Chapter 121 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 121

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-16

Daniah duduk di ruang tv di lantai

    bawah, sambil selonjoran dan bermain hp. Saat dia mendengar langkah kaki dia

    bangun dan mengedarkan pandangan. Kembali duduk setelah yang di lihatnya pelayan

    yang masuk.

    Hari ini dia mau mengadu atas sikap

    sekertaris Han yang berlebihan menghukum Leela. Tapi dia tidak akan mengatakan

    kalau dia bertemu helen. Dia sudah latihan beberapa babak tadi, agar tidak sampai

    ketahuan. Dan semua terlihat wajar.

    Cukup lama dia menunggu, sampai akhirnya

    Saga muncul di ikuti pak Mun dan

    juga Han di belakangnya. Daniah langsung bangun dari tiduran. Senang sekaligus

    kesal melihat sekertaris itu juga ikut masuk rumah dan tidak langsung pulang.

    “ Kau menungguku?” Saga menunjuk

    pipinya agar Daniah memberi ciuman selamat datang.

    Baiklah, kemarilah.

    Setelah memberi ciuman selamat

    datang, Daniah menarik tangan Saga agar duduk di sofa, dia melirik sekertaris

    Han sekilas. Kesal.

    “ Sayang, bisakah kamu minta dia

    berhenti memukul pelayan atau siapapun yang melakukan kesalahan.” Menuding

    dengan kata-kata tajam, sambil melihat sekertaris Han yang terlihat tersenyum

    tipis di tempatnya berdiri.

    Apa, dia tersenyum. Lihat, kalau

    aku tidak membuatmu dihukum atau minta maaf pada Leela, jangan. Tidak, aku

    tidak mau bertaruh apa-apa. karena aku sudah merasa akan gagal. Hiks.

    Maaf Leela, melihatnya tersenyum aku sudah gagal sepertinya.

    “ Kenapa?” Saga menyentuh pipi

    Daniah “ Kamu melihatnya memukul siapa?” Daniah melihat sekertaris Han dengan

    sorot mata puas, habis kau, aku ingin melihat tuan Saga marah padamu. “ Han.”

    Saga bicara tanpa mengalihkan padangannya dari wajah Daniah.

    “ ia tuan muda.”

    “ Sudah ku peringatkan kan, jangan

    memukul siapapun di depan Daniah lagi.”

    Hei bukan begitu, dia memang tidak

    memukul siapapun di depanku.

    “ Saya tidak memukul siapa-siapa di

    depan nona tuan muda.” Daniah sudah gemetar geram. Mudah sekali dia cuci tangan

    pikir Daniah. Saga menoleh pada Daniah, tatapan hangatnya, menyusuri setiap

    garis wajah Daniah.

    “ Memang siapa yang dia pukul

    sampai kamu sekesal ini. Aku juga tidak bisa melarangnya mendisiplinkan

    karyawan. Sudah pernah ku katakan kan, kalau dia itu memang menakut kan. Jadi

    biarkan saja dan jangan menggangunya.  Memang apa kesalahannya sampai kau memukulnya Han?”

    Daniah tercekik, dia tidak bisa

    mengatakan kalau Leela yang sudah di hukum sekertaris Han, alasannya karena dia

    meninggalkan Daniah sendirian di kantor tadi,  kalau sampai Saga mencari tahu semuanya, bahkan Leela yang akan mendapat

    imbas dari semuanya. Dan Daniah pasti yang paling akan menyesal.

    “ Siapa yang kamu pukul Han.”

    Bertanya lagi. Karena tidak mendapat jawaban apapun dari Daniah ataupun dari

    sekertarisnya.

    Daniah tiba-tiba memeluk Saga.

    Karena situasi semakin berlari ke arah yang tidak dia inginkan. Bukannya

    mendapatkan pembelaan, dia malah akan membuat situasi semakin runyam.

    “ Sayang, ibu sudah kembali. Dia

    membelikanku banyak sekali hadiah.” membuat Saga melupakan kata-katanya tadi dan fokus pada yang lain.

    Kurang ajar, dia tersenyum lagi.

    Melihat seringai titis di bibir

    Han, membuat Daniah kalah lagi.

    “ Benarkah? Dia sudah minta maaf

    padamu?”

    Daniah mengangukan kepala, masih

    membenamkan kepala di dada Saga. “ Sayang, kamu juga maafkan ibu ya. Ibu sedang

    di kamarnya sekarang, kami mengobrol lama tadi”

    “ Baiklah. Kau mau ikut aku bicara

    dengan ibu?”

    “ Tidak sayang, kalian harus bicara

    berdua kan. Aku tunggu di sini. bicaralah senyaman mungkin dengan ibu.”

    “ Baiklah.” Membelai kepala Daniah.

    “ Pak Mun panggil ibu ke ruangan kerjaku.”

    “ Baik tuan muda.”

    Daniah mengikuti langkah kaki Saga

    sampai dia hilang masuk ke dalam ruang kerjanya. Lalu dia beralih menoleh pada

    sekertaris Han.

    “ Kau mau kemana sekertaris Han,

    kita perlu bicara?”

    “ Saya mau membuat kopi, apa anda

    mau?” Berjalan ke dapur, mau tidak mau Daniah menginkuti langkah kaki Han.

    Daniah memilih duduk di kursi dapur melihat sekertaris Han membuat kopi dengan

    mesin kopi. “ Benar anda tidak mau?”

    “ Tidak! Aku mau bicara denganmu.” Menjawab ketus.

    Menunggu sampai dia selesai membuat kopinya. Lalu dia mengambil duduk

    mengesernya agar menjauh dari Daniah.

    “ Apa yang anda mau bicarakan.”

    “ Kamu benar-benar memukul Leela

    kan? Apa kau tidak tahu malu, dia bahkan adik sepupumu!” Daniah merasa perlu

    melindungi Leela, atau tidak dia melakukan ini karena rasa bersalahnya.

    “ Saya tidak memukul adik sepupu

    saya nona. Saya menghukum pengawal anda yang tidak becus bekerja.” Lugas dia menjawab, seperti memberi tahu protokol keamanan yang sudah semestinya.

    “ Apa! sudah kukatakan itu bukan

    salahnya kan!” Daniah berusaha mendebat.

    “ Jadi ini salah siapa?” Han terlihat mulai tersenyum tipis.

    “ Ini salahku. Aku yang salah.” Daniah mengakui dengan suara lantang. bahwa semuanya adalah kesalahannya. sampai pristiwa di kantor tadi terjadi.

    “ Sepertinya anda mulai belajar

    sekarang. Kalau tahu ini kesalahan anda dan orang lain yang harus menerima

    hukumannya. Mulai sekarang ber hati-hatilah jangan pernah melakukan kesalahan

    yang sama lagi.”

    Dia ini mau bilang apa si.

    “ Anda mendengarnya kan?” Han

    sedang mengetes rasa penasarannya, sejauh apa Daniah mendengar pembicaraan tuan

    Saga dan Helen tadi.

    “ Apa?”

    “ Ucapan tuan Saga pada nona Helen.”

    Sekelebat raut wajah Daniah berubah, namun dia langsung bersikap biasa. Terlambat,

    Han menyadari itu. Bibirnya sudah tersenyum tipis melihatnya. “ Sama hal nya

    tuan Saga yang hanya mengizinkan anda menyentuhnya. Seharusnya hal itu juga

    berlaku untuk anda kan?”

    Kata-kata Han memasuki seluruh

    pikiran Daniah. Ia cukup senang mendengar itu tadi saat Saga mengucapkannya

    di depan Helen. Tapi kenapa sekarang saat sekertaris Han yang mengatakannya itu

    terdengar seperti ancaman.

    “ Huh! Kau sudah gila ya. Apa itu

    juga berlaku seperti ini.” Plak! Daniah memukul bahu Han sekali. “ Seperti ini.”

    Bibirnya menyeringai. Karena melihat Han terbelalak dengan apa yang di

    lakukannya. “ Apa aku tidak boleh bersentuhan dengan orang lain seperti ini.” Kali

    ini memukul bahu Han lebih keras.

    Nona, kenapa anda mengemaskan

    begini. Aku bisa gila juga karena sikap anda yang seperti ini.

    Han bangun dari duduk, membuat

    Daniah mundur ke belakang kursinya.

    “ Kenapa? Kau mau menghukum orang

    yang ku sentuh juga. Jadi hukum saja dirimu sendiri.” Siaga untuk segera kabur

    dari situasi yang mengancam.

    “ Nona, apa anda mau saya daftarkan

    ke musium rekor.”

    “ Apa?”

    “ Bagimana kalau masuk kategori

    wanita yang selalu membuat orang kerepotan.” tergelak dengan ucapannya sendiri.

    “ Haha, boleh, aku juga mau

    memasukan mu juga, dalam kategori laki-laki menyebalkan. Tidak mau mendengarkan,

    tidak mau menjawab kalau di tanya, suka main hukum orang seenaknya. ” Diakhiri dengan tawa puas Daniah.

    Lihat anda semakin mengemaskan

    begini kalau di ladeni. Bisa gila saya kalau tetap di sini.

    Han menatap Daniah sebentar, tidak

    menjawab lagi serangan Daniah. Dia berjalan berlalu begitu saja.

    “ hei, aku belum selesai!” Han

    melambaikan tangannya tanpa berpaling.

    Apa! kenapa dia yang pergi dengan

    gaya sok keren begitu. Seharunya tadi aku pergi duluan kan, biar aku yang

    kelihatan keren, walaupun tidak bisa menang adu argumen dengannya.

    Sekarang aku benar-benar seperti pecundang kalah karena dia yang pergi duluan.

    Daniah mengigit jarinya kesal,

    melihat kepergian sekertaris Han.

    Sementara itu di ruang kerja Saga.

    “ Duduklah bu.” Ibu yang masih

    berdiri lalu beranjak duduk pelan di samping anaknya. “ Apa ibu sudah cukup

    bersenang-senangnya?”

    “ Maafkan ibu nak.” Menyentuh tangan

    Saga, mengengamnya di pangkuannya. “ Maaf ibu sudah salah. Ibu akan berusaha

    menerima Daniah sebagai istri mu.”

    Saga terdengar menghela nafas

    panjang. Hubungannya dengan ibunya sejauh ini lumayan baik, hingga jarang

    terjadi perselisihan. Ini kali pertamanya  ibu sampai harus pergi lama karena kesalahannya.

    “ Aku tahu ibu tidak menyukai

    Daniah, tapi bisakah mulai sekarang ibu memperlakukannya dengan baik.” Ibu masih

    terdiam. Masih di gengamnya tangan Saga. “ perlakukan dia dengan baik sebagai

    bagian dari keluarga ini.”

    “ Saga.” Ragu.

    “ Hemm, katakanlah, apa yang mau

    ibu katakan.”

    “ Bagaimana kalau kamu menikah

    lagi.” Saga menarik tangannya kuat, tidak suka dengan apa yang baru saja ibunya

    katakan. “ Dengar kan ibu dulu, kamu tidak perlu menceraikan Daniah. Kamu hanya

    perlu menikah dengan wanita yang sederajat denganmu. Biarkan dia melahirkan

    anakmu.”

    Aaaahhh, wajah Saga mulai terlihat

    jengah.

    “ Apa ibu masih mau membahas Ele?”

    “ Tidak! Ibu tidak akan membahas

    tentang Helen lagi. Bagaimana kalau ibu carikan wanita lain. Ibu akan mengatur

    semuanya.”

    “ Hentikan bu, sebelum aku

    benar-benar kesal.” Saga sudah menahan sekuat tenaga emosinya.

    “ Saga.”

    “ Aku mencintai Daniah bu, jadi

    berhentilah melakukan hal yang menggangu. Aku akan memintanya melahirkan

    anak-anak ku. Ini terakhir aklinya aku mendengar omong kosong ibu tentang

    pernikahanku dengan wanita lain.” setengah berteriak membuat imu mencengkram pegangan sofa.

    “ Tapi, apa Daniah juga

    mencintaimu. Dia selalu bilang ingin pergi dan bercerai denganmu kan.”

    Ini yang ibu ingat dari semua kejadian yang berlalu di rumah ini.

    “ Kalau ibu penasaran kenapa tidak

    menayakannya langsung pada Daniah.”

    “ Saga, ibu hanya ingin kamu bahagia

    nak.”

    “ Dan kebahagiaanku adalah Daniah

    bu, jadi terima kenyataan itu.”

    Mereka berdua terdiam cukup lama setelah mengatakan itu.

    Daniah berlari menabrak pak Mun di belokan menuju ruang kerja Saga. Pak Mun melihat pintu ruang kerja yang sedikit terbuka.

    “ Nona, ada apa? tuan muda dan

    nyonya sedang ada di ruang kerja.”

    “ Tidak apa-apa pak Mun, sepertinya

    mereka belum selesai bicara. Aku tidak mau menggangu. Jadi aku mau menunggu

    tuan Saga di kamar saja. Tidak perlu mengatakan padanya kalau aku mencarinya ya

    pak Mun. Sepertinya pembicaraan mereka sangat serius.”

    “ Baik nona.”

    Daniah menepuk bahu pak Mun, lalu

    dia naik tangga setengaah berlari menuju kamarnya. Menjatuhkan diri di atas

    tempat tidur. Pandangannya buram, dia tidak bisa berfikir apa-apa.

    BERSAMBUNG

Novel