Chapter 137 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 137

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-15

Rumah utama memulai kehidupannya

    kembali. Udara segar mulai masuk melalui ventilasi dan menganti suasana. Cuaca yang hangat dan sejuk karena angin pagi yang juga berhembus, membuat setiap orang bersemangat memulai hari.

    “ Sayang, pasti akan menyenangkan

    kalau bulan madu kita seperti bulan madu kebanyaakaan orang. Kita seharian

    bermain di luar.” Mendengar rengekan itu berulang Saga mendorong tubuh Daniah

    menempel di tembok. Pintu yang sudah terbuka handlenya dia lepaskan. Membuat pintu tidak terbuka lepar ataupun tertutup rapat.

    “ Bicara sekali lagi tentang tema

    bulan madu rakyat jelata kugigit bibirmu ya!” tangannya sudah meraih dagu

    Daniah, seperti benar-benar akan melakukan apa yang ia katakan. Membuat gadis

    itu mendapat serangan panik.

    “ Ia, ia, aku tidak akan

    mengatakannya lagi.” Tertawa, sambil berusaha melepaskan tangan suaminya dari

    dagunya. Berhasil, tangan itu terlepas. Muah, muah, muah. Tiga kecupan disusul

    tawa renyahnya, berusaha mencairkan situasi yang mulai agak menghangat. “Tema apapun pasti menyenangkan kalau bersamamu.” Katanya

    sambil mengedipkan mata. Mengoda lagi.

    Saga tergelak. “ Wahhh, sudah

    berani main cium-cium ya.” Mengusap bibirnya sendiri sehabis mendapat kecupan

    Daniah. Daniah malah tertawa, membuat Saga frustasi dengan keimutan istrinya. Menurut Saga yang sudah dibutakan cinta ya. sekarang semua ekspresi yang muncul di wajah Daniah selalu dia terjemahkan dengan bahasanya sendiri, yang terkadang seenaknya itu.

    Mengemaskan sekali istriku ini.

    Dengan telunjuknya Saga mendorong

    tubuh Daniah, sampai menempel di tembok lagi. Jegrek, suara keras pintu

    tertutup.

    “ Sayang, kamu mau apa?”  panik, karena Saga semakin maju kedepan

    menyudutkan dirinya.

    “ Mengigit bibirmu.” Masih bicara

    santai, dengan seringai nakal muncul. “ Aku mau membalas kecupanmu tadi.”

    “ Apa! aku kan.” Mulut Daniah

    terkunci sudah tidak bisa bicara apa-apa, saat bibir Saga sudah menempel lekat di bibirnya, dan dia mengikuti kemauan Saga.

    Aaaaaaa, kenapa aku iseng

    menggangunya pagi-pagi begini si.

    Cukup lama sampai akhirnya pintu

    kamar terbuka.

    Pagi hari yang cerah, suasana

    hangat yang mulai berangsur mengantikan  suasana dingin rumah megah ini. Rumah utama mulai menjelma menjadi

    hunian nyaman bagi semua yang ada di dalamnya. Tanpa terkecuali. Mungkin sudut

    bibir ibu mertua masih terlihat kurang nyaman melihat menantunya. Namun ia

    berusaha menutupi itu dengan hanya melihat senyum anak lelakinya. Dia berusaha

    mengalah ketika melihat kebahagiaan di mata putranya.

    “ Kakak ipar selamat pagi!” Jen

    memang sudah memperlakukan Daniah dengan baik, tapi semenjak tahu kebenaran

    status Daniah dan Raksa, ntah kenapa sikapnya jauh lebih baik lagi. Suka

    bermanja-manja dan bertingkah seperti bocah imut yang membutuhkan kasih sayang

    kakak perempuan. Saga yang berjalan di samping Daniah sudah mengusir Jen dengan

    tangannya. Jangan mendekat begitu perintah tuan muda melalui sorot matanya.

    “ Kenapa belum berangkat? Apa kau

    tidak terlambat?” Saga menepis tangan Jen yang mau melingkar di lengan kakak

    iparnya. Membuat gadis itu mendengus lalu berjalan di samping Saga menuju meja

    makan.

    “ Hari ini aku akan pergi ke kantor

    cabang, jadi agak siangan berangkatnya. Sudah lama kan aku gak sarapan dengan

    kak Saga dan kakak ipar.”  Melirik kakak iparnya di balik punggung Saga. Daniah hanya mengedipkan mata sambil tertawa tanpa suara.

    “  Sudah kubilang kejar Raksa dengan sportif, jangan merengek pada kakak

    ipar mu. Lupa yang ku katakan, ku beri waktu kau satu bulan. Kalau tidak

    berhasil mengejarnya, lupakan Raksa dan jangan menggangunya. Biarkan dia fokus

    belajar bekerja di Antarna.” Ultimatum tegas Saga. “ Kau juga serius belajar di

    Antarna, kalau kau hanya main-main kusuruh Han mengirimmu ke luar dari gedung

    pusat.”

    “ Ia kak, aku akan serius bekerja!”  Berteriak keras dengan semangat. Semua

    demi kebaikan Jen, gadis itu tahu, hingga ia tidak protes sedikitpun. Bagaimana

    kakaknya sudah menyiapkan proses belajarnya sebelum dia di perkenalkan  secara resmi ke perusahaan nanti.

    “Aku akan membantumu

    diam-diam, hehe.” Daniah menyahut di samping Saga. " Tapi kamu harus usaha sendiri ya, aku tidak akan terlibat terlalu jauh karena ini berhubungan dengan perasaan."

    Dimeja makan ibu Dan Sofia sudah duduk di tempat duduknya. Sofi mendengar apa yang di ucapkan Daniah tadi, lalu dia menyahut dengan kalimat bijak yang baru beberapa detik dia temukan di postingan teman kampusnya.

    " Kak Jen, tahu tidak perbuatan mulia apa yang bisa dilakukan anak muda seperti kita." Bicara dengan penuh kebanggaan setelah sekali lagi melirik hpnya. meyakinkan diri kalau semua kalimat sudah di hafal dengan benar.

    Saga menarik kursi Daniah supaya dia duduk, setelahnya dia juga duduk.

    " Apa!" Jen menjawab sambil mengeryit kesal. Sofi memang tidak mendukung usahanya mengejar Raksa, karena status Raksa yang sudah punya pacar.

    " Perbuatan mulia yang bisa dilakukan oleh orang seperti kita adalah, cukup tidak menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain." Dia tertawa terbahak menyelesaikan kalimatnya. Daniah menahan senyum demi mendengar kata-kata polos Sofi, sementara Jen yang menatap paling sebal.

    " Kurang ajar kamu." Gumam-gumam pelan tidak mau makiannya di dengar yang lain, sambil mendelik kearah Sofi.

    “ Apa! benarkan?” memilih pindah kekursi di samping ibu. Daripada kena pukul pikirnya. Sementara ibu tidak terlalu tertarik. Karena tahu sifat Jen. Dia memang mudah sekali jatuh cinta pada orang yang baik di sekitarnya. Tapi ya itu hatinya masih labil dan mudah sekali goyah. Dia mudah jatuh cinta tapi juga

    mudah beralih hatinya

    Dan akhirnya mereka menikmati sarapan pagi

    dengan tenang setelah Sofi berhenti bicara mengutip beberapa kalimat bijak yang baru ia baca tadi. Sambil menghabiskan sarapan, Saga bicara.

    “ Bu beberapa hari lagi aku dan

    Daniah akan pergi?” Saga memandang ibunya setelah meletakan gelas jusnya yang

    sudah kosong.

    Ibu terlihat terkejut, pergi, pergi

    kemana? Apa mereka mau pindah rumah begitu yang ada di pikiran ibunya. Lalu ibu refleks menatap Daniah tidak suka. Jen dan Sofi sama terkejutnya menghentikan

    makan mereka.

    “ Kak Saga mau ke mana?” Bersamaan

    Jen dan Sofi bertanya.

    “ Bulan madu.” Menjawab singkat.

    Sambil meraih tangan Daniah di sampingnya. “ Kami kan belum pernah pergi bulan

    madu setelah menikah.” Daniah cuma bisa tersenyum ketika semua pandangan mata tertuju padanya.

    Jen dan Sofi mulai heboh berdua mendengar

    jawaban Saga.

    “ Kakak ipar mau bulan madu.

    Cieee, nanti pulang sudah bawa kabar tentang keponakan ku ya.” Kata-kata Jen

    yang spontan langsung merubah airmuka ibu. Dia terlihat tidak bisa menutupi

    rasa tidak senangnya.

    “ Ia kakak ipar.” Sofi ikut

    menimpali.

    Daniah yang melihat perubahan wajah

    ibu terlihat canggung. Menepuk tangan adik iparnya agar berhenti meledek.

    Kenapa kalian membahas hal beginian

    pagi-pagi begini si.

    Ibu mertua belum bicara sepatah

    katapun. Tapi Daniah tahu, bahwa ibu berusaha menutupi rasa tidak sukanya.

    “ Kakak ipar dan Kak Saga

    berusahalah dengan keras. Semangat! Aku akan mendoakan supaya kalian segera

    mendapat momongan. Aku juga ingin segera punya keponakan.”

    Jen dan Sofi sudah ramai bicara berdua, tentang berapa mereka mau punya keponakan.

    Sama sekali tidak bisa membaca airmuka ibu. Bahkan Saga sudah mulai terlihat

    menahan diri karena melihat perubahan wajah ibu. Tapi dia masih diam saja dan melanjutkan makan.

    Ku mohon hentikan Jen, kamu tidak

    lihat wajah ibu mu apa.

    “ Kenapa harus buru-buru, kalian

    bisa menikmati pernikahan kalian dulu. Perihal anak, nanti saja dibicarakan.”

    Kata-kata ibu membuat Saga menghentikan tangannya yang mau mengambil sanwich

    keduanya. Dia melihat ibu dengan kesal.

    Kumohon jangan sampai terjadi

    pertengkaran.

    “ Ibu, kak Saga jugakan sudah

    hampir delapan bulan menikah kalau tidak salah. Itu kan namanya bukan

    buru-buru, tapi memang sudah waktunya. Ia kan kakak ipar?”

    Daniah belum

    menjawab, dia meraih tangan Jen. Mencengkramnya pelan. Meminta mulut gadis itu

    untuk diam sekarang juga.

    “ Soal itu.” Daniah menjawab pelan.

    Terhenti saat Saga bicara dengan suara cukup keras.

    “ Hebiskan makanan kalian!”

    Saga bicara dengan suara tegas, itu

    artiya jangan ada yang bicara lagi. Suasana yang tadinya cukup nyaman berubah

    menjadi kaku. Saga paham apa yang ibunya coba sampaikan tadi. Dia memang belum

    bisa menerima Daniah. Bukan sebatas pada Daniah menjadi istrinya, tapi pada

    posisi Daniah sebagai nyonya rumah ini. Wanita yang akan melahirkan penerus

    bagi keluarga Saga Rahardian.

    “ Saga.” Ibu bicara pelan sambil

    menyentuh tangan kiri anaknya yang ada di atas meja. “ Ibu hanya ingin.”

    “ Aku sudah selesai.” Pembicaraan tentang

    anak masih akan menjadi menu sensitif di meja makan yang mengusik ketenangan, begitu yang dipikirkan Daniah. Karena Saga bangun dari duduk Daniah refleks bangun, walaupun masih tersisa

    makanan di piringnya. Dia berlari menyusul Saga yang sudah berjalan lebih dulu.

    “ Sayang, kenapa marah?” Daniah

    mensejajari langkah Saga sambil melingkarkan tangan di lengan suaminya. Saat

    mereka sudah berada di luar rumah, dan ibu tidak melihat mereka. “ Ibukan hanya

    bicara karena dia perduli padamu.” Saga diam tidak menjawab, dia hanya berjalan

    dengan cepat.

    Sampai di depan mobil, sekertaris

    Han sudah membuka pintu belakang. Mengangukan kepala ketika tuannya mendekat.

    “ Han akan mengatur jadwal

    konsultasimu ke dokter. Bersiaplah!” menyentuh pipi Daniah lembut.

    Apa! dia tidak mengubris yang ku

    bicarakan tentang ibu.

    “ Jangan perdulikan apa yang ibu

    katakan, kalau dia bicara yang menyakiti hatimu katakan padaku.”

    Cih, memang aku wanita pengadu apa.

    Saga memberi kecupan lembut di

    kening dan bibir Daniah setelah itu masuk ke dalam mobil. Dia menjentikan

    tangannya menyuruh Daniah mendekat.

    “ Pikirkan saja berapa anak yang

    kau inginkan.” Seringai tipis di bibirnya.

    “ Apa!”

    “ Aku pergi ya, masuklah, habiskan

    sarapanmu.” Saga melambaikan tangan sebelum mobil berlalu. Daniah belum

    beranjak sampai mobil hanya tampak seperti titik hitam. Menjauh menuju gerbang

    utama.

    Apa dia benar-benar akan memakai

    momen bulan madu untuk fokus membuat anak. Aaaaaaaa!

    Bersambung............

Novel