Chapter 128 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 128

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-13

Ketika orang sudah merasa jatuh

    cinta, dia bahkan bisa melakukan hal di luar nalar manusia normal. Orang lain

    mungkin akan mengatakannya gila. Tapi baginya ini adalah bentuk perjuangan

    cintanya. Jangan dibantah ya, dia akan semakin mengila kalau kau membantahnya.

    Mungkin seperti itulah yang sedang

    di lakukan gadis cantik di mobilnya itu. Area parkir danau hijau yang dekat

    dengan pintu masuk utama. Sedang terjadi keributan kecil dua adik beradik di

    dalam mobil. Yang satu seperti di bilang tadi, sedang melakukan upaya maksimal

    untuk perjuangan cintanya, yang satu membantah karena menggangap kakaknya sudah

    di luar jalan pikiran normalnya.

    “ Kak Jen, kenapa kita dari pagi di

    sini si? Memang apa yang kamu cari. Aku lapar, ayo cari makanan dulu.”

    Merengek. Rengekannya sudah di luar batas normal dan membuat kesal. Kalau

    kelaparan dia memang cenderung menyebalkan. Kebanyakan si memang begitu ya.

    Lapar membuatmu kadang gelap mata. Seperti yang sedang di alami Sofi kali ini.

    “ Sudah diam, tunggu sebentar.

    Minggu kemarin dia posting sedang olahraga di danau hijau. Siapa tahu sekarang

    dia juga di sini. aku akan pura-pura tidak sengaja bertemu dengannya nanti.”

    Sofia ngedumel di kursi depan.

    Kekanakan sekali, seperti bukan kak Jen saja pikirnya. Biasanya kalau dia suka

    pada seseorang dia akan tidak tau malu menempel dan minta di jomblangin oleh

    orang-orang yang dia kenal. Bahkan dia tidak akan tahu malu melakukan manuver

    blak-blakan. Karena sifat jenika memang seperti itu. Dia gadis terbuka yang

    mudah mengatakan isi hatinya.

    “ Aku lapar kak!!” Berteriak

    kencang.

    “ Pesan makanan pakai hp mu kenapa,

    kalau tidak turun cari makanan sana.” Menunjuk area kuliner yang terlihat penuh

    sesak keramaian orang. Sofi sudah ciut melihat keramaian itu. Membuatnya tidak

    berani kalau harus keluar sendirian.

    “ Ah, ia kenapa baru bilang si kak

    aku pesan food online saja.” Mencari aman, memilih duduk diam di dalam mobil

    saja. Sambil jarinya sibuk memilih menu yang sepertinya enak.

    “ Sudah jangan mengganguku. Duduk

    dan tunggu makanan saja”

    Jenika menajamkan penglihatannya.

    Suasana sangat ramai. Dari tempat parkir ini pintu masuk danau hijau terlihar

    jadi dia bisa melihat orang-orang yang keluar masuk. Tapi sampai matanya jereng

    dia belum melihaat sosok yang dia tunggu-tunggu. Dia melihat jam di tangannya,

    waktu terus bergulir dengan cepat. Danau hijau semakin ramai. Sofi sedang

    menikmati sarapannya dengan lahap. Dia minta beberapa kali suapan, matanya

    tidak berhenti berkeliling.

    “ Kak Jen sudah ayo pulang.”

    Makanan dan minuman Sofia sudah habis dia kembali berisik lagi. “ Aku ngantuk,

    kemarin aku begadang mengerjakan laporan bulanan kak.”

    “ Berisik, tidur saja di situ.

    Turunkan kursimu.” Kesal, sambil menepuk-nepuk kursi depan agar di tidurkan.

    “ Kak jen!” Merengek lagi.

    “ Sudah diam”

    Jenika semakin frustasi, selang

    hampir satu jam. Dia tidak mendapatkan hasil apa-apa. melirik Sofi yang

    benar-benar tertidur. Dia mengambil makanan yang di pesan Sofi tadi. Sambil

    terus memperhatikan sekitar. Sepertinya tidak mau menyerah dia. Dia

    menghabiskan makanannya. Melihat hpnya. Akun sosial media teman magang yang

    sedang dia incar belum ada updaten baru. Membuatnya semakin frustasi.

    Kenapa aku begini si. Bodohnya.

    Jelas-jelas aku punya no hpnya tapi bahkan gak berani chat duluan.

    Ingin bertemu secara natural begitu

    pikiran jen. Di kantor mereka memang sering bertemu. Tapi seperti yang pernah

    di keluhkan Jen, kalau teman magannya itu laki-laki yang sangat baik. Dalam

    artian dia baik pada semua orang. Tidak hanya perempuan, dia juga bahkan tidak

    segan membantu teman magangnya yang laki-laki. Double kill, dia punya pesona

    yang tidak bisa di lawan. Baik oleh laki-laki maupun perempuan.  Dan masalahnya dia juga sama sekali tidak

    menunjukan ketertarikan pada Jen sebagai lawan jenis. Itu yang semakin membuat

    Jen frustasi dan binggung memilih strategi pendekatan seperti apa.

    “ Jangan mengajak ku lagi!” Sofi

    yang sepanjang jalan merengek masih belum berhenti mengeluh walaupun sudah

    sampai dirumah. “ Capek tahu.”

    “ Kamu itu capek kenapa lagi. Orang

    kamu juga cuma makan dan tidur.” Mengingat kembali yang di lakukan sofi di

    dalam mobil. “ Ditambah satu lagi, merengek tidak jelas.” Jenika menjawab tak

    kalah judes. Suasana hatinya sangat buruk, jangakan pura-pura bertemu. Melihat

    batang hidungnya saja tidak.

    “ Bodo amat, pokoknya jangan

    mengajak ku lagi kalau cuma buat mengintai gak  ada hasilnya begini. Kak Jen bagaimana kalau aku yang menelfonnya.”

    Merebut hp di tangan jenika. Gadis itu langsung panik dan merebut kembali

    hpnya.

    “ Hei, aku kan mau natural pedekate

    sama dia. Biar tidak terlalu blak-blakan keliatan aku mengejarnya.” Awas kamu

    kalau berani macam-macam, tuding Jen melalui matanya.

    “ kak Jen ngapain si yang begituan

    sudah seperti bocah lagi jatuh cinta aja.” Sofia jengah meninggalkan jen yang

    masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia mau naik ke kamarnya meluruskan

    punggungnya di tempat tidurnya yang nyaman. Padahal benar kata jen, dia Cuma

    makan dan tidur di mobil. Tapi sepertinya dia kelelahan sekali.

    Sehabis makan malam Saga dan Daniah

    memilih menghabiskan waktu di dalam kamar. Duduk di depan tv. Menghadapi tv

    yang menyala tapi sama sekali tidak menonton. Saga hanya sibuk menjahili

    istrinya.

    Dering hp di atas meja, milik

    Daniah. Mengoyak keseriusan Saga.

    “ Siapa? Taruh hpmu!” Saga sudah

    mau merebut hp di tangan Daniah. Dia sudah berencana melemparkannya sembarangan

    ke segala arah. Daniah menariknya ke atas sambil dia berdiri dari duduk.

    “ Jen. Tunggu biar aku angkat. Dia

    di rumah kan. Sebentar saja sayang, biar aku bicara padanya sebentar saja ya?”

    Daniah merasa heran kenapa sampai jen menelfonnya padahal dia sama-sama ada di

    rumah. Saga mengalah, hanya menyandarkan Dagunya di punggung Daniah ingin

    mendengar apa yang dibicarakan.

    “ Hallo, kenapa Jen?” Daniah bicara

    pelan. Berharap semua baik-baik saja. Tapi sudah terdengar suara Jen yang penuh

    semangat, bahkan masuk kategori keras membahana.

    “ Kakak ipar!” membuka percakapan

    dengar teriakan dramatis. Saga sampai merebut hp Daniah, terlihat mulai kuatir

    dan dia mulai mengeraskan suara.

    “ Kenapa Jen? Di mana kamu?” Saga

    yang bicara. Daniah diam dan hanya memperhatikan. Baik sikap, perubahan suara

    atau raut muka Saga. Saat ini dia sedang menjadi Kak Saga. Laki-laki hebat yang

    selalu di banggakan jen dan Sofi dalam setiap kesempatan.

    Kenapa dia keren begini si, tipe

    kakak tampan dan perhatian. Daniah

    Sial, kenapa kak Saga si. Jen.

    “ Kak Saga aku mau curhat sama

    kakak ipar. Aku baru putus dari pacarku.”  Memberikan info akurat terlebih dahulu. Kalau

    sudah seperti ini kak Saga pasti akan mengizinkan kakak ipar keluar kamar.

    Begitu pikir Jen. Merengek secara dramatis sekali lagi. Maksudnya apa lagi

    tentu membuat orang kuatir.

    “ Dimana kamu?”

    “ Di bawah kak.”  Belum bicara lagi, Saga sudah  mematikan hpnya.

    Daniah bangun dari duduk, mengambil

    hp yang di pegang suaminya lalu menarik tangan Saga untuk keluar kamar menemui

    Jen. gadis itu bisa membaca situasi kalau Saga sedang mengkhuatirkan kondisi

    adiknya. Walaupun Daniah sendiri tahu, Jen memang sengaja bicara berlebihan dan

    penuh drama tadi.

    “ kakak ipar.” Memeluk Daniah yang

    datang ke kursinya.

    ‘ ya, ya, peluk sampai puas kakak

    iparmu. Karena kamu sedang putus cinta jadi aku mengalah hari ini. Bicaralah

    dengan tenang, aku tidak akan menggangu.” Saga meninggalkan dua wanita berharga

    dalam hidupnya itu masuk ke dalam ruangan kerjanya. Dan ntah muncul dari mana

    pak Mun sudah mengikuti langkah kakinya. Tapi laki-laki itu terlihat keluar

    lagi. Menuju dapur. Mungkin mengambilkan sesuatu untuk di makan saga.

    Kembali pada jen dan Daniah yang

    sedang duduk di sofa.

    “ Baiklah, lepaskan pelukanmu.”

    Kalian ini satu keluarga kenapa si,

    senang sekali memelukku.

    Jen melepaskan pelukannya, tapi dia

    masih bersandar di bahu Daniah.

    “ Kakak ipar, aku sudah putus

    dengan pacar ku, dan aku mau mengejar teman magangku. Tapi aku tidak tahu harus

    mulai dari mana.” Memeluk lagi. Daniah mengoyangkan tubuhnya, tapi tetap saja

    gadis itu tidak melepaskan tangannya.

    “ bagaimana kalau mengajaknya

    makan? Berdua.”  Memberi ide sederhana. “

    tapi dia tidak sedang punya pacar juga kan?” tersadar harus menanyakan ini.

    Sebelum Jen berfikir tentang rencana lainnya.

    “ Aku tidak tahu.” Frustasi,

    menyandarkan kepala di kursi. “ Aku tidak tahu apa-apa tentangnya. Kami juga

    belum pernah mengobrol secara pribadi.

    Daniah hanya bisa menepuk bahu

    Jenika pelan. Dia sendiri tidak terlalu paham urusan mengejar cinta atau

    memperjuangkan cinta. Apalagi yang jelas-jelas kondisinya tidak sejelas ini. Jen masih bercerita panjang lebar mengenai teman magangnya. sesekali dia tertawa, tak jarang juga mulai merengek frustasi, karena tidak tahu harus mulai dari mana.

    “ Aku dan Raksa cuma pernah

    mengobrol berdua sekali, waktu kami di suruh beli kopi.”

    Puk, puk lagi di bahu Jenika. “ ohh

    jadi namanya Raksa.” Tangan Daniah mengantung, dia terdiam berfikir cepat. Tidak mungkin kan, mulai panik sendiri dalam pikirannya. “ Siapa Jen, Raksa?”

    “ Dia nama teman magang yang mau ku

    kejar kakak ipar, namanya Raksa.” Batu besar menghantam Daniah dengan keterkejutan. Kenapa dunia jadi sekecil ini, begitu gumamnya pelan.

    Saga sudah berdiri di dekat sofa,

    dia mengelengkan kepala dan sedikit tergelak. Membuat Jen mendongakan kepalanya

    dari pelukan kakak iparnya.

    “ Peluk, peluklah kakak ipar mu

    sampai kau lega. Kasihan sekali kamu Jen.” Jenika binggung, Daniah jauh lebih

    binggung bagaimana harus menjelaskan. Saga ikut duduk di samping adiknya. Menepuk

    kepala adiknya pelan.

    Bagaimana kami bisa terlibat

    hubungan rumit ini coba.

    Daniah mengambil hp yang tergeletak

    di atas meja. “ Lepaskan aku Jen, dan lihat ini. Apa ini teman magang mu yang

    sedang kamu kejar.” Daniah menunjukan tampilan layar depan hpnya. Jenika

    merebut cepat. Mulutnya terbuka mengganga. Bagaimana bisa dia ada di sini

    dengan kakak ipar lagi. Melihat Daniah asli lekat lalu membandingkan dengan

    foto yang di lihatnya di hp.

    “ Dia adik tiri kakak iparmu.” Merebut

    hp sambil memberi informasi mematikan. " Mereka memang tidak mirip karena beda ibu."

    Saga fokus dengan hp milik Daniah.

    Sementara jenika mulai ngedrama

    dengan gaya lebaynya, menguncang tubuh Daniah keras. “Kakak ipar kenapa gak

    bilang-bilang si, kalau punya adik sekeren ini padaku. Comblangin aku sama dia

    ya. Ya, ya, ku mohon. Please.” Masih digoyang-goyang tubuhnya. Daniah diam saja dengan tubuh terguncang, sambil mengeryit

    melihat Saga.

    Kenapa lagi dia, foto-foto selfi

    dengan hapeku.

    Saga terlihat tidak perduli

    keramaian di sebelahnya, dan masih asik dengan hp Daniah.

    “ Masalahnya Raksa sudah punya

    pacar Jen.” Duarrr, seperti tertancam panah. Langsung membuat Jen mati

    mendadak. Tangannya berhenti bergerak. Dia menjatuhkan kepalanya lunglai ke

    dada Daniah.

    “ Sabar ya Jen, nanti kamu pasti

    bertemu dengan laki-laki baik lainnya.”

    “ Aku mau Raksa kakak ipar.”

    Tapi kamu jelas-jelas bukan tipe

    idealnya Raksa Jen, aduh bagaimana aku menjelaskannya.

    Daniah menendang kaki Saga meminta

    bantuan, sudah kehabisan kata penghiburan untuk Jen. Tidak tahu harus berkata

    apa lagi.

    " Awas kau sampai menganti layar depan hp mu dengan foto adik mu lagi." Bicara sambil menempelkan bibir di telinga Daniah.

    Jadi untuk itu kamu foto-foto tadi. Cih

    " Ia, ia, sayang tapi bantu aku mengatakan pada jen ya. Aaa, bagaimana aku mengatakannya ya.  Masak aku musti bilang kalau Jen bukan tipe ideal Raksa. dia nanti semakin frustasi bagaimana. bantu aku ya." Mengoyangkan kepala, menjauhkan bibir Saga dari telinganya.

    " Kenapa? tipe adik mu pasti seperti mu kan. dasar sister compleks." memeluk erat.

    " Bukan begitu, mungkin karena kami sangat dekat. jadi dia merasa nyaman dengan wanita yang mirip dengan ku."

    Cih.

    Apa! kenapa kesal. dia kan adik ku. masih saja cemburu.

    " Tapi sayang, benar bantu aku ya." menepuk tangan Saga berulang. " Bilang pada Jen."

    " Baiklah, akan ku urus dia. jangan kuatirkan dia lagi." Mengangkat kepala dan memakai siku tangannya untuk bersandar. " Tapi kalau Jen mau berusaha secara sportif kamu mengizinkannya kan, dia mengejar adik mu."

    " Hei kok jadi begitu. aku tidak mau Jen terluka nanti kalau Raksa menolaknya." memohon pada Saga. " Tolong nasehati Jen untuk menyudahi perasaannya."

    " Aku akan memberi  Jen waktu untuk memperjuangkan perasaannya. Kau saja bisa jatuh cinta pada ku kan. kenapa adik mu tidak." tersenyum licik sambil mencium bibir Daniah berulang kali. di susul dengan tawa senangnya.

    Hei kenapa membandingkan kami. Kamu kan tidak? Hei tunggu, apa kamu mau bilang kalau sudah bekerja keras untuk membuat ku jatuh cinta padamu. apa kau mau mengakui perasaan mu padaku sekarang.

    Saga menjatuhkan kepalanya lagi, menempelkan bibirnya lagi.

    " Sayang, kamu tidak mau mengatakan sesuatu?" Masih berharap.

    " Apa?"

    Katakan, katakan kau mencintaiku.

    " Tidurlah, kalau kau masih bicara aku akan memakan mu"

    Daniah langsung menutup mulutnya rapat. memiringkan tubuh dan memeluk Saga. Dia sangat lelah seharian ini, dan ingin segera tidur dan terlelap.

    Aku tidak butuh pengakuan cinta mu, aku sudah merasa di cintai itu lebih dari cukup.

    BERSAMBUNG

Novel