Chapter 155 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 155

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-08-11

Sudah di dalam mobil yang melaju. Aran menyodorkan kopi dan roti isi yang dia pesan dua paket tadi. Tapi sekertaris Han melirikpun tidak. Akhirnya dia menikmati semua makan itu. Dua porsi sekaligus tandas dalam sekejap. Han terlihat melirik sebentar, lalu mengalihkan pandangannya menatap jalanan.

    Bagaimana dia tidak tahu malu, makan sebanyak itu lagi. Yang seperti itu mengaku dewi kecantikan? mengemudi sambil mengelengkan kepalanya sendiri.

    Setelah meletakan semua sampah dalam plastik, Aran menghela nafas lega. Perutnya yang merinding keroncongan tadi sudah terisi penuh. Melihatnya sudah selesai makan sekertaris Han mulai bicara.

    Sepanjang perjalanan Aran terdiam

    mendengarkan, mencatat semua yang dibicarakan Han di kepalanya. Walaupun

    sebagian besar yang dikatakan Han dia sudah tahu. Sebagai reporter berita resmi, dia mengetahui banyak protokoler yang harus di taati ketika bertemu dengan pejabat penting, perusahaan besar, atau artis sekalipun.

    "Tutup mulutmu dan jangan bicara

    kalau tuan Saga tidak memintamu bicara. Jawab dengan jelas kalau dia bertanya.

    Dia yang akan menentukan apa kau layak menerima pekerjaan ini atau tidak. Jika

    tuan Saga menolak, kau juga tidak akan bisa bekerja."

    Cih, lantas kenapa sudah seperti

    aku diterima wawancara kerja saja tadi.

    " Kalau tuan muda menolakmu, kau bisa bekerja menjadi pesuruh. Aku akan mengirimu ke luar kota. Merangkak sekalipun kau tidak akan bisa keluar dari tempat terpencil itu."

    Apa! dia hanya sedang menakutikukan.

    " Aku serius!" Menjawab sorot tidak percaya di mata Aran.

    Aaaaa, jadi orang baik apa akan membunuhmu, kenapa bicara saja selalu setajam pisau begitu.

    Sekali lagi sekertaris Han mengingatkan bagaimana Aran harus bersikap di hadapan tuan Saga.

    Arandita sudah paham bagaimana

    protokoler berhadapan dengan tuan Saga. Dia sudah sering mengikuti berbagai

    acara resmi Antarna Group yang melibatkan presdirnya. Jadi standar baku yang

    harus dilakukan di hadapan tuan Saga dia sudah hafal diluar kepala.

    Tapi kenapa dia yang akan

    memutuskan sendiri, memang pekerjaanku apa si.

    Mata-mata? Atau menguntit istrinya? Hei tapi untuk apa?

    Penasaran, sekaligus nyali yang

    sedikit menciut. Bagaimanapun dia belum pernah berhadapan langsung atau bicara

    dengan presdir Antarna Group. Tapi ketakutannya bisa ia kubur, sekali lagi dia berusaha hanya melihat hal positif di depannya. Uang dan hidup yang lebih baik. Jauh lebih indah untuk dibayangkan, daripada pekerjaan yang menantinya.

    “ Tuan apa pekerjaan saya

    sebenarnya?” Akhirnya bertanya setelah sebelumnya melirik Han ragu-ragu. maju mundur dalam hati untuk bertanya.

    Han mengemudikan mobil dalam diam.

    “ Apa aku belum memberitahumu.” Jawabnya seenaknya, tidak menoleh sedikitpun.

    Apa! kau sengaja ya. Jelas-jelas

    penjelasan panjang lebarmu tadi hanya seputar protokoler berhadapan dengan tuan

    Saga, yang semuanya sudah ku hafal di luar kepala.

    “ Tuan sama sekali belum

    menjelaskan pekerjaan saya.” protes kecil yang tidak berarti.

    “ Kenapa kau tidak bertanya? bodoh!

    Sepertinya aku salah menilaimu ya. Kinerjamu sebagai reporter sok tahu

    sepertinya sudah mulai hilang.” Lagi-lagi setajam itu kata-katanya.

    Apa! akukan sudah bertanya di kafe

    tadi, cuma kau jawab dengan bawa-bawa mempertaruhkan nyawa.

    “ Maafkan saya tuan. Selama menjadi

    dewi kecantikan saya hanya menghabiskan waktu di kamar sempit saya, jadi

    sepertinya jiwa sok tahu saya sedikit memudar.” Menjawab dengan nada sedikit

    kesal.  Membawa nama pena yang sedari

    tadi jadi bahan ejekan sekertaris Han.“Kalau tuan tidak keberatan apa tuan mau

    menjelaskan pekerjaan saya.”

    Ya, ya, aku tahu, seringaimu itu

    muncul saat kau senang kan? Aku akan menganti nama penaku nanti. Jadi gadis buruk rupa, biar kau puas.

    “ Kau akan bekerja menjaga nona

    muda kami.”

    “ Apa! maksudnya nona Daniah?”

    Sebuah nama yang sempat mengegerkan itu. Menjaga nona Daniah? Dari apa? dia bahkan

    tidak diperkenalkan ke publik untuk menjaga privacinya. Pertanyaan berseliweran

    di kepala Aran.

    Jangan-jangan sebenarnya dia orang

    populer di negara ini?

    “ Kau tidak terlalu ketinggalan

    informasi rupaya.” Han bicara lagi.

    “ Siapa yang tidak tahu nama itu

    tuan. Sejak tuan Saga mengatakannya ke publik siapa nama istri yang dicintainya.

    Apa tuan tahu, kalau nama Daniah menjadi nama no satu yang dipilih ibu hamil

    untuk memberi nama anak perempuan mereka.”

    Hah! Kau tidak tahu rupanya. Aran seperti menang telak satu permainan. Kemenangan yang dia klaim sendiri.

    “ Apa ide menyatakan perasaan tuan

    Saga  di stasiun tv terinspirasi dari

    kejadian lamaran untuk tuan dulu.” Langsung menutup mulut dengan tangan. Terkejut dengan kata-katanya sendiri.

    “ Tutup mulutmu!” Tegas.

    Aku cari mati.

    “ Maaf tuan.” Arandita langsung

    bungkam setelah meminta maaf, dia tidak berani lagi membuka mulutnya bicara

    sepatah katapun. Diapun berfikir, kalau dirinya sudah gila. Bagaimana bisa dia

    mengungkit kejadian itu lagi.

    Sial, sial aku keceplosan. Dia

    tidak akan melempar ku keluar mobilkan.

    “ Kau mau aku mulai memotong

    gajimu, yang bahkan belum kau dapat.” Han membuka mulutnya ketika mobil masuk

    ke area parkir gedung Antarna Group.

    “ Tidak tuan, maafkan saya. Maafkan

    kelancangan saya.”  Memohon, Han diam dan

    mengacuhkan. keluar dari mobil, sementara Arandita berlari di belakangnya. Mengutuki kebodohannya bicara.

    Lantai tertinggi gedung Antarna

    Group.

    Mimpi apa aku bisa sampai di lantai ini. Dengan pekerjaanku dulu saja mustahil aku bisa menginjakan kaki di lantai tertinggi ini.

    Aran mengedarkan pandangannya. Bersitatap

    dengan staff sekertaris yang langsung berdiri saat dia dan sekertaris Han

    sampai di depan ruangan.

    Ini pasti ruangan tuan Saga. Eh,

    kenapa aku ditinggal.

    Aran mematung di depan pintu,

    ketika dia mendapat isyarat untuk diam menunggu. Sementara Han masuk ke dalam

    ruangan. Dia tersenyum pada staff sekeeratis yang masih melihatnya dengan penuh

    tanda tanya. Aran ingin melangkah bertanya, tapi diurungkan niatnya. Tuan Han

    mau dia diam menunggu tadi.

    Jangan membuat kesalahan Aran, atau

    kau hanya akan kerja sukarela tanpa bayaran.

    Arandita hanya melihat kesibukan

    tiga staff sekertaris itu. Ada satu orang yang terlihat keluar masuk membawa

    berkas dari sebuah ruangan yang ntah ada di mana. Dia hanya terlihat memasuki

    lorong di ujung ruangan. Setelah dia duduk, dia  memberi instruksi

    kepada dua orang yang ada di sampingnya.. Aran melihat semua hal itu, namun

    ntah kenapa kelebatan yang terngiang di kepalanya adalah slide kehidupan masa

    lalunya.

    Betapa senangnya aku, kalau aku

    tidak pernah terlibat dengan Tuan Han. Hari ini aku pasti sedang sibuk dengan

    tumpukan berita dan foto-foto. Arandita! Bagaimana kau bisa terjerumus dan hidup

    seperti ini.

    Rasa sesak yang tiba-tiba muncul,

    saat sesosok wajah muncul juga setelah bayangan tuan Han lenyap. Ya, nona muda putri

    dari pemilik stasiun TVXX yang dulu menjanjikan kerahasiaan namanya. Cih, memang

    seharusnya dia tidak mudah percaya kata-kata orang yang sedang dimabuk cinta.

    Saat dia meminta pertongan, wanita itu menjanjikan uang dengan nominal yang

    tidak terbayangkan. Kerahasiaan namanya, dan jaminan kalau tidak akan terjadi

    apa-apa padanya. Tapi nyatanya!

    Sial! Aran memaki lagi demi

    mengingat wajah nona cantik itu.

    Dia bahkan sekarang sudah menikah.

    Aku tidak dapat uang, kehilangan pekerjaan dan harus berurusan dengan orang

    seperti tuan Han. Kalau saja dalam hidup ini boleh balas dendam, rasanya aku

    ingin balas dendam. Menyiram segelas air saja sepertinya sudah cukup untuk

    membalasmu nona.

    Hiks, hiks, Aran menagis tanpa

    mengeluarjan suara dan airmata. Bagi rakyat jelata sepertinya itu tidak

    mungkin. Setelah dia ditendang secara tidak hormat dari stasiun tv jangankan

    bertemu dengan nona muda untuk menuntut haknya. Dia harus menghilang dan

    bersembunyi seperti bayangann masa lalu. Karena muncul dan menunjukan diri sama

    saja mencari mati.

    Aran sempoyongan karena tiba-tiba

    bahunya terdorong dengan kuat. Terjaga dari lamunan. Namun dia bisa mundur dengan cepat dan

    membuatnya tidak terjatuh.

    Kenapa dia kuat sekali, padahal

    hanya mendorong dengan jari.

    “ Kau tuli ya, kupanggil tidak

    menjawab?”

    Han sudah ada di hadapannya. Ntah

    sudah berapa lama dia tengelam dalam pikirannya.

    “ Masuk! Ingat, apa yang sudah

    kujelaskan di dalam mobil tadi.” Langsung membalikan badan dan membuka pintu.

    “ Baik tuan.”

    Aku sudah tahu! Aku hafal di luar

    kepala protokoler itu.

    Dibelakang Han, Aran mengutuki

    laki-laki dihadapannya dengan makian.

    Bersambung

Novel