Chapter 142 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 142

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-17

Hari ini Saga pulang kerumah jauh

    lebih awal dari biasanya. Tanpa ada drama karena sekertaris Han memberi info

    akurat pada Daniah. Gadis itu benar-benar langsung menarik tangan Leela untuk

    mengantarnya pulang. Walaupun dia sadar kontrak mematikan antara dirinya dan

    Saga sudah berakhir, tapi seperti menuruti kemauan Saga dan tidak membuatnya

    marah menjadi suatu kebiasaan yang nyaris mendarah daging. Walaupun saat ini

    sesekali dia masih suka membantah kalau melalui kata-kata.

    Seperti hari ini, selepas mandi dan

    menunggu waktunya makan malam mereka menghabiskan waktu di dalam kamar. Duduk

    di atas tempat tidur. Masih memakai pakaian lengkap mereka. Lalu Saga memberi

    ide sambil menghabiskan waktu. Untuk main pijat-pijatan.

    “ Buka bajumu!” Katanya duluan. Dia

    memilih untuk memijat duluan. Sudah menarik ujung baju Daniah. Gadis itu

    berusaha mempertahankan pakaian yang melekat ditubuhnya.

    “ Tidak mau!” tidak kalah berteriak

    mengalahkan suara Saga. Kalau dia melepas baju, dia tahu apa selanjutnya yang

    akan terjadi.

    “ Kau benar-benar berani ya

    sekarang.” Saga menundukan kepalanya. Menempel di telinga Daniah. Bahkan nyaris

    mengigit telinga itu.

    “ Sayang, bukan begitu. Pijat saja

    bahuku.” Daniah menepuk bahunya, sementara posisi dia sudah tidur tengkurap

    tanpa bisa bergerak sedikitpun. Saga sudah berada di atasnya bertumpu pada

    lututnya. Daniah hanya berharap kaki suaminya sekokoh sifat berkuasa dan menang

    sendirinya. Hingga dia tidak perlu gelisah dan takut tergencet sedikitpun.

    Kenapa juga si pakai acara

    memijatku segala, biasanya kamu kan yang minta pijat.

    Tidak  menghiraukan ocehan Daniah Saga menarik baju

    Daniah paksa. Setelah berhasil melepaskannya dia melemparkan baju itu jauh dari

    tempat tidur. “ Dasar pembangkang!”

    “ Maaf, maaf!” berteriak karena

    cubitan tangan Saga dipinggangnya.  Saat

    Saga melepas satu-satunya pelindung tubuhnya dia pasrah. Telinganya merinding

    geli saat bibir laki-laki itu menelusuri punggungnya.

    Pijat, pijat saja, kenapa musti

    cium-cium segala. Memang ini panti pijat plus-plus apa!

    Walaupun akhirnya Daniah terdiam

    dan menikmati setiap sentuhan tangan Saga di punggungnya.

    Cih, kenapa dia bisa melakukan

    semua hal begini si. Bahkan pijatannya sangat nyaman. Gerutuan Daniah berakhir

    menjadi pujian. Beberapa kali dia mengerjapkan mata karena merasa sangat

    nyaman.  Sungguh menikmati, karena tangan

    Saga benar-benar fokus memijat tanpa menjahilinya.

    Saga fokus dengan gerakan

    tangannya, mulutnya tidak bicara sepatah katapun. Dia menyusuri setiap bagian

    punggung istrinya. Kecupan lembut dia berikan dibebera titik saat memijat.

    “ Balikan badanmu!” setelah cukup

    lama dia memijat pungguh Daniah.

    Apa! Daniah belum bergerak. Dan dia

    tidak mau bergerak dari tempatnya. Hanya Mengangkat kepala, mencari dimana

    bajunya. Tidak terlihat. Saat dia memutar pandangannya dia melihat pakaianya

    teronggok di lantai di dekat meja rias.

    Habislah aku kalau aku berbalik.

    “ Balikan badanmu. Bagian punggung

    sudah selesai sekarang bagian depan.” Saga mengulang kata-katanya. Tapi dia

    tidak merubah posisi masih bertumpu pada lututnya diatas punggung Daniah. Dia

    mengangkat tubuhnya lebih tinggi, supaya Daniah bisa memutar tubuhnya.

    “ Tidak mau!”

    “ Apa! kau benar-benar belajar

    dengan giat membantahku ya.” Gusar, menurunkan bagian lututnya supaya tubuhnya

    menempel dipunggung polos Daniah.

    “ Haha, sayang bukan begitu.”

    Daniah mulai takut tertindih. “ Bagian depan tidak usah dipijat. Sudah cukup

    sekarang. Nyaman sekali. Ahhh, senangnya. Terimakasih sayang.” Daniah menyentuh

    bahunya dengan tangan kanan dan memberikan sedikit pijatan di sana. Menunjukan

    kalau dia merasa sangat puas dengan sentuhan tangan Saga. “ Tanganmu hebat

    sekali, aku bahkan berfikir kalau aku di pijat tukang pijat profesional. Sayang

    apa kamu juga pernah ikut kelas memijat.” Benar-benar berusaha mengalihkan

    pembicaraan.

    “ Balikan badanmu!”

    Sial, dia tidak mengubris

    kata-kataku.

    “ Tidak mau, aku tahu apa yang kau

    pikirkan.” Berusaha tetap di posisinya tengkurap.

    “ Hei gadis mesum memang apa yang

    kau pikirkan!” tertawa sekali lagi, sambil tangannya mulai aktif menjahili bagian

    sensitif.

    Nahkan lagi-lagi kenapa aku yang

    kena si. Yang mesum itu kamu tuan Saga. Tapi kenapa aku yang selalu kena.

    “ Aku hitung sampai tiga belum

    berbalik, habis kau!” mulai mengancam karena bosan menunggu. Daniah masih

    bersikeras mempertahankan posisinya.

    “ Ia, aku berbalik.” Berteriak. “

    Tapi sayang, kamu bisa turun dulukan?”

    “ Tidak mau.” Menjawab secepat

    kilatan lampu kamera.

    Apa!

    “ Satu...” mulai menghitung karena

    kesal.

    Secepat kilat Daniah memutar

    tubuhnya. Tangannya berusaha menjangkau selimut atau apapun yang bisa

    diraihnya. Tapi tidak ada apapun yang bisa di sentuhnya. Hanya bantal yang ada

    di sampingnya. Tidak mungkin dia meraih benda besar itu.

    “ Apa yang kau cari?” Tangan Saga

    meraih tangan Daniah, yang mencari upaya terakhir untuk menutupi bagian depan

    tubuhnya. “ Aku kan bilang hanya akan memijatmu. Tidak yang lain. Dasar mesum.”

    Telunjuknya menunjuk kening Daniah.

    “ Janji!”

    “ Tidak mau!” seringai muncul di

    garis bibir Saga. Selama beberapa detik dia benar-benar melakukan gerakan

    memijat seperti yang dia lakukan tadi. Tapi selang hanya beberapa detik saja

    dia sudah tergelak dan menjatuhkan diri di samping Daniah.

    “ Sayang.” Mulai waspada.

    “ Siapa suruh kamu gak pakai baju.”

    Tertawa puas.

    “ Apa! memang siapa yang melepas

    dan melempar bajuku ntah kemana.”

    Dia tidak mengubris, sudah

    menyentuh bagian kesukaannya. Dan melakukan apa yang ingin dia lakukan.

    Aaaaaaa, benarkan aku tahu yang kau

    pikirkan. Bukan otakku yang mesumkan. Ayo klarifikasi kata-katamu tadi.

    Daniah berhasil membujuk Saga untuk

    duduk. Setelah dia puas melakukan apa yang dia inginkan. Gadis itu sudah

    mengambil pakaian dan memakainya. “ Sekarang gantian ya. Aku yang akan

    memijatmu.” Tersenyum manis.

    Cih, bagaimana kalau pak Mun

    tiba-tiba datang mengetuk pintu tadi.

    Selang beberapa saat setelah Daniah

    mulai memijat,  dia bahkan baru menyudahi

    pikirannya pintu benar-benar di ketuk. Pak Mun masuk tanpa mendengar suara

    balasan.

    Lihatkan! Dasar tuan Saga.

    Daniah meneruskan pijatannya

    sementara pak Mun mendekat.

    “ Kenapa?” Saga bertanya.

    “ Ada tamu yang di undang nyonya

    untuk makan malam tuan.” Tanpa diberitahu siapa orangnya Saga sudah bisa

    menebak siapa tamu yang dimaksud pak Mun.

    Sudah kuduga, dia tidak mungkin

    tidak datang.

    “ Siapkan saja semuanya.”

    “ Apa anda mau turun untuk menyapa

    tuan. Nyonya juga sedang menunggu di bawah.”

    “ Aku akan menyapanya saat makan

    malam nanti.”

    “ Baik, kalau begitu saya permisi.”

    Pak Mun mengangukan kepala pada Daniah sebelum berlalu. Gadis itu yang

    penasaran dan ingin bertanya berhasil menutup mulutnya. Menunggu sampai pak Mun

    berlalu ke luar kamar.

    “ Siapa sayang?” menatap Saga,

    sementara tangannya berhenti beraktifitas.

    “ Apa! teruskan tanganmu.” Saga

    mengerakan kakinya. Tidak ada keingginan untuk menjawab pertanyaan Daniah.

    Tangannya terulur menyentuh rambut Daniah. Menciumnya beberapa kali. “  Kapan kau mau naik level jadi pijat

    plus-plus” lihat, senyum nakalnya tapi tersimpan keseriusan seperti biasanya di

    sana.

    “ Apa!” terkejut. Apalagi saat mata

    mereka bersitatap Daniah bisa melihat keseriusan di mata Saga. Bahwa dia ingin

    servis lebih dari sekedar pijatan biasanya.

    Gila ya!

    “ Haha Sayang.” Tidak tahu harus

    berkata apa. tidak tahu juga pijat plus-plus yang sebenarnya itu seperti apa.

    “ Satu gerakan saja.” Saga

    mengangkat satu jarinya. Menepuk kedua lututnya. “ Naik!”

    “ Apa! gerakan apa?” pura-pura

    bodoh saja pikir Daniah. Dia masih terlalu malu untuk melakukan hal agresif

    apapun di hadapan Saga saat lampu kamar masih menyala.

    “ Mau ku ajari.” Tertawa tanpa

    malu.

    “ Tidak! Tidak mau.” Spontan  menjawab dan spontan mendekat, Daniah hanya

    memberikan kecupan di bibir Saga. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini.

    Lalu dia secepatnya bergerak keposisinya semula.

    “ Kurang!” mengetuk-ngetuk bibirnya

    yang habis mendapat kecupan dari istrinya.

    “ Sayang!” memohon. Hanya wajahnya

    yang menunjukan kalau dia benar-benar malu. Tapi Saga selalu menyukai ekspresi

    malu-malu dan wajah merah padam Daniah. Hingga dia jauh lebih giat menjahili

    istrinya kalau sudah seperti itu.

    “ Sini kuajari bagaimana pijat

    plus-plus.” Menarik tangan Daniah sampai tubuh gadis itu terjatuh di dadanya.

    Aaaaaaaaa.

    Ketukan pintu dan suara panggilan

    ibu langsung membuat Daniah terperanjak kaget. Dia bangun dari pelukan Saga.

    Merapikan rambutnya. Sementara Saga tidak perduli dan berusaha menarik tubuhnya

    untuk kembali terbaring.

    “ Saga, ibu masuk ya.”

    Posisi orang-orang di atas tempat

    tidur sudah normal kembali. Saga sudah duduk bersandar, sementara kakinya ada

    di pangkuan Daniah. Gadis itu merapikan rambutnya lagi dengan cepat kebelakang

    telinga. Memastikan sekali lagi kalau penampilannya normal. Dia menarik kancing

    bajunya saat melihat pakaiannya terbuka sedikit.

    “ Kenapa bu?” Saga bertanya ketika

    ibu sudah mendekat ke tempat tidur.

    “ Daniah sedang memijatmu ya.”

    Tanya ibu sebelum menjawab Saga. Dia menatap tajam menantunya.

    Melihatku memijat tuan Saga

    pandangan ibu sudah setajam silet. Bagaimana kalau tadi dia datang saat aku

    sedang di pijat, apa matanya akan jadi gergaji mesin yang mengoyakku.

    “ Bisakah kamu turun sebentar,

    pamanmu datang berkunjung. Sudah lamakan kalian tidak bertemu.” Akhirnya

    berusaha tidak memperdulikan apa yang dilihatnya.

    “ Aku akan menyapanya nanti.” Saga

    membalas cepat.

    “ Sayang.” Daniah menurunkan kaki

    Saga. “ Kenapa kita tidak turun sekarang.” Mendengar tamu yang datang adalah

    paman, Daniah berinisiatif untuk mengajak suaminya turun.

    “ Kau belum selesai memijatku!”

    protes. Sambil menunjuk kaki dengan ekor matanya. “Dari tadi tanganmu bahkan

    belum bergerak dari kaki.”

    “ Kita lanjutkan nanti lagi sebelum

    tidur ya.” Jawaban Daniah membuat ibu meliriknya lagi, masih dengan pandangan

    setajam pisau dapur.

    “ Saga apa kamu mau ibu mengundang

    tukang pijat profesional. Salon langanan ibu.” Ibu benar-benar berusaha sekuat

    tenaga, mencari celah sekecil apapun harapan ada di sana.

    “ Tidak perlu bu, Daniah bahkan

    sudah sekolah memijat. Aku harus memakai apa yang sudah aku investasikan.”

    Apa! dasar!

    Saga berjalan di samping Daniah

    sambil melingkarkan tangannya di bahu Daniah. Memainkan telinga gadis itu.

    Tidak perduli ibu yang juga menoleh dan memperhatikan apa yang dia lakukan.

    BERSAMBUNG

Novel