Chapter 147 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 147

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-18

Masalah bulan madu masih ada yang

    menganjal dipikiran Han, membuatnya ada di tempat ini sekarang.

    Han membawa mobilnya memasuki

    sebuah toko buku besar di pusat kota, memarkirkaan kendaraan. Lalu masuk ke dalam

    toko buku. Karena bukan akhir pekan pengunjung toko tidak terlalu ramai. Atau

    mungkin memang minat baca masyarakat yang berkurang. Ntahlah, lapak penjual

    buku online yang menawarkan diskon juga sangat banyak. Mungkin persaingan ketat

    juga menjadi salah satu hal yang membuat toko buku ini lumayan sepi.

    Han menuju komputer database toko.

    Sekali lagi menuliskan kata bulan madu di mesin pencarian. Lalu keluarlah

    deretan judul buku yang dia cari. Rak no 12 gumamnya. Dia membaca sekilas

    judul-judul itu.

    Kenapa aku harus melakukan hal

    seperti ini.

    Sebagai jomblo abadi, terlebih dia

    belum pernah menyiapkan hal seperti ini untuk Saga jadi dia benar-benar dibuat

    cukup bingung. Ada banyak sekali destinasi tempat wisata. Tapi dia belum

    menemukan tempat yang benar-benar cocok untuk bulan madu bagi tuan muda dan

    nonanya. Atau dia sendiri yang mencoba menyusunnya secara sempurna sampai

    membuatnya binggung sendiri.

    Dia menghentikan langkah kakinya,

    mendengar pesan di hpnya. Membukanya. Dari Leela.

    “ Apa anda mau memanggil mereka hari

    ini?”

    “ Bawa mereka sore nanti, setelah

    aku mengantar tuan muda kembali.”

    “ Baik.”

    Leela menawarkan tiga nama. Han

    sudah memeriksa semua data tentang mereka, hanya tinggal bertemu secara

    langsung. Dia hanya berharap salah satu dari ketiganya benar-benar cukup

    mumpuni.

    Brug! Saat dia sedang berjalan dan

    fokus dengan hpnya, dari arah rak buku muncul seseorang yang juga sepertinya

    sedang fokus membaca buku. Membuat mereka saling bertabrakan. Buku yang

    dipegang gadis itu berjatuhan di lantai. Sementara hp milik sekertaris Han ikut

    jatuh dan tertumpuk di antara buku-buku itu.

    “ Maaf tuan saya tidak sengaja.”

    Panik, gadis itu segera berjongkok mengambil satu persatu bukunya yang

    berserak.

    “ Tidak apa, saya juga tidak

    melihat anda.”

    Sekertaris Han menunduk, mengambil

    buku-buku yang berserak. Dia menemukan hpnya. Gadis yang menabraknya juga sudah

    mengumpulkan buku ditangannya. Mau meraih buku yang disodorkan laki-laki

    yang ia tabrak di depannya.

    “ Terimakasih.” Mengulurkan tangan.

    “ Huh! Ternyata ini kamu!” Han

    meletakan buku yang dia pegang dengan keras ke atas tumpukan buku yang dipegang

    gadis itu. Membuat tubuh gadis itu mundur kebelakang terkejut. Dia mulai agak

    kesal.

    Cih, memang siapa si pikirnya.

    Dia mendongakan kepala, mengamati

    wajah tinggi berbalut jas resmi dihadapannya.

    “ Tuan Han.” Dia refleks mundur dua

    langkah. Meletakan buku-buku yang dia pegang di rak. Dia bersyukur tidak

    menjatuhkannya karena terkejut.  Sekaligus sebagai antisipasi, kalau keadaan

    menjadi genting, dia bisa mudah lari kabur. Dia melangkah mundur lagi.

    Kenapa orang sepertinya di toko

    buku. Ini bukan toko milik Antarna Groupkan?

    Dia adalah Arandita, seorang gadis

    tidak beruntung yang pernah memiliki sejarah kelam bersama sekertaris Han.

    Karena kenekatannya, dia harus di tendang dari tempatnya bekerja. Hingga akhirnya

    hidup serabutan menjadi penulis novel online. Saat isi kepalanya buntu dan

    kehilangan ide, dia sering memilih keluyuran ke toko buku. Tempat paling aman

    yang jarang sekali orang yang mengenalnya dimasa lalu datang. Ini pertama

    kalinya dia bertemu dengan orang yang dia kenal. Tapi kenapa harus laki-laki

    ini. Harimau mengerikan ini. Begitu ratapnya dalam hati.

    “ Apa kabar tuan, senang rasanya

    orang seperti saya masih dikenali.”

    “ Orang!” Han mendesah. Membuat wajah

    gadis itu berubah kesal, tahu apa maksudnya. Ya, aku memang bukan manusia di

    hadapanmu, gerutunya, Cuma berani dalam hati dan sambil menundukan mata. “ Kau

    masih hidup rupanya” kata-kata sekertaris Han menusuk ulu hati.

    Kenapa kata-katanya terdengar sebaiknya

    aku mati saja si, aku senang dia mengenaliku. Tapikan seharusnya aku tidak

    bertemu dengannya.

    “ Haha, tentu saja, karena

    kemurahan hati tuanlah saya masih hidup seperti ini. Ya, walaupun harus

    menjalani hidup yang cukup berat tapi saya benar-benar berterimakasih karena

    sudah diberi kesempatan untuk hidup.”

    Cih, kapan terakhir kali aku menjilat

    untuk bertahan hidup.

    “ Minggir, kau menghalangi

    jalanku!” Tidak mengubris apa yang dibicarakan gadis di depannya.

    “ Eh, ia maaf. Silahkan mencari

    buku-buku tuan. Saya permisi.”

    Arandita  membaca situasi, dia harus segera menghilang

    dari tempat ini. Menyelamatkan diri dari harimau yang dulu pernah

    melepaskannya. Dia sudah membungkukan kepala sopan lalu hendak berbalik

    mengambil langkah kaki seribu. Menghilang dari bumi kalau perlu.

    “ Tunggu!”

    Apa! kenapa lagi? Apa salahku

    sekarang? Bukannya kau menyuruhku pergi.

    Han menjentikan tangannya, meminta

    gadis itu mendekat. Dia terlihat binggung, tadi menyuruhnya pergi sekarang

    malah memintanya mendekat. Tapi dia malah memilih mematung ditempatnya. Tidak

    bergerak, jauh lebih aman pikirnya. Karena dia diam membuat Han yang berjalan

    mendekatinya.

    Ara terperanjak terkejut. Saat Han

    meraih rambutnya yang terurai, dia tadi mengikat rambutnya menjadi dua

    seadanya. Dengan karet yang dia temukan dikontrakannya.

    Kenapa dia menyentuh rambutku.

    Aaaaa, kapan aku terakhir kali keramas!

    “ Apa dari dulu rambutmu seperti

    ini?”

    Apa? kenapa? Rambut bergelombangku

    kenapa?

    “ Ini rambut asli saya tuan.” Dia ingin

    menepis tangan yang menyentuh rambutnya, tapi tidak punya keberanian

    melakukannya.

    “ Sepertinya dulu tidak seperti

    ini.” Masih mengamati rambut yang ada ditangan kirinya.

    “ Dulu saya meluruskan rambut saya

    supaya terlihat rapi. Tapi karena akhir-akhir ini saya harus menghemat uang

    jadi saya tidak mau menghabiskan uang saya untuk meluruskan rambut.” Menjawab selugas

    mungkin.

    Han menjatuhkan rambut yang dia

    pegang, lalu menatap tangannya. Sepertinya dia merasai rambut bergelombang

    berminyak belum tersentuh sampo selama beberapa hari. Nona penulis sepertinya

    kamu sibuk sekali ya. Dia mengusapkan tangannya di bahu wanita yang masih

    terlihat raut binggung itu.

    “ Baguslah, dengan rambutmu ini kau

    jadi terlihat seperti manusia.”

    “ Apa?” binggung. Kenapa rambut

    yang selama ini dia anggap jelek ini membuatnya jadi manusia di hadapan

    laki-laki ini. Aran penasaran ingin bertanya, sekaligus mencegah mulutnya untuk

    terbuka. Jangan cari mati. Begitu nuraninya menyadarkan.

    “ Minggir! Kau menghalangi jalan.”

    “ Aah, maaf tuan.” Dia mundur

    mempersilahkan Han lewat. Menatap punggung laki-laki itu yang menjauh. Terdengar

    dia langsung menarik nafas lega.

    Dia bilang apa? dia menggangapku

    manusia. Kenapa? Karena rambut bergelombangku yang berminyak ini. Aaaaa, kenapa

    aku tidak keramas si tadi.

    Han sudah ada di rak nomor 12 dia

    terlihat serius mengambil beberapa judul buku. Sementara gadis itu sepertinya

    mengurungkan niatnya untuk menghilang dan kabur. Dia berdiri dibelakang rak,

    membungkukan kepala sambil menatap Han. Melihat buku apa yang dia cari.

    Bulan madu. Apa dia sudah menikah?

    Hah! Dengan siapa? Sial, aku harus kehilangan pekerjaan gara-gara dia dan

    sekarang dia mau menikah.

    Tanpa sadar dia mendekat, sambil

    masih menendap-endap. Pura-pura membaca, padahal dibalik bukunya dia hanya

    sedang memperhatikan setiap gerakan Han. Pikirannya berlarian sampai pada titik

    kesalahan fatal yang dia lakukan berhubungan dengan laki-laki itu. Dia yang

    begitu beraninya melakukan pengintaian seperti yang dilakukannya sekarang.

    Sekertaris Han terlihat sudah

    menemukan apa yang dia cari. Ada beberapa buku yang dipegangnya. Lalu dia

    berjalan menuju kasir. Naluri keingintahuan yang beberapa tahun ini terpendam

    muncul begitu saja. Membuatnya juga berjalan mendekat. Masih membuntuti.

    Sudah diarea parkir. Han sudah

    masuk kedalam mobilnya. Dia terlihat sudah menghidupkan mobil, tapi tidak

    melajukannya keluar dari area parkir. Suara klakson mobil terdengar keras.

    Membuat seseorang yang sedang berdiri di balik tiang terlonjak kaget.

    “ Sial! Dia tahu aku

    membuntutinya.”

    Sekali lagi suara klakson

    terdengar. Han mengeluarkan tangannya. Lalu mengerakan tangannya memberi

    isyarat agar seseorang mendekat.

    “ Pura-pura tidak lihat, ayo

    kabur.” Pikirnya. Tapi suara klakson lagi. Membuat gadis itu akhirnya mendekat.

    Di dalam mobil Han kembali mengerakan tangannya. Membuat gadis itu kembali

    mendekat. Sampai tubuhnya menempel dipintu mobil.

    “ Sekarang kau bekerja untuk

    siapa?” bicara tanpa melihat gadis yang menempel di pintu mobilnya.

    “ Tidak tuan anda pasti salah, saya

    hanya sedang lewat.” sambil mengerakan tangan mencari-cari pintu keluar, sialnya dia tidak menemukan. kecuali deretan mobil dan juga motor.

    “ Kau bawa mobil.”

    “ Tidak.” mulai membaca situasi yang mencekam, yang bisa membuatnya terjebak dengan laki-laki mengerikan dihadapannya ini.

    “ Motor.”

    “ Tidak.”

    Habislah aku.

    “ Berani sekali kau ya, masih

    membuntutiku.” sekilas Han melihat wajah Arandita. yang mulai terlihat panik. tapi walaupun gadis begitu gadis itu tidak gemetar atau takut. ya, Han tahu, wanita di depannya ini memang sedikit berbeda. Kalau tidak, bagaimana bisa dia senekad dan seberani itu, saat berurusan dengannya dulu.

    “ Maaf tuan, ini hanya naluri

    keingintahuan saya.” akhirnya pasrah mengaku. Dia memang hanya penasaran. Dan rasa ingin tahunya yang kadang membawa petaka.

    “ Terlalu banyak mencari tahu bisa

    membuatmu mati.” Han bicara dengan sinis.

    “ ah, ia maaf tuan. Kalau begitu saya

    permisi.”

    Aku harus pergi sekarang juga.

    “ Tunggu!” Han mengeluarkan hpnya,

    menyodorkan kewajah gadis Arandita. Gadis itu mundur kebelakang “ Masukan nomor hpmu.”

    “ ahh, saya sangat miskin tuan,

    saya tidak punya hp.” mengibaskan tangan sambil tertawa.

    Aku bisa mati kalau memberikan

    nomorku.

    Han mengoyangkan hpnya. “ Kau masih

    ingat kenapa aku mengampunimu dulu.”

    “ Ia tuan.”

    “ Kenapa?” bertanya lagi.

    “ Karena saya cuma serangga

    penggangu, yang hanya akan mengotori sepatu anda kalau anda menginjak saya.” Jawaban yang cukup menyedihkan, namun dijawab dengan lugas oleh Arandita.

    “ Ingatanmu cukup bagus

    juga. Tapi karena aku sudah menggangapmu manusia sekarang, kalau kau bertingkah

    aku bisa saja menghabisimu.”

    “ Apa! kenapa? Apa salah saya.”

    “ Masukan  nomormu! “ mengoyangkan kembali hp di depan wajah. membuat Aran tidak bisa menolak. dia mengambilnya.

    “ Baik.”

    Gadis itu menyerahkan hp dengan

    kedua tangannya. Setelah selesai memasukan nomor.

    “ Kalau sampai kau berani memberiku

    nomor yang tidak bisa dihubungi, habis kau. Aku bisa menemukanmu walaupun kau

    bersembunyi di lubang semut sekalipun.”

    “ Tunggu! sepertinya saya salah

    memasukan satu nomor tuan.” Mengambil lagi dengan cepat. lalu ketik-ketik dengan cepat juga. “ saya baru menganti nomor hp beberapa hari lalu, jadi masih agak lupa. Silahkan, saya sudah mencatat

    nomor saya dengan benar.” mengembalikan hp lagi.

    Bagaimana dia bisa tahu kalau aku menulis nomor yang salah. sial!

    “ Pergilah, tunggu aku menelfon.”

    “ Baik. Selamat jalan tuan. Semoga

    hari anda menyenangkan.”

    Han tidak menjawab. Dia sudah

    menghidupkan mobil. Dan keluar dari area parkir.

    Aaaaa kenapa aku membututinya. Kenapa aku penasaran dengan harimau gila itu. Aaaaaa!

    Gadis itu menabrakan tubuhnya ketiang besar penyangga gedung. Membenturkan

    kepalaanya pelan. “ Aku pasti sudah gila, kenapa aku memberinya no telfon.”

    Sementara itu Han terlihat melirik

    kaca spionnya. Terlihat selintas senyum samar di bibirnya.

    BERSAMBUNG

    Sampai jumpa minggu depan ^_^

Novel