Chapter 157 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 157

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-08-07

Waktu kembali berputar, matahari

    kembali bersinar. Dimusim cerah seperti ini, langit pagipun sudah berwarna biru

    terang.  Kalau jadwal rutin biasanya,

    hari ini pasangan suami istri itu  sudah

    keluar kamar dan menikmati sarapan. Namun sepertinya hari ini tidak seperti

    biasanya. Langit cerah terus bergerak menuju siang. Dan pintu kamar mereka

    masih tertutup rapat.

    Terlihat Saga keluar dari ruang

    ganti baju, mengeringkan rambutnya. Suasana hatinya terlihat senang, bisa dilihat dari senyum yang muncul di bibirnya. Dia memakai pakaian

    yang cukup santai. Tanpa setelan jas seperti biasanya selalu melekat di tubuh

    sempurnanya.

    “ Hah! Kau benar-benar tidak

    bergerak dari tempat tidur ya.” Bergumam sendiri saat mendapati Daniah yang

    hanya terlihat ujung rambutnya, tertutup selimut. Masih terlelap dalam tidur.

    Saga melemparkan handuk di tangannya yang  jatuh ke ujung meja. Lalu dia melompat ke tempat

    tidur di samping Daniah. Gadis itu hanya mengeliat tapi tidak terbangun.

    Walaupun Saga menjatuhkan diri cukup keras di sampingnya. “Haha, kau

    benar-benar tidak bangun ya.” Sudah mulai gemas dan tidak bisa menahan diri.

    Menarik ujung selimut sampai bahu

    Daniah tersibak, terlihat jelas beberapa stempel kepemilikan melekat merah di

    sana. Saga mencium setiap tanda itu sambil tergelak, karena Daniah benar-benar

    tidak menunjukan reaksi apapun.

    “ Hei, bangun!” mencium lagi. “Kau

    tidur jam berapa semalam, sesiang ini belum bangun?” Padahal karena siapa

    Daniah sampai seperti itu, seharusnya tidak perlu ditanyakan. “ Sayang, Niah

    sayang, bangun.” Saga berbisik di telinga Daniah sambil tangannya melingkar

    memeluk Daniah. “ Niah sayang, bangun, atau kau ketinggalan pesawat nanti.”

    Belum bereaksi juga, akhirnya Saga mencium leher Daniah sampai mencipta tanda

    merah untuk kedua kalinya.

    Mulai mengeliat. Terdengar erangan

    kecil. Terdengar auman dari mulutnya kemudian, segera dia tutup dengan tangan saat tahu

    Saga terbaring di sampingnya.

    “ Hei bangun!”

    “ Jam berapa sayang.” Mengeliat,

    sambil memastikan waktu dengan melihat jendela. Terperanjak karena di luar sana

    sudah terang benderang, matahari pasti sudah lama naik.  “ Maaf, aku terlambat ya? Kenapa belum

    siap-siap? Tidak bekerja?” deretan pertanyaan muncul saat melihat baju yang

    dipakai Saga.

    “ Hari ini libur.”

    “ Ahhh, enaknya presdir bisa

    semaunya bekerja.” Saga hanya bereaksi dengan mempererat pelukannya. Lihat, dia

    yang minta orang bangun, giliran sudah bangun malah di dekap seerat itu.

    Bukannya melepaskan diri Daniah ikut larut bermalas-malasan juga. Sambil

    mengeliat dan membenamkan wajah di dada suaminya.

    “ Sayang, aku bermimpi barusan.”

    Mendongakan kepala yang langsung di sambut kecupan lembut di keningnya.

    “ Apa?”

    Tanganmu tuan, kondisikan tanganmu.

    “ Kau memanggilku sayang dengan

    sangat manis di telingaku.”

    Saga tergelak lalu mencium pipi

    Daniah. “ Kau pasti benar-benar bermimpi, bangun dan mandi sana, Han pasti

    sudah menunggu di bawah.” Mengeser tubuh lalu bangun. Kalau dia tetap berbaring

    dan memeluk istrinya bisa jadi jadwal keberangkatan bulan madu akan tertunda. Semua agenda yang di susun Han akan mundur.

    Aku benar-benar cuma mimpi ya tadi.

    Kupikir dia akan mengaku kalau memanggilku sayang. Dasar, mengaku saja si biar

    aku senang.

    “ Sayang!” Menarik ujung lengan

    Saga yang sudah duduk di tepi tempat tidur.

    “ Apa? bangun sana! Mau kumakan

    lagi.”

    Daniah merengut sambil mengelengkan

    kepala. “ Panggil aku sayang dulu. Niah sayang. Haha, aku baru mau bangun.”

    Daniah tertawa sendiri sambil menutup mulutnya. Panggilan yang tadi terdengar

    di mimpi terdengar sangat manis. Dan dia ingin merasakan debaran itu secara

    nyata.

    “ Belum bangun juga dari mimpi kamu

    ya.” Tertawa, meletakan tangan di ujung selimut yang dipakai Daniah melindungi

    tubuh polosnya. “Kau benar-benar mau mengajakku tidur lagi ya?” menarik selimut.

    “ Tidak.” Langsung sigap

    mempertahankan helaian kain pelindung tubuhnya. “ Hei, Saga panggil aku sayang

    dulu.” Daniah tertawa sambil tetap mempertahankan selimutnya.

    “ Wahhh, wahh, mulai kurang ajar

    ya.” Saga melepaskan sandal yang sudah dipakainya dan naik ke atas tempat

    tidur. “ Niah sayang kau mau aku mulai dari mana?”

    “ Tidak! Tidak. Aku cuma minta

    dipanggil sayang, tidak mau yang lain.” Bangun dari tempat tidur, dengan

    selimut sudah berpindah  ke tangan Saga. Tapi dia berhasil lari dan masuk ke ruang ganti

    baju. “ Aku mencintaimu.” Teriaknya, langsung menutup rapat pintu. Sementara Saga tergelak

    sambil menjatuhkan tubuh ke atas tempat tidur lagi. Mencium selimut yang

    dipakai Daniah tadi.

    Hei Saga, hei Saga, hei Saga.

    Kurang ajar sekali aku, tapi kenapa itu menyenagkan ya memanggilnya begitu. Aku ingin memanggilnya begitu sesekali.

    Daniah  melihat bayangannya di kaca saat mengeringkan

    rambut. Merasa dicintai itu benar-benar memunculkan perasaan yang berbeda

    dengan situasi saat kita mencintai. Dia merasa senang sekaligus berbunga secara

    bersamaan. Makin hari perasaannya semakin tumbuh dengan kuat.

    Daniah mengintip di balik pintu

    ruang ganti setelah selesai mandi dan ganti baju, masih mendapati Saga terlentang di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit kamar. Tidak tahu apa yang dipikirkannya.

    Kenapa dia masih di atas tempat

    tidur si, kalau dia membalasku bagaimana?

    “ Sayang, memang kamu mau kemana?

    Kenapa sampai tidak berangkat kerja? Aku boleh pergi ke rukokan?” Belum keluar

    dari ruang ganti baju. Yang diatas tempat tidur diam tidak menjawab. Mau tidak

    mau Daniah keluar juga akhirnya. “ Sayang.”

    “ Hemm.”

    Aaaaa,  ia, aku lupa semalam belum membicarakan kepergian

    Leela. Akukan mau minta bawa mobil sendiri lagi.

    Mendekati tempat tidur sambil

    berfikir. Memutar otak dengan cepat bagaimana memilih kata yang paling tepat. Dia tidak mau kalau permohonannya terdengar seperti rengekan. Karena kalau jelas-jelas dia meminta bawa mobil sendiri, kecil kemungkinan kalau Saga akan meloloskan permintaan itu. Daniah masih yakin, kalau suaminya selalu senang kalau melakukan sesuatu yang tidak dia sukai.

    “ sayang, aku boleh.” Mau membahas

    tentang Leela.

    “ Niah sayang, kemarilah.” Tangan

    Saga terangkat, dia mengoyangkan tangannya berulang. Isyarat Agar Daniah mendekati tempat tidur.

    Aku tahu, kau tidak akan

    mengampuniku semudah itu. Kenapa aku cari perkara minta dipanggil sayang segala

    si.

    “ Niah.” Suara Saga terdengar

    setengah berbisik.

    “ Ia, ia. Aku datang.”

    Dan kegiatan bulan madu benar-benar

    mundur dari jadwal.

    “ Aku lapar!” Daniah melingkarkan

    tangan di lengan Saga. Sambil menyeret kakinya.

    “ Mau ku gendong?”

    “ Tidak! Terimakasih.”

    Tidak tahu harus membayar dengan

    apa kalau sampai tuan muda ini mengendongnya menuruni tangga.

    “ Sayang, hari ini kamu mau

    ke mana?” bertanya lagi. “Karena Leela sudah berhenti apa aku boleh.....”

    “ Kita akan berangkat bulan madu.”

    Jawaban Saga sudah membungkam Daniah untuk bicara tentang Leela lebih lanjut.

    “ Hah! Bulan madu! Sekarang?”

    Menghentikan langkah. “ Sekarang?”

    “ Ia sekarang.”

    Apa-apaan dia, kenapa mendadak

    begini. Aku bahkan belum menyiapkan apapun.

    Daniah bahkan tidak memikirkan atau

    belum memikirkan apa yang harus dia bawa. Pakaian dan semua barangnyapun belum

    dia kemas.

    Dia benar-benar gila ya, kenapa

    suka mendadak begini si.

    “ Tapi sayang, aku bahkan belum

    siap-siap dan mengepak pakaian.” Sampai dibawah tangga. Daniah melihat Han

    keluar dari ruangan Saga dengan membawa tas kerjanya.

    Lihat itu, si pembuat jadwal

    keberangkatan.

    “ Pak mun sudah menyiapkannya.” Saga membalas cepat. " Kau hanya perlu membawa tubuhmu." Ada senyum diujung kalimat Saga.

    Apa, cukup membawa tubuhku. Dasar!

    “ Apa pak Mun, apa kamu menyuruhnya

    menyiapkan pakaian?” Malu, membayangkan pakaian seperti apa yang dipilih pak

    Mun.

    “ Hei, memang tidak ada pelayan di

    rumah ini, sampai dia yang harus mengepak baju. Ayo makan, kamu bilang

    kelaparan tadi.” Menarik tangan Daniah menuju meja makan. Saga menarik kursi dan mendudukan tubuh Daniah.

    Seenaknya si seenaknya, tapi jangan

    begini juga kali. Masak aku pergi bulan madu tanpa persiapan apa-apa.

    Daniah mengedarkan pandangan.

    Merasa suasana yang berbeda di rumah. Tapi apa? dia tidak bisa menebak walaupun sudah berfikir. Pak Mun

    muncul dari arah dapur membawa makan siang, di belakangnya ada dua pelayan yang

    sigap menyusun makanan di atas meja. Setelah mempersilahkan Daniah makan, mereka meninggalkan ruangan. Hari ini pakaian pak Mun terlihat berbeda dari biasanya.

    “ Anda baru turun tuan muda? Kita

    sudah mundur dari jadwal yang seharusnya.” Han sudah berdiri di samping meja makan. "Ada yang harus tuan muda cek sebelum berangkat." Menunjuk tas yang di pegangnya.

    “ Daniah mengajakku tidur lagi

    tadi.” Menyentuh rambut Daniah di sampingnya, lalu mengacaknya pelan.

    Apa! kenapa aku. Hei, kenapa kau

    percaya juga kata-kata tuan Saga.

    Daniah mendelik sebal sambil

    mengambil sarapannya. Karena protesnya tidak digubris sekertaris Han.

    “ Makanlah duluan, aku akan

    membereskan beberapa berkas.” Satu kecupan mendarat di kepala Daniah.

    “ Eh Ia.” Mengikuti langkah kaki kedua orang itu meninggalkannya sendiri di meja makan.

    Han yang berjalan di belakang Saga

    menoleh, berdecak sambil mengelengkan kepala menatap Daniah penuh arti.

    "Apa!" Berteriak tanpa suara.

    kurang ajar, masih

    sempat-sempatnya dia meledek.

    Bersambung

Novel