Chapter 114 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 114

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-14

Masih di atas tempat tidur. Babak

    baru pertengkaran di atas tempat tidur masih akan berlanjut. Tidak tahu akan

    menjadi singkat atau semakin bertele-tele. Apa mereka akan kembali saling

    berteriak sampai urat saraf mereka menonjol.

    Daniah membuka matanya ketika

    tangan Saga malah  terasa menyentuh

    kepalanya. Alih-alih yang dia takuti akan di pukul. Dia menepuk kepala Daniah,

    tapi bukan tepukan lembut seperti biasanya. Menyadarkan Daniah bahwa dia sama

    sekali belum selamat. Dia masih dalam situasi genting, belum melewati garis

    selamat. Dia atau keluarganya masih berada di bibir jurang.

    “ Maafkan aku, aku pasti sudah gila

    bicara yang tidak-tidak.” Sadar akan kesalahannya Daniah kembali memohon. Saga

    masih terdiam, dia hanya menurunkan tangannya. Meraih dagu Daniah menghadapkan

    wajah gadis itu ke hadapannya. Daniah mengalihkan pandangannya ke arah lain.

    Kali ini dia kehilangan keberanian.

    “ jadi kau menyukaiku? Sudah jatuh

    cinta padaku.”

    Apa! kenapa hanya itu yang kau

    tangkap dari pembicaraanku. Bukan itu poinnya tuan muda.

    “ Sejak kapan? Sejak kapan kau

    mulai menyukai ku?” mulai bertanya lagi, hanya mengambil inti yang mau di

    dengarnya saja. Kalimat panjang-panjang yang di keluarkan Daniah dengan segala

    keberanian tadi tidak dia tanggapi. “ Jawab!”

    “ Aku juga tidak tahu!” setengah

    berteriak karena frustasi sekaligus merasa malu.

    Sejak kapan aku mulai menyukai

    laki-laki yang seharusnya tidak boleh aku sukai ini.

    Laki-laki yang melemparkan surat

    perjanjian sebelum pernikahan, suami yang memperlakukannya seperti pembantu.

    Namun di akhir-akhir ini, Daniah seperti kecolongan, dia seperti di khianati

    hatinya sendiri. Dia tersentuh dengan ucapan lembut suaminya. Terlena dengan

    kehangatan tubuh dan  sentuhan lembutnya

    di tempat tidur. Daniah hanya bisa mengutuki kecerobohan dirinya. Lebih

    parahnya lagi, kenapa dia sampai mengakuinya di depan Saga.

    “ Maafkan aku sudah lancang

    menyukaimu, aku menyalah artikan semua sikap baik mu akhir-akhir ini. Aku akan

    menutup hatiku rapat. Aku akan .”

    “ Apa!” mencengkram dagu Daniah

    kuat. “ Kau mau apa? menutup hatimu rapat? Jadi kau mau berhenti mencintaiku.”

    Daniah mengangukan kepalanya cepat,

    dengan tangan Saga masih mencengkram dagunya. Dia akan melepaskan Saga kembali

    kepada Helen. Toh seperti itu semestinyakan. Seluruh penduduk negri ini juga

    pasti tahu setelah peresmian danau hijau siang tadi. Dan dia bukan wanita tidak

    tahu malu. Berharap berada di samping Saga padahal dia tahu dia tidak di

    cintai. Akan semenyedihkan apa hidup yang harus ia jalani. Bahkan pasti jauh

    lebih parah dari sekedar ia di anggap sebagai pembantu.

    Cletak! Sentilan keras di kening

    Daniah membuat gadis itu mengerang.

    “ Sakit.” Dia menjatuhkan kepalanya

    di dada Saga, buru-buru dia menggankat kepalanya. “ Maaf, maafkan aku.” Daniah

    memilih memalingkan wajah mengusap keningnya berulang dengan rambutnya. Panas

    dan ngilu masih menjalar.

    Dasar jahat! Kenapa menyentilku.

    Memang salahku apa? memang kau mau aku tetap menyukaimu. Tertawa melihatmu

    bahagia bersama helen!

    “ Memang siapa yang mengizinkanmu

    untuk berhenti menyukaiku?”

    Apa? memang maumu apa? kau mau

    menikahi Helen tapi tetap menyuruhku menyukaimu. Apa kau mau punya dua istri.

    Sudah gila ya!

    Daniah menepis tangan Saga yang

    menyentuh bahunya, karena dia masih merasa kesakitan.

    “ Kau menolak ku lagi?” belum

    menguap kesal, sudah semakin kesal, karena melihat tangannya di tepis.

    “ Ia! Ini sakit tahu!” mengusap

    keningnya di depan wajah Saga

    Daniah tidak berfikir jernis karena

    masih fokus pada keningnya. Dia bahkan menjawab seenaknya apa yang di katakan

    Saga.  Ini sentilan ke dua kalinya Daniah

    merasa sangat kesakitan, waktu pertama dia bahkan tidak berani mengusapnya.

    Sekarang sengaja di depan Saga ia usap keningnya, menunjukan kalau dia

    kesakitan.

    “ Kau akan berhenti menyukaiku?” menarik

    tangan Daniah agar mendekat padanya.

    Benar, sentilan ini bukan akhir

    masalah. Dia kan manusia paling sensitif dan pendendam di muka bumi ini. Tidak

    mungkin hanya akan selesai dengan satu sentilan di keningku.

    “ Maafkan aku.” Kembali duduk

    bersimpun di samping Saga melupakan rasa sakitnya. “ Tuan Saga.” Daniah memakai

    panggilan yang dulu dia pakai secara formal memangil Saga. “ Maafkan saya yang

    minum pil kontrasepsi. Maafkan saya. Hukumlah saya, tapi saya mohon lepaskan

    keluarga saya. Ini semua kesalahan saya. Saya mohon belas kasih anda tuan.”

    Saga meletakan tangannya di leher

    Daniah. “ Kau hebat sekali ya. Padahal kau sendiri belum tentu selamat, tapi

    masih memikirkan orang lain.” Hanya mengunakan satu tangan untuk mencengkram

    leher sudah membuat Daniah tersengal dan terbatuk. Dia melepaskan tangannya.

    Saga kembali menyandarkan tubuhnya menarik kakinya dan membiarkan Daniah

    mengatur nafas. Melihat gadis itu terbatuk sambil mengusap leher dan dadanya. “

    Nyalimu besar sekali Daniah.”

    “ Maafkan aku tuan, maafkan aku.

    Aku salah, aku mohon lepaskan keluargaku, aku akan menanggung semua kesalahan

    pil kontrasepsi itu. Silahkan hukum aku.” Tangan Daniah sudah terkatup di depan

    dadanya. Mengusap-usapkan kedua tangannya seperti anak-anak yang memohon pada

    orang tua mereka setelah melakukan kesalahan besar. “ Anda bisa menceraikan

    saya kapan pun anda mau. Saya akan pergi tanpa membawa apa pun, hanya pakaian

    saya pribadi yang akan saya bawa. Saya akan pergi dan mendoakan kebahagiaan

    untuk anda.” Ntah kenapa cuma ini yang bisa di pikirkan Daniah. “ Saya akan

    berhenti dan menutup hati saya rapat dan melupakan anda.”

    Dia sudah melamar Helen pasti siang

    tadi, hanya tinggal menunggu waktu saja kan.

    Mendengar apa yang di ucapkan

    Daniah Saga tertawa, membuat Daniah menciut dan mengerutkan wajahnya. Dia

    mundur perlahan. Ingin menyelamatkan diri, karena merasa aura mengancam dari

    pandangan Saga. Tapi terlambat tangan Saga sudah menyentuh bahunya,

    mendorongnya kuat sampai dia terjerembah. Tangan Daniah meraba-raba mencari apapun

    yang bisa dia pakai sebagai perlindungan. Tidak ada yang bisa ia raih. Saga

    sudah menjatuhkan  semua bantal dan

    selimut ke lantai. Dia hanya bisa mencengkram seprei tempat tidur.

    “ Apa kau sudah selesai mengarang

    novelnya? Panggil aku sayang!” Berteriak memenuhi langit-langit kamar. Sekarang

    Saga sudah duduk bertumpu pada lututnya di atas tubuh Daniah. “ Panggil aku

    sayang!”

    “ Ba.. baik sayang.”

    Dia mau apa di atasku! Mau

    menindihku dengan tubuh besarnya!

    “ Hei Daniah istriku tersayang, kau

    suka panggilan itu?”

    Apa! kau masih bisa bercanda di

    situasi mematikan seperti ini. Tergelincir sedikit saja lutut mu, ngeek!! Aku

    akan mati tergencet tahu!

    “ Ia, ia, aku senang. Senang

    sekali. Saking senangnya aku ingin terbang ke langit tinggi dan pergi bebas ke

    angkasa.”

    “ Apa! Pergi bebas? Kau bilang mau

    kabur?”

    “ Tidak, tidak sayang, itu hanya

    kata kiasan.”

    Kenapa kau bodoh sekali si, itu cuma

    kata kiasan basa basi.

    “Dengarkan ini dengan telingamu dan

    masukan dalam hati mu.” Menunjuk dada daniah dengan telunjuknya. “ Aku adalah

    aturan yang harus kau patuhi.” Daniah mengangukan kepala dalam posisinya

    berbaring. “ Kalau aku bilang ia, maka artinya?”

    “ Ia, artinya ia.”

    “ Benar, jadi dengarkan ini. Mulai saat

    ini aku melarangmu bicara tentang Helen.” Saga menyusuri rambut Daniah dan

    sampai ketelinga. Memainkan daun telinga yang sering ia lakukan seperti

    biasanya “ Aku akan melipatkan hukumanmu dua kali lipat kalau kau menyebut

    namanya.”

    “ Ia.”

    Tapi, kau akan menikah dengannya

    kan?

    “ Aku melarangmu bicara tentang

    cerai tidak aku melarangmu walaupun kau hanya memikirkannya.”

    “ Kenapa?”

    Saga meletakan tangannya di leher

    Daniah lagi. Mengingatkan pada gadis itu apa yang baru saja terjadi saat dia

    tersengal tadi.

    “ Apa aku menyuruhmu bertanya?”

    “ Maaf. Ia.”

    Tapi toh kau akan menceraikan aku

    kan?

    “ Dan kalau kau  sampai berhenti mencintaiku, akan kuhabisi

    keluargamu mulai dari adikmu. Dengar?”

    “ Ia.”

    Saga menjatuhkan tubuh di samping

    Daniah, mengangkat kakinya memeluk Daniah. “ Cintai aku dengan semua perasaan mu.

    Tambahkan setiap hari. Aku mau kadar cintamu bertambah  setiap hari.” Memberi kecupan keras di leher

    yang menyisakan noda merah. “ Aku tidak akan memaafkanmu kalau kau berani

    menutup hatimu lagi.”

    “Tapi, Helen.”

    “ Aaaaa, sudah kubilang jangan

    menyebut namanya lagi kan!”

    “ Ia, ia maaf.” Daniah sudah

    memiringkan tubuh, membenamkan wajah di dada Saga. Melingkarkan tangannya

    memeluk pinggang suaminya. Dan saga mencium kepala Daniah berulang.

    Apa ini artinya amarahnya sudah

    hilang? Aku sudah bisa bernafas lega kan? Persetan dengan lamarannya pada

    Helen. Terserah dia akan mengusirku kapan, aku harusnya cukup senang selamat

    malam ini kan.

    “ Tapi, aku belum mengampunimu

    dengan pil kontasepsi itu.”

    Aku tahu itu, kau iblis

    pendendam!

    “ Aku tidak akan menghukum

    keluargamu tentang pil kontrasepsi itu. Aku hanya akan menghukummu.”

    Apa aku harus senang dan

    berterimakasih sekarang?

    Saga menarik kedua tangan Daniah  yang melingkar di bahunya ke atas kepala gadis

    itu. Mengengamnya erat hanya dengan satu tangan. Sementara tangan yang satu

    menyentuh dagu, lalu ia membuka mulutnya dan mulai mencium daniah. Makin dalam

    dan dalam. Tubuh mereka mengeliat. Melepaskan semua emosi yang mereka rasakan.

    “ Hemm. Hemm.”

    Bukankah artinya aku sudah

    dimaafkan kalau seperti ini. Daniah terus bergumam dalam pikirannya.

    Bibir Saga sudah turun ke leher dan

    bagian depan Daniah, dia terhenti setelah meninggalkan bekas merah di bagian

    dada. Membelai lembut pipi gadis itu.

    “ Berapa pil yang sudah kau telan?”

    bertanya sambil menyeringai, menyadarkan Daniah kalau suaminya tentu tidak akan

    melepaskan masalah pil itu semudah ini.

    “ Aku tidak tahu, aku tidak ingat.”

    Merasa malu, dia bahkan tidak mau menghitung berapa jumlah pil yang dia minum.

    “ Sebaiknya kau ingat-ingat, karena

    sejumlah itulah kau harus membayarnya setiap malam.”

    Apa! Apa yang dia bilang.

    “ Sa, sayang. Aku.”

    “ Kalau kau belum melunasi hutangmu

    jangan harap kau bisa mendapatkan kebebasan mu.”

    “ Sayang, kamu tidak seriuskan? Aku

    bahkan tidak ingat harus menghitung dari mana?”

    Tangan Saga sudah aktif bergerak,

    menyentuh bagian sensitif Daniah. Dia mengaangkat wajahnya. “ akan kusuruh pak

    Mun membantumu menghitung!”

    “ Hah! Aku ingat, aku ingat harus

    menghitung dari mana.” Sudah gila apa sampai membiarkan Pak Mun dan dirinya

    bekerja menghitung hari-hari dia minum pil kontrasepsi.

    Saga tergelak, mencium kembali

    bibir istrinya. “ Hari ini tidak di hitung dalam hutang mu ya.”

    Apa! kenapa kau licik sekali.

    Apakah Daniah harus senang karena

    malam ini terlewati tanpa pertumpahan darah, ataukah dia akan semakin dalam

    masuk dalam lubang yang tidak bisa ia naiki lagi. Dia terjebak semakin dalam

    dalam perasaannya. Dalam cintanya pada tuan saga. Padahal ia tahu, mungkin ke

    depannya semua tidak akan mudah.

    Tengah malam sudah berlalu, tapi

    mereka belum selesai dengan urusannya.

    BERSAMBUNG

Novel