. Dia duduk bersimpuh di pinggir tempat tidur. Jarak

    cukup aman yang tidak bisa di jangkau tangan atau kaki saga.

    “ Kenapa kau duduk di situ. Kalau

    aku mendorongmu sedikit saja, kau bisa jatuhkan. Kalau kepalamu membentur lantai

    keras itu, pasti sakit sekali.” Menyeringai dengan sedikit di bumbui tawa kecil.

    “ Mau mencobanya?” Sudah mau mengerakan tubuh mendekati Daniah.

    “ Ti..tidak.” Daniah beringsut

    mendekat ke tengah. Mendekat ke kaki Saga yang selonjoran. Daniah duduk

    bersimpuh dengan bantal berada di bagian dadanya. Dia pegang erat sebagai alat

    perlindungan diri.

    Kau serius kan mau mendorongku

    tadi!

    “ Katakan!”

    Apa! Memang aku tahu apa maumu. Kau

    mau aku mengatakan apa?

    Saga yang membisu setelah dia

    mengucapkan kata katakan. Dia pasti berfikir semua orang seperti seperti

    sekertaris Han yang pahan hanya dengan mendengar dia mendesah saja.

    “ Katakan kenapa aku harus

    mengampuni mu.” Tangannya yang mau menuding kening Daniah hanya menyentuh

    bantal karena Daniah memakainya untuk menangkis. “ Katakan alasannya kenapa kau

    sampai berani minum pil kontrasepsi tanpa seizinku!” suaranya sudah memenuhi

    seisi kamar. Mungkin saja terdengar sampai lorong dan lantai bawah. Jen atau

    Sofi kalau belum tidur juga mungkin akan mendengarnya.

    “ Aku hanya ingin melindungi

    diriku.” Gumam-guman di belakang bantal. Dengan suara rendah, bahkan mungkin

    hanya telinganya yang mendengar.

    “ Katakan dengan jelas! Memang aku

    bisa mendengar gumaman mu di balik bantal itu.” Akhirnya tidak sabar Saga

    menarik bantal yang dipeluk Daniah, lalu mengembalikannya di balik pungungnya

    untuk bersandar. “ Katakan sekarang, kenapa aku harus mengampuni dan menerima

    permintaan maafmu!”

    Keberanian Daniah yang ntah muncul dari mana karena ingin mengalahkan teriakan Saga.

    “ Aku hanya ingin melindungi

    diriku!” Sama berteriaknya, mengalahkan suara Saga. Daniah sampai terkejut dengan

    suaranya sendiri. Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan. “ Maaf.”

    “ Wahh, beraninya kau, sudah melakukan

    dosa sebesar itu masih berani berteriak padaku. Aku menyuruhmu bicara dengan

    jelas, bukan berteriak!” suaranya masih menjangkau langit-langit kamar.

    “ Maaf.” Menundukan kepalanya

    dalam. Dia menarik selimut perlahan, agar menumpuk di depannya, memakainya

    sebagai benteng pertahanan terakhir kalau Saga benar-benar akan murka mendengar

    alasannya. Kalaupun dia akan dipukul, dia bisa sedikit saja melindungi dirinya.

    “ Aku hanya ingin melindungi

    diriku.” Suara Daniah terdengar jelas walaupun dia bicara dengan menundukan

    kepala karena tidak berani matanya bersitatap dengan Saga. Dan walaupun dia

    tidak berteriak juga.

    Cih, alasan yang sama yang di

    katakan Harun. Jomblo itu bagaimana paham betul urusan perempuan. Saga

    mendesah, sambil menatap istrinya yang tertunduk.

    “ Memang apa yang aku lakukan?

    Sampai kau perlu melindungi dirimu?” bertanya seringan dia bernafas.

    Wahh, kau tidak merasa dirimu itu

    menyebalkan ya. Kaukan laki-laki tidak tahu diri dimuka bumi ini. Daniah

    mendongak, tanpa dia sadari dia menatap Saga dengan jengah.

    “ Berani memelototiku, sepertinya

    kau punya nyawa lebih dari satu ya.”

    “ Maaf.” Menundukan kepala lagi.

    “ Sekarang jelaskan dengan benar.”

    Menarik  ujung rambut Daniah yang

    menjuntai. “ Atau kau tinggal pilih, ku hancurkan dari mana keluargamu.” Melepaskan

    rambut yang dia sentuh dengan keras mengenai wajah Daniah. Gadis itu buru-buru

    merapikan rambutnya di belakang telinga.

    “ Karena aku tahu.” Menatap

    sebentar Saga, mata mereka bertemu.

    “ Apa yang kau tahu!”

    Memang apa yang otak bodohmu itu tahu. Aku mencintaimu saja kau tidak tahu.

    Daniah menatap lututnya sendiri,

    menutupinya dengan baju tidur tipisnya. Bagaimana Saga masih memikirkan

    menyuruhnya menganti baju. Bahkan bagian dadanya yang terbuka tidak bisa dia

    tutupi dengan apapun.

    “ Aku tahu, kalau hari ini pasti

    akan datang, hari di mana kau kembali pada cinta sejatimu. Helena. Semarah

    apapun  kamu, tapi cinta akan selalu

    kembali pada tempatnya kan.” Mencengkram seprei, merasa sakit hati dengan

    kalimatnya sendiri. Melihat ke arah Saga, dia tidak bergeming. Bahkan saat

    Daniah menyebut nama Helena.

    Carilah pilihan kata yang tidak

    memprofokasi Daniah. Begitu otaknya berputar.

    “ Huh! Kau sedang membual tentang

    apa?” menjawab ketus.

    Apa membual, jelas-jelas kau

    memilih danau hijau karena Helenkan.

    Kecemburuan kembali memberi energi

    pada Daniah, walaupun dia muncul tidak tahu tempatnya. Karena suara Daniah

    sudah agak meninggi dari pada tadi. Dia bahkan jauh lebih lama menatap Saga.

    Yang pasti dengan sorot mata tidak bersahabat.

    “ Aku tahu sepenting apa danau

    hijau bagi kalian. Kau dan Helen bertemu di sana kan, kalian juga sepakat

    pacaran di sana. Dan aku tahu kau akan melamar dan mengajaknya menikah di sana

    juga. Untuk itu kau memilih danau hijau, memilih untuk membangunya seperti

    sekarang.” Kemarahan, kebencian dan merasa tidak berdaya ada dalam suara

    Daniah.

    Saga mendesah, bergumam dalam hati.

    Bahwa semua yang di katakan Daniah benar adanya. Memang untuk itulah dia

    membangun danau hijau. Dulu, itu tujuan hidupnya. Sebelum dia jatuh cinta pada

    istrinya.

    “ Dan aku melihat semuanya hari

    ini!” sudah setengah berteriak.

    “ Apa!”

    “ Kau bersama Helen di peresmian

    danau hijau. Kau mengajaknya kan?” Sudah seperti melemparkan bola panas ke

    wajah Saga. “ Kau bahkan tidak mengajakku!” Berteriak sambil melemparkan bantal

    guling di dekat kaki Saga, tepat mengenai wajah Saga. Dia masih punya energi

    cemburu rupanya. “ Kau mau menunjukan apa padaku! Menunjukan betapa

    menyedihkannya aku, wanita yang berstatus istri dan mengharapkan cinta dan

    belas kasihmu. Ia, kau mau menunjukan kalau aku cuma pecundang menyedihkan. Kau

    baik padaku, membuatku membuka hati padamu dan menyukaimu pada akhirnya kau

    yang menghianati ku kan. Dasar jahat!” Ntah dari mana keberanian itu. Tapi saat

    Saga tidak bereaksi atau membalas kata-katanya. Daniah merasa perlu

    melampiaskann semuanya. Dia pikir kalau dia harus mati, dia akan puas kalau dia

    sudah menumpahkan semua isi hati dan kemarahannya.

    Bodoh! Aku tidak mengajakmu karena

    aku tidak mau orang memotretmu. Seluruh negri melihatmu di tv. Memang siapa

    mereka berhak melihatmu.

    “ Apa kau melakukannya tadi?”

    Bertanya dengan suara gusar, dijawab tidak kalah gusar oleh Saga. Laki-laki itu

    sedang sengaja ikut dalam drama ketegangan yang di ciptakan Daniah. “

    Melamarnya, dan mengumumkan pada dunia kalau dia calon istrimu. Kau pasti

    mengandengnya ke podium pada saat peresmiankan. Iakan, kau masih mencintainya

    kan?” Daniah memukul kaki Saga tanpa dia sadari. “ Dan kau pikir aku wanita

    sebodoh itu, yang gila sampai aku membiarkan hamil mengandung anakmu.”

    Deg, air muka Saga sudah berubah

    dari tadi. Ada yang menyengat hatinya. Mendengar Daniah mengatakan semua yang

    ingin dia katakan.

    Dilihatnya Daniah yang mengelus

    dadanya sendiri, menahan sesak yang ia tahan cukup lama. Sekarang perlahan

    nafasnya mulai tenang, dia menundukan kepalanya lagi. Tangannya mencengkram

    lututnya yang duduk bersimpuh.

    “ Kalau aku hamil dan melahirkan

    anakmu, kau akan mengambilnya, lalu membuangku dan memisahkanku dengannya kan?,

    lalu kau menikah dan hidup dengan Helen. Maka aku akan jadi orang yang paling

    menderita di sini kan? Hanya aku yang akan menangis sendirian kan. Iakan.

    Menangisi perasaanku padamu. Menangisi rasa sukaku padamu dan menangisi anak

    ku.” Daniah sudah mulai sesengukan, membayangkan kalau kejadian yang ada di

    pikirannya benar-benar terjadi. Dari semua orang hanya dialah yang akan

    menangis di sudut ruangan tanpa di perdulikan orang lain. “Karena itu aku tidak

    mau ada anak yang lahir, agar aku tidak perlu menangisinya kalau kau

    membuangku. Sudah cukup menderita menangisi karena kau membuangku, aku tidak

    mau menangis untuk anak juga.”

    Terdengar Saga menghela nafas

    berat. Membuat Daniah tersadar akan situasi apa yang terjadi.

    Aku pasti sudah gila! Bagaimana aku

    bisa mengatakan semuanya. Aku bahkan tidak berani mendongak melihat matanya sekarang.

    “ Kemarilah!” Saga mengulurkan

    tangannya.

    “ Tidak mau! Kau mau memukulku kan?”

    Memejamkan mata dan melindungi diri dengan kedua tangan. Ketika tidak ada yang

    terjadi Daniah perlahan membuka matanya.

    “ Aku bilang kemari! Mendekatlah!

    Kau sudah berteriak dan bicara ke mana-keman masih takut aku memukulmu.

    Seharusnya kau sudah menyiapkan diri untuk itukan. Mendekat kemari.”

    Dia belum berani beranjak. Sudah gila apa

    kalau dia benar-benar berani mendekat.

    “ Aku hitung sampai tiga, kalau

    tidak mendekat, habis kau!” Baru menyelesaikan kalimatnya, belum mulai

    menghitung Daniah sudah beringsut mendekat. Bersimpuh  tepat di samping Saga. “ Kau sedang membuat

    drama.” Telunjuknya menunjuk kening Daniah. “ kenapa tidak sekalian kau tulis

    novel saja. Bodoh!” Tangan Saga terangkat. Daniah memejamkan matanya lalu

    mengangkat tangannya melindungi wajahnya.

    Habislah aku!

Novel