Chapter 140 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 140

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-16

Sehabis selesai meeting produk baru

    di gedung Antarna Group. Saga dan sekertaris Han kembali ke ruangannya. Sesaat

    sebelum meninggalkan ruangan tadi Saga menatap deretan produk sample di meja.

    Semua orang yang ada di ruangan meeting terlihat gelisah dengan situasi semacam

    itu. Siapapun dari mereka tahu kalau presdir Antarna Group sangat tidak

    menyukai jenis makanan yang satu itu. Tapi, mau bagaimana lagi tuntutan pasar

    serta peluang yang luar biasa besar di produk panggan instan membuat mereka

    tidak mau melepaskan kesempatan mendapat keuntungan. Hanya satu kalimat yang

    diucapkan Saga tapi akan membawa tanggung besar di pundak mereka. “ Paling

    tidak bukan hanya lidah kalian yang merasa enak, tapi tubuh kalian juga tidak

    akan sakit kalau memakannya.” Artinya, buatlah makanan dengan gizi seimbang

    walaupun itu adalah makanan instan.

    “ Kenapa kebanyakan orang tergila-gila

    dengan makanan instan?” Saga berdecak agak kesal sebenarnya. Sampailah mereka

    di depan ruangannya. Staff sekertaris di depan ruangannya bangun saat mereka

    mendekat. Menundukan kepala mereka sopan.

    “ Karena praktis dan enak di lidah.”

    Han menjawab sambil membukakan pintu ruangan. Saga masuk meninggalkan Han yang

    masih berada di dekat pintu. Dia mengerakan tangannya agar salah satu staffnya

    mendekat. “ Siapkan buah dan jus segar seperti biasa.” Perintahnya kepada staff

    sekertaris yang sudah berdiri di depannya.

    “ Baik tuan.”

    Setelahnya Han langsung menarik

    handle pintu. Dia mengedarkan pandangan menyapu ruangan mendapati Saga yang

    sudah duduk di sofa. Menyandarkan kepalanya.

    “ Mereka bahkan bisa berfikir untuk

    membuat bakso aci instan. Bukannya seharusnya bakso itu dari daging kan?”

    benar-benar kehilangan kata-kata. Versi makanan low budjet tapi kepopulerannya

    bahkan mengalahkan produk aslinya.

    “ Di negara kita memang banyak

    sekali makanan citarasa lokal yang bisa dibuat makanan instan tuan.” Han

    menyebutkan beberapa jenis jajanan populer yang sudah banyak beredar. Kalau

    dulu mungkin hanya di kenal mi instan saja sebagai olahan pangan praktis, enak

    di lidah dan mengenyangkan. Tapi sekarang, semua jenis makanan hampir sudah

    memiliki versi instannya.

    “ Jauhkan Daniah, Jen dan Sofi dari

    semua makanan itu. Apa itu yang sering dia makan. Cilok, tadi adakan cilok

    instan.” Saga memberi penekanan dua kali agar Han benar-benar menegur pola

    makan adik-adiknya. Jen dan Sofi masih sering kedapatan makan makanan

    seenaknya, hanya memperdulikan lidah mereka saja. " Biarkan mereka makan sesekali, tapi jangan terlalu sering. Dan juga tetap beri label peringatan di kemasan produk untuk konsumen. Peringatan untuk tidak dikonsumsi setiap hari."

    “  Baik tuan. Sepertinya budaya makan kita memang sudah perlahan bergeser.

    Saat ini makanan pedas atau makanan instan memang sedang sangat populer,

    apalagi di kalangan anak muda.”

    Food vloger yang saat ini  populer di portal pemutar vidio juga membawa

    banyak sekali peran dalam bergesernya pola konsumsi masyarakat. Para pengiat

    ekonomi sudah melihat pasar itu. Saat ini melakukan iklan melalui seleb media

    sosial atau vloger jauh lebih menguntungkan dan menjangkau masyarakat. Efektif

    membidik target market jualan.

    Ketukan pintu menghentikan

    pembicaraan mereka. Han bangun, menerima nampan berisi buah dan juga jus segar.

    Dia membawanya dan meletakannya di atas meja.

    “ Silahkan tuan.”

    “ Han carikan penganti Leela untuk

    Daniah. Sepertinya sudah waktunya dia kembali keperusahaan.” Saga menerima

    gelas yang di sodorkan Han. “ Aku yang akan menentukan sendiri, kau pilih saja

    orangnya dan bawa padaku.”

    “ Apa anda punya kriteria tertentu

    tuan? ” Sejujurnya saat ini tidak ada satu namapun yang masuk dalam daftar

    seleksi sekertaris Han. Membuatnya mendesah sendiri. Tapi membiarkan Leela

    untuk tetap menjadi sopir nona Daniah juga bukan pilihan tepat. Dia masuk

    jajaran top 100 orang kepercayaan di Antarna Group. Kepemimpinannya sudah dia

    buktikan. Dan yang pasti Han bisa mendelegasikan kebijakan penting pada Leela

    menyangkut perusahaan.

    Terlihat Saga berfikir sejenak.

    Mungkin sedang menyusun kriteria khusus tentang asisten yang dia inginkan.

    “ Tidak ada.” Sambil memasukan

    potongan buah ke mulutnya.

    Cih, kenapa anda malas berfikir

    sekarang. Han bergumam sendiri dalam pikirannya.

    “ Tidak ada syarat khusus. Dia

    hanya harus perempuan. Hemmm.” Diam sebentar. “ Bisa bela diri, paling tidak

    selevel dengan Leela. Tidak banyak bicara, tapi tahu apa yang harus dia

    kerjakan. Dan yang pasti dia bisa melindungi Daniah dalam situasi apapun. Kalau

    perlu cari yang bisa tinggal di rumah.”

    Anda masih bilang tidak ada

    kriteria khusus, lalu itu apa!

    “ Sebelum bulan madu, bawa dia

    padaku.”

    Apa! bulan madu bahkan sudah di

    depan mata.

    Han terlihat mulai memilah

    nama-nama di kepalanya. Dia mendapati beberapa nama dalam jajaran pengawal

    terlatih yang dulu pernah secara langsung ada dibawahnya. Semakin

    mengkerucutkan pilihan, tapi belum berhasil menemukan satu nama yang tepat.

    “ Dan juga, apa maksudnya ya, sampai

    hari ini Daniah masih merengek tentang tema bulan madu ala rakyat biasa. Memang

    maunya dia itu apa?” bertanya tapi hanya terdengar seperti protes. “ Tadi pagi

    dia masih membicarakannya.”

    Pikiran Han langsung tersadar

    kembali.

    “ Sepertinya nona ingin bulan madu

    seperti kebanyakan orang tuan. Jalan-jalan dan bersenang-senang di luar

    ruangan. Nona bilang ingin bermain di laut, mungkin maksudnya dia ingin

    seharian bermain di laut, menyelam dan berenang misalnya.”

    Cih. Wajah Saga terlihat masam.

    Apa! jadi anda benar-benar hanya

    ingin memeluk nona saat bulan madu. Kenapa harus jauh-jauh pergi bulan madu.  Peluk saja nona di dalam kamar sepuas anda. Merepotkanku

    saja.

    “ Aku tahu apa yang kau pikirkan

    Han! Kurang ajar.” Saga  Melemparkan

    garbu yang habis dia pakai. Han tergelak menerimanya, lalu ikut makan buah yang

    ada di atas meja. “ Baiklah atur 51 % bermain di luar dan 49 % menghabiskan waktu

    di kamar.”

    Apa! hanya beda satu persen, apa

    anda pikir nona Daniah sepintar itu sampai tahu bedanya.

    “ Tuan muda, apa nona bisa melihat

    bedanya?” mengambil beberapa potongan buah sekaligus, memasukannya ke dalam

    mulut dengan cepat. Lalu menyerahkan garbunya kembali ke tangan Saga.

    “ Apa! kamu sedang berfikir kalau

    gadis bodoh itu tidak akan tahu bedanyakan?” Kesal sekaligus membenarkan

    perkataannya sendiri. Diapun ragu kalau istrinya bisa melihat perbedaan satu

    persen itu.

    “ Saya tidak berfikir kalau nona

    bodoh tuan muda. Saya hanya berfikir apa nona akan sepintar itu sampai tahu

    bedanya yang hanya satu persen.” Bicara tanpa rasa bersalah sama sekali.

    “ Itu sama saja!” berteriak

    akhirnya. “ Hanya beda pengucapannyakan.”

    Han hanya menjawab dengan tertawa .

    “ Satu persen itu bisa jadi berbeda

    tergantung padamu.” Menatap licik. “ Aku percaya padamu Han.”

    Apa-apaan ini sepasang manusia

    bodoh yang saling jatuh cinta. Memberikan beban paling berat padaku. Nona, aku

    harap anda benar-benar pintar kali ini.

    “ Kau lupa, kalau hanya dengan

    saham 51 % aku bisa menutup pabrik ini.” Menunjuk proposal bisnis tentang

    olahan makanan instan yang baru saja mereka bahas tadi. “ Sekarang kau paham kan

    bedanya satu persen itu?”

    “ Benar, anda selalu benar tuan

    muda. Saya akan mengatur semuanya.” Sudah tidak bisa membantah, ketika Saga

    menginginkan sesuatu. Han seperti mewajibkan dirinya untuk melakukan yang

    terbaik.

    Tapi, bulan madu itu sebenarnya

    ngapain aja? Jomblo abadi sedang binggung dengan jawaban dari pertanyaan yang

    ditanyakannya sendiri.

    Mereka menghabiskan buah yang ada

    di piring, tengelam dengan pikiran masing-masing.

    Bersambung

Novel