Chapter 132 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 132

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-14

Hari yang tidak selalu sama, tapi

    di tanggal yang sama dan bulan yang sama setiap tahunnya.

    Setiap tahun selalu ada agenda

    tahunan di Antarna Group. Peringatan kematian pendiri sekaligus presdir pertama

    Antarna Group. Ayah dari Saga Rahardian. Di tanggal yang sama setiap tahunnya

    Antarna Group akan melakukan kegiatan bakti kepada masyarakat. Semua anak

    cabang di bawah Antarna group kecuali yang bekerja di bidang layanan publik,

    mall dan rumah sakit akan di liburkan untuk aktivitas pekerjaan rutin. Mereka

    akan melakukan kegiatan sosial kepada masyarakat.

    Instruksi dari pusat memberikan

    beberapa alternatif kegiatan. Agar semua tersinergi dengan perusahaan satu

    dengan yang lainnya. Beberapa hari yang lalu semua pimpinan perusahaan sudah

    berkumpul di gedung pusat untuk melaporkan rencana bakti kepada masyarakat ini.

    Secara detail mereka memberi laporan kegiatan apa yang akan mereka lakukan.

    Baik dari acara maupun besarnya biaaya yang di keluarkan. Sudah ada jumlah

    patokan uang yang harus di keluarkan dari pusat.

    Biasanya mereka akan melakukan

    pelayanan kesehatan seperti donor darah untuk para karyawan. Yang semua hasil

    darah yang terkumpul akan di sumbangkan kepada bank darah nasional. Mereka juga

    memberikan makanan gratis yang biasanya ada di setiap halaman perusahaan.

    Siapapun boleh ikut menikmati. Tanpa ada batasan.

    Setiap tahun di tanggal yang sama

    masyarakat ikut berdoa bagi kesuksesan Antarna Group. Doa-doa mereka terbang ke

    langit.

    Selain kesehatan ada juga pembagian

    sembako secara gratis bagi ribuan orang yang sudah mengantri dengan tertib.

    Mereka adalah ibu-ibu yang datang dari pelosok negri. Mereka yang setiap tahun

    selalu menantikan momen ini. Mungkin mereka terlihat senang bisa mendapatkan

    semua kebaikan ini dari Antarna Group. Namun mereka selalu menyelipkan dalam

    doa-doa mereka supaya perusahaan ini tetap jaya selamanya. Bisa menjadi tempat

    anak-anak mereka bekerja. Bisa menjadi tempat mereka mengantungkan hidup dengan

    layak.

    Selain kepada masyarakat Antarna Group selalu memberi bonus tahunan yang di berikan pada hari ini kepada semua karyawannya. Besarnya di tentukan berdasarkan lamanya dia bekerja di Antarna Group.

    Di tanggal ini setiap tahun, duka

    itu kembali di kenang. Tapi dengan cara yang berbeda-beda olah setiap orang.

    Saat semua lini masa membicarakan

    peringatan kematian pendiri Antarna Group,  Saat banyak orang menerima banyak sekali

    kebaikan dari Antarna Group, sementara itu dimanakah Saga dan semua anggota

    keluarganya. Mereka tidak pernah muncul di publik. Untuk menunjukan duka

    mereka. Media pun tidak berani mencari tahu. Berita yang muncul di tv hanya

    tentang bagaimana Antarna Group berbagi pada masyarakat. Tapi tidak pernah

    menyinggung ranah pribadi pemiliknya.

    Saga dan semua orang ada di sini.

    mengingat duka yang sudah sekian lama berlalu. Semua orang sudah berdiri dengan

    tenang. Seorang pemuka agama membacakan doa dengan kusyu. Terdengar isak dari

    beberapa sudut. Saga sampai melihat Daniah di sampingnya. Gadis itu terisak

    tertahan. Ia terlihat menyeka air matanya pelan. Namun berusaha tidak

    mengeluarkan suara.

    Ibu yang di peluk Sofi jauh bisa

    mengeluarkan suara tangisnya. Dia sesengukan. Pasti teringat semua kenangannya

    bersama suaminya. laki-laki yang ia nikahi karena cinta. Laki-laki luar biasa

    yang tak tergantikan bahkan sampai hari ini.

    Setelah pemuka agama selesai

    membacakan doa, dia beringsut pergi. Membiarkan keluarga Antarna group tengelam

    dengan duka mereka masing-masing. Sekertaris Han tetap setia di posisinya.

    Berdiri tidak jauh dari Saga. Saat ini ia menatap Daniah dari belakang ada rasa

    bersalah yang muncul di matanya.

    Maaf kan saya nona.

    Saga terlihat mengulurkan tangannya

    pada Daniah. “ mendekatlah!” lembut dia bicara, Daniah menurut dengan berdiri

    di samping Saga. Laki-laki itu mencium kepalanya. Membelai kepalanya lembut.

    Isak gadis itu semakin terdengar. Ia berusaha menahannya, tapi tidak berhasil.

    Saga meraih tangan Daniah dan mengengamnya.

    “ Menangislah kalau kamu mau

    menangis.”

    Mendengar itu tangis Daniah pecah.

    Sesengukannya keras terdengar. Membuat ibu yang sudah mulai bisa menguasai diri

    dan air matanya menoleh. Begitu pula dengan Jen dan Sofia.

    Ada apa dengan kakak ipar, kenapa

    dia menangis sekeras itu. Jen

    Bukankah kakak ipar tidak mengenal

    ayah, kenapa dia bisa menangis sekeras itu. Sofi

    Suamiku, dia menantu kita. Wanita

    yang dicintai anakmu. Ibu

    Sementara yang lain menatap Daniah

    dengan perasaan berbeda, Han masih memberikan sorot mata bersalahnya. Sementara

    Saga meraih bahu Daniah, memeluknya. Dia menatap lekat makam ayahnya.

    Ayah, dia Daniah. Wanita yang

    kucintai. Dia cantik kan? Tenang saja dia bukan hanya cantik wajahnya. Hatinya

    sudah seperti malaikat.  Dia juga seperti

    mu yang senang berbagi, dia seperti mu yang sering memberi pada orang lain. Aku

    akan menjaga dan mencintainya di sisiku selamanya.

    Perjalanan menuju rumah semua

    membisu dalam keheningan. Daniah berada dalam pelukan Saga, masih terlihat dia menyeka

    airmata di sudut matanya.

    Sesampainya di rumah.

    “ Jen, antar kakak ipar ke kamar,

    dan sofi temani ibu.” Saga membelai pelan kepala Daniah. “Istirahatlah di kamar.”

    “ Ia.” Daniah mengangukan kepala. Masih

    ada sisa ke sedihan yang tergambar jelas di wajahnya.

    “ Hari ini semua tetap di rumah,

    tidak ada yang boleh pergi keluar.” Kalimat itu di tujukan untuk Jen dan Sofi.

    “ Ia kak.” Menjawab berbarengan.

    Jen terlihat memapah Daniah yang terlihat

    lunglai. Sofi juga beranjak ke kamar ibu. Wanita itu sudah duluan masuk ke

    dalam kamar. Sesampainya tadi dia langsung naik meninggalkan semua orang.

    Pak Mun masih berdiri siaga

    menunggu perintah.

    “ Pak Mun istirahatlah. Hari ini

    aku tidak ingin melihat siapapun di rumah utama. Biarkan para pelayan kecuali pengawal

    yang bertugas libur.”

    “ Baik tuan muda.” Gurat sedih pun

    terpancar dari wajahnya. Melihat tuan mudanya yang untuk kesekian kalinya

    selalu berduka. Ditanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya, rumah ini akan

    selalu seperti ini.

    “ Ikut aku Han.”

    Han mengikuti langkah kaki Saga.

    Sementara Pak Mun masih berdiri sampai Saga menghilang di pintu ruang kerjanya.

    Lalu dia kembali dan menemui pelayan dan penjaga yang sedang menunggu di rumah

    belakang. Untuk memberi tahu, hari ini tidak ada yang di izinkan mendekati

    rumah utama, intinya tidak ada yang boleh terlihat atau mengeluarkan suara di

    sekitar rumah. Beberapa pelayan memilih keluar dan berlibur namun ada yang

    memilh menghabiskan hari di dalam kamar mereka di rumah belakang. Setiap tahun,

    di tanggal yang sama rumah ini akan sunyi tanpa aktifitas..

    Kembali pada Saga di ruangan

    kerjanya. Laki-laki itu duduk di sofa. Membiarkan Han berdiri di depannya.

    Sial! Sepertinya tuan muda tahu. Dia peka sekali kalau berurusan dengan nona sekarang.

    Han mengeram.

    “ Jelaskan padaku! Kamu tahu kan?”

    Han masih terdiam di tempatnya,

    tapi dia tidak menatap Saga dan memilih memalingkan pandangannya.

    “ Lihat aku! Kau tahu ini hari apa

    kan? Aku bahkan tidak akan bisa mengendalikan emosiku walaupun padamu.”

    Teriakan Saga mengema sampai keluar ruangan.

    “ Maaf kan saya tuan muda.”

    “ Sekarang jelaskan padaku. Siapa

    yang ditangisi Daniah. Dia tidak mungkin menangisi ayahku. Bahkan jen dan Sofi

    bisa mengendalikan diri mereka. Walaupun kenangan Jen dan ayah memang masih

    samar. Tapi Daniah jelas tidak mengenal ayahku.”

    Suara Saga terdengar semakin getir,

    membuat Han merasa semakin bersalah dari semua segi.

    “ Maaf kan saya tuan muda.” Menarik

    nafas pelan. “Hari ini juga hari kematian ibu nona Daniah.” Tidak bisa menatap

    wajah tuan mudanya.

    “ Apa!” Saga bangun mendengar

    ucapan Han. “ Barusan kamu bilang apa!” Saga mendorong tubuh Han keras sampai

    membentur tembok. Dia mencengkarm kerah kemeja Han. “ Kenapa kau tidak

    mengatakannya bodoh!”

    “ Maafkan saya tuan muda.” Lirih. Penuh

    penyesalan.

    “ Kenapa kau tidak mengatakannya

    padaku!” berteriak keras.

    Saga memejamkan mata dan berusaha

    mengalirkan udara, supaya bisa berfikir sehat. Dia ingin menghajar Han

    sekarang. Ntah kenapa perasaannya seterluka ini, saat dia mengetahui bahwa

    alasan Daniah menangis sebenarnya adalah apa.

    “ Karena hari ini anda pasti ingin

    bersama nona Daniah, maka saya tidak mengatakannya. Kalau anda tahu anda pasti

    membiarkan nona pergi, padahal saat ini anda ingin bersama wanita yang anda

    cintai untuk berbagi kesedihan kan.”

    “ Bodoh! Pikirkan perasaan Daniah

    juga. Kau tahu sepenting apa dia bagiku!”

    “ Maafkan saya tuan muda.” Tapi

    anda tetaplah yang paling penting bagi saya.

    Saga melepaskan cengkraman

    tangannya, tapi dia masih berdiri di hadapan Han. Matanya masih menatap kesal

    pada sekertarsinya itu.

    “ Mulai sekarang pikirkan

    perasaannya lebih dulu. Pikirkan Daniah sebelum aku,” Han tidak menjawab.

    Membuat Saga semakin Gusar. “ Jawab!” sambil berteriak kakinya sudah menginjak

    kaki Han. Terlihat Han meringis. “ Jawab aku Han.”

    “ Maafkan saya tuan muda.” Han

    selalu menghormati nona mudanya, sebagai bentuk penghormatannya pada Saga. Karena

    dialah wanita yang di cintai Saga.

    “ Huh! Aku tahu ini tidak akan

    berhasil. Baiklah dengarkan aku. Aku benci melihat Daniah menangis. aku tidak

    suka melihatnya menangis apapun lasannya. Jadi bisakah kau memastikan kalau dia

    tidak akan menangis lagi.” Menepuk kedua bahu Han keras. “ Jawab!”

    “ Baik tuan muda, saya akan

    melakukan yang terbaik untuk anda.”

    “ Kau benar-benar setia pada sumpah

    mu ya.”

    Sudah terdengar helaan nafas ringan

    di antara keduanya. Saga menepuk bahu Han beberapa kali.

    “ Pulanglah! Siapkan semuanya

    besok. Aku mau pergi mengunjungi makan ibu mertuaku.”

    “ Saya akan menyiapkan semuanya

    tuan muda. Saya tidak akan pulang, saya akan ada di bawah, kalau anda perlu

    sesuatu.  Saya akan ada di kamar tamu di

    bawah.”

    Cih.

    Saga membiarkan Han melawan

    kata-katanya, setiap tahun di tanggal yang sama. Kalau dia mengusir Han

    sekalipun, laki-laki itu akan tetap bertahan di rumah ini. Diam di kamar tamu,

    dan keluar hanya untuk menyiapkan makan malam.

    Untuk pertama kalinya Saga ragu

    untuk masuk ke dalam kamarnya. Hampir lima menit dia berdiri di depan pintu.

    Saat dia sudah memegang handle pintu dari dalam jen juga membuka pintu.

    “ kak Saga.”

    “ Mau kemana?” tanyanya.

    “ Kakak ipar bilang sudah tidak

    apa-apa. dia mau sendiri.”

    “ Baiklah, terimakasih ya.” Saga

    mengusap kepala Jen pelan. “ Istirahatlah, atau temani ibu di kamarnya.”

    “ Ia kak. Kak Saga juga istirahat ya.”

    Jen melangkah pergi, menoleh

    sebentar dan pintu sudah tertutup. Kakaknya sudah menghilang.

    Setelah di dalam kamar, Saga

    mengedarkan pandangannya.  Mendapati  Daniah sedang duduk di tempat tidur. Bersandar

    di bantal. Gadis itu terlihat menyeka airmatanya saat melihat Saga datang. Dia

    turun dari tempat tidur.

    “ Kemarilah!” Mendekat ke sofa di

    mana Saga duduk. Berdiri di hadapan suaminya, yang tiba-tiba memeluknya. “

    Maaf.” Memeluk daniah erat. “ Maafkan aku”. Tidak tahu alasannya apa tapi itu

    membuatnya menangis lagi. " Maafkan aku." berulang saga mengatakannya. masih memeluk tubuh daniah yang berdiri di hadapannya.

    BERSAMBUNG

Novel