Chapter 141 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 141

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-16

Han sudah kembali ke ruangannya,

    dia duduk sambil termenung.  Memikirkan

    siapa penganti Leela. Dia sudah menuliskan beberapa nama di kertas. Tapi satu

    persatu nama itu di coret, karena merasa posisi mereka saat ini masih terlalu

    riskan untuk digantikan orang lain. Akhirnya dia meraih hp yang ada di atas

    meja.

    “ Berikan tiga nama yang kau

    rekomendasikan untuk mengantikanmu menjaga nona. Kirim datanya ke email.”

    Sepertinya Han mencari sedikit

    jalan pintas melalui Leela.

    Baiklah, kita tunggu apa yang bisa kau

    berikan.

    Beralih ke bulan madu 51%.

    Lagi-lagi Han terlihat gusar memikirkan seberapa signifikannya satu persen itu

    dimata Daniah, hingga ketukan pintu kaca membuatnya menoleh. Seorang staff

    sekertaris sudah berdiri di luar pintu. Saat Han sudah mengerakan tangannya

    memberi isyarat masuk staff itu membuka pintu perlahan.

    “ Kenapa?” katanya tanpa berpaling

    dari kertas di atas meja. Dia baru saja menuliskan beberapa tempat yang bisa

    jadi destinasi bulan madu, tempat yang sekiranya populer di negara ini.

    “ Maaf tuan, tuan Hariawan meminta

    untuk bertemu dengan tuan Saga.” Sataff sekertaris berada di situasi yang

    sangat tidak menyenangkan. Di satu sisi tamu laki-laki itu belum membuat janji,

    tapi di lain pihak, dia adalah paman dari presdir Antarna sendiri. Membuatnya

    mau tidak mau harus mengetuk pintu kaca di depannya ini.

    “ Dimana dia?” Sudah menoleh dan

    meletakan pena di tangannya ketika nama Hariawan di sebutkan. Berusaha

    menerka-nerka, apa yang diinginkan laki-laki itu.

    “ Sedang menunggu di ruang tunggu.”

    Menjawab cepat.

    “ Baiklah, sajikan teh untuknya.

    Aku akan menemui tuan Saga.”

    “ Baik tuan.” Staffnya sudah

    berbalik dan memegang handle pintu. Langkahnya terhenti ketika Han kembali

    bicara.

    “ Tunggu!”

    Gadis itu berbalik, mulai terlihat

    kuatir dan menduga-duga apa yang diinginkan laki-laki di depannya ini. Dia

    masih terlihat menatap kertas di depannya.

    “ Kau sudah menikahkan?”

    “ Ia tuan saya sudah menikah.”

    Ada apa ini, kenapa dia bertanya

    hal pribadi begini. Tuhan apa salahku. Apa aku kelamaan mengambil cuti, tapi

    kenapa baru menanyakannya sekarang.

    “ Kau pergi kemana waktu bulan

    madu?”

    Walaupun masih tidak mengerti tapi

    yang di pahami dia harus menjawab dengan cepat.

    “ Saya pergi ke negara XX”

    Aaa, negara yang konon jadi negara

    paling romantis dan cocok untuk berbulan madu itu ya. Memang kebanyakan orang

    akan memilih pergi ke luar negri. Tapi nona memilih ingin pergi ke dalam negri saja.

    “ Apa yang kau lakukan saat bulan

    madu?” sekali lagi pertanyaan aneh keluar, Han tidak melihat sebinggung apa

    wajah staff sekertarisnya sekarang. Karena dia malah memegang hpnya. Sedang

    berkutat dengan mesin pencarian dengan kata kunci bulan madu.

    “ Kami jalan-jalan dan belanja

    tuan, selebihnya.” Tidak melanjutkan kalimatnya, binggung sendiri, apa benar

    dia harus menjawab dengan jujur.

    “ Apa?”  Staffnya terkejut karena ternyata

    sekertaris Han masih menunggu jawabannya.

    “ Selebihnya kami menghabiskan

    waktu di dalam kamar.” Ntah kenapa jawabannya membuat dirinya malu sendiri.

    Wajahnya hampir memerah karena binggung bercampur rasa malu. Lebih-lebih ketika

    sekali lagi mendengar pertanyaan sekertaris Han.

    “ Apa yang kamu lakukan di dalam

    kamar?” saat beberapa saat tidak mendengar jawaban, akhirnya dia meletakan

    hpnya dan menoleh. “ Jawab!” terkejut sendiri ketika melihat wajah staff

    sekerarisnya, dan lebih terkejut lagi ketika dia mulai mencerna pertanyaan terakhirnya.

    Sial! Kenapa aku masih bertanya apa

    yang mereka lakukan.

    “ Kenapa masih di sini? pergilah,

    sajikan teh untuk tuan Hariawan.” Nada suara tegas Han, seperti menyalahkan. padahal jelas-jelas dia yang menahan staffnya tadi.

    “ Eh baik tuan.”

    Kenapa aku yang malu, seharusnya

    diakan yang malu menanyakan hal begituan. Staff sekertaris itu mengerutu sendiri.

    Apalagi ketika wajah datar sekertaris Han tidak berubah sampai akhir tadi.

    Cih, mengutuki pertanyaan yang dia

    lontarkan. Akukan tidak sepolos itu sampai bertanya apa yang dilakukan

    pengantin baru di dalam kamar. Sial! Han memukul meja beberapa kali. Menghukum

    kebodohannya sendiri.  Dia menyingkirkan

    kertas-kertas di atas meja. Meremasnya menjadi bola bulat lalu melemparkannya

    di tempat sampah.

    Kita sudahi dulu bulan madu satu

    persen itu, sekarang kenapa tuan Hariawan datang kemari. Tidak mungkin dia

    hanya ingin memohon supaya bisa kembali ke ibu kota. Dia mengenal tuan Saga

    sama baiknya denganku. Memohonpun akan sia-sia.

    Suasana hati sekertaris Han

    benar-benar sangat buruk saat dia meninggalkan ruangannya. Bahkan saat keluar

    dari ruangan Presdir Antarna dia juga masih memasang wajah yang sama. Bahkan

    saat melihat staff yang tadi dia tanyai tentang pertanyaan memalukan tentang

    bulan madu, dia bahkan tidak memberikan reaksi apa-apa. Walaupun terlihat

    staffnya masih merasa malu.

    Han mengusir staff sekertarisnya yang

    mengikutinya sampai keruang tunggu. Sementara laki-laki yang sedang duduk itu

    berdiri saat melihat pintu terbuka. Terlihat gurat kecewa di matanya. Karena

    hanya melihat Han seorang diri. Tidak ada yang muncul di belakangnya sampai dia

    menutup pintu.

    “ Tuan muda menitipkan salam untuk

    anda tuan.” Han menundukan kepalanya sopan. Dia bisa melihat senyum kecewa

    laki-laki di hadapannya.

    “ Apa Saga tidak mau bertemu dengan

    pamannya sendiri?” duduk lagi di sofa. Dengan membawa perasaan kecewa yang

    tidak bisa dia tutupi baik dari raut wajah ataupun nada suaranya. Dia meraih

    cangkir tehnya lagi, menghabiskan isinya.

    “ Anda pasti paham, kalau tuan muda

    tidak seperti itu tuan.  Apa anda mau

    minum lagi, staff saya akan mengambilkan teh lagi.”

    Hariawan memaksakan tersenyum. “

    Tidak usah.”

    “Anda bisa menyampaikan apapun

    kepada saya. Saya akan menyampaikan secara langsung kepada tuan muda.” Menunggu

    reaksi Hariawan, sekaligus berusaha menemukan niatan apa yang membawa laki-laki

    ini datang dari luar kota kemari.

    Hariawan adalah kakak kandung ibu

    dari Saga Rahardian. Dia pria penuh wibawa yang cukup dekat dengan Saga.

    Hubungan mereka terbilang cukup baik, sampai setahun lalu. Karena keserakahan

    dirinya dia membuat kesalahan fatal yang sangat merugikan. Bukan hanya bagi

    perusahaannya, tapi berdampak jauh lebih buruk dari itu. Sampai menimbulkan

    korban jiwa. Cukup lama Han membereskan masalah dan kekacauan yang dibuat

    laki-laki di hadapannya ini. Dan akhirnya tuan Saga memutuskan memberikan kesempatan

    perusahannya untuk tetap berjalan dengan beberapa syarat. Bisa dibilang sebagai

    hukuman.

    “ Bukankah satu tahun sudah cukup?”

    Hariawan memulai pembicaraannya. “ Selama satu tahun ini perusahaanku tidak

    pernah melakukan kesalahan sekecil apapun dalam proyek-proyek yang kami

    bangun.” Meyakinkan. Dia mengambil tas yang dia letakan di bawah dekat dengan

    kakinya. “Lihatlah, ini bukti kami bekerja dengan sangat baik selama setahun

    ini.” Dia membuka tasnya dan mengeluarkan dokumen-dokumen.

    “ Bukan perkara satu tahun atau dua

    tahun.” Han menghentikan tangan Hariawan yang ingin mengeluarkan semua isi tas.

    “ Tuan Saga ingin perusahaan anda menyelesaikan lima puluh proyek kecil daerah

    yang tidak melibatkan nyawa manusia. Kalau anda sudah menyelesaikan itu anda

    bisa kembali ke ibu kota lagi tuan.” Han mengulang pesan yang diucapkan Saga

    diruangannya tadi.

    “ Dia benar-benar tidak berubah ya.

    Masih sangat idealis dan keras kepala.” Berdecak, sekaligus tersenyum tipis. “Kecuali

    berhubungan dengan kehidupan pribadinya. Aku menonton acaranya waktu itu. ”

    Han mengeryit mendengarnya. Dia

    mulai  menerka arah pembicaraan laki-laki

    dihadapannya ini. Kedatangannya dengan membawa tas berisi proyek kesuksesan

    perusahannya hanyalah alasan. Ada misi terselubung yang coba ia lakukan.

    Apa ini berhubungan dengan nona Daniah?

    “ Tuan.”

    “ Han, dari semua orang, aku tahu

    hanya kamu yang paling tahu bagaimana dan apa yang dipikirkan Saga. Apa

    menurutmu Saga benar-benar menyukai istrinya seperti yang dia katakan live di

    stasiun tv waktu itu.”

    Sepertinya apa yang di duga Han

    benar adanya.

    “ Apa nyonya yang meminta anda

    kemari?”

    Wajah Hardiawan terlihat cukup

    terkejut karena bisa dengan mudahnya Han menebak. Dia berusaha menutupi reaksi

    spontannya dengan tertawa. Lalu menepuk tas yang ada di depannya.

    “ Tidak, aku datang untuk memohon

    kepada Saga supaya bisa kembali ke ibu kota.”

    Huh!! Kalau seperti itu kenapa anda

    malah penasaran dengan kehidupan pribadi tuan muda.

    “ Tuan, berhentilah. Tuan muda

    tidak pernah membenci anda secara pribadi. Dia masih mengormati anda sebagai

    paman yang memang pantas untuk di hormati. Saya harap anda tidak membuat

    penilaian tuan muda terhadap anda salah selama ini.”

    “ Apa maksudmu?”

    “ Berhentilah sampai di sini.

    apapun yang nyonya rencanan sudah gagal. Tuan muda mencintai nona Daniah. Dan

    saya akan menjaganya dengan nyawa saya, menjaga hubungan mereka.” Sorot mata

    Han yang serius membuat Hariawan menurunkan tangannya.

    Hariawan tahu, laki-laki dihadapannya

    ini bisa melakukan apapun untuk Saga.

    Bersambung

Novel