Chapter 159 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 159

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-08-05

Pesawat telah lepas landas tanpa

    kendala. Terbang di antara awan-awan putih tipis yang berserak di angkasa.

    Sekertaris Han  bangun beranjak dari

    duduk, Menawarkan sesuatu kalau Saga menginginkan minum atau apapun yang

    mungkin dia inginkan. Saga hanya mengibaskan tangan kalau dia tidak membutuhkan

    apapun, lalu Han pergi menuju ntah ruangan apa di bagian pintu belakang setelah

    kursinya.

    “ Niah.” Panggilan lembut Saga

    terdengar, lagi-lagi menyentuh hati Daniah di situasi lengang seperti ini.

    “ Eh, ia.” Daniah yang sedang

    memandang angkasa luas di luar sana menoleh. Melihat Saga menepuk kursinya. Dia

    terlihat mengeser tubuh. Memberikan ruang yang cukup lebar untuk Daniah pindah

    ke kursinya.

    Apa! kau mau apa? mau menyuruhku

    menyentuhmu?

    “ Pindah kemari.” Katanya kemudian.

    Masih menepuk tempat duduknya dengan tangan kanan. Saga ingin sepanjang

    perjalanan membosankan ini memeluk Daniah. Waktu akan mudah terbunuh saat kalian

    senangkan. Dan hal yang menyenangkan dalam pesawat ini apalagi kalau bukan

    menjahili istrinya. Lihat, begitulah Saga menunjukan cinta berlebihnya untuk

    Daniah. Jangan berharap dia bersikap romantis manis yang mudah dipahami.

    Tidak mau! Menolak tegas. Walaupun

    cuma dalam hati.

    “ Sayang, kakimu  bisa tidak nyaman nanti.” Daniah ingat

    bagaimana kaki Saga kram saat dia tidur sambil memakainya sebagai bantal.

    “ Kau mau aku mulai menghitung.”

    Sudah mau mulai menyebut angka satu.

    “ Tidak, aku pindah. Tapi kalau

    kakimu pegal tertindih badanku jangan salahkan aku ya.” Daniah sudah bangun

    dari kursi dan pindah ke tempat duduk Saga. Tubuh kecil Daniah tentu tidak akan

    terlalu berarti walaupun duduk di pangkuan Saga sekalipun. Dia bersandar di

    tangan suaminya yang terbuka.

    Setelahnya  Daniah mencaritahu tujuan mereka kemana,

    sementara Saga hanya menjawab. “ Sudah diam, ini akan jadi kejutan .” Daniah

    memilih menjatuhkan kepalanya ke dada Saga. Saat semua cara sudah dilakukan dan

    tidak berhasil mengorek apapun.

    “ Sayang, kita akan pergi ke laut

    ya?” Mulai bicara lagi.

    “ Tidak tahu.”

    “ Bohong! Pasti kamu tahukan?

    Pokoknya kemanapun kita nanti, kita jalan-jalan sambil main sampai puas ya.”

    “ Tidak mau.” Saga menjawab pendek

    lagi.

    “ Aaaa, kenapa tidak mau?” Daniah

    protes sambil mencubit kedua pipi suaminya.

    “ 51 persen kita main diluar dan 49

    persen kita habiskan di kamar.”

    Apa! Memang ada pengaruhnya selisih

    seujung kuku bayi begitu. Hei, siapa yang membuat ide tidak masuk akal ini??

    Setelah lelah berdebat tentang

    selisih persentase tidak masuk akal Daniah Memilih diam dan memejamkan mata.

    Membenamkan wajah ke dalam dada suaminya yang nyaman. Dia kalah walaupun hanya

    adu argumen.

    Sementara Saga setelah menang adu

    argumen dan membuat istrinya diam, Saga beralih bicara pada Han.

    “ Han.” Sambil membelai lembut

    kepala istrinya. Lalu dia mengulung rambut Daniah di jarinya. Menciumi rambut

    itu.

    Kenapa rambutnya tercium bau manis

    begini ya? Masih menjadi misteri apa yang sebenarnya dicium Saga dari rambut

    Daniah. Jelas-jelas mereka memakai sampo yang sama. Tapi dia selalu merasa

    aroma rambut Daniah lebih enak daripada sampo yang dia pakai.

    “ Ia tuan muda.” Han menjawab dari

    tempat duduknya di belakang Saga. Sengaja tidak mendekat. Sedari tadi dia sudah

    mendengar pembicaraan Daniah dan Saga. Yang sudah membuatnya menarik nafas

    dalam-dalam.

    Kenapa mereka terlihat seperti

    orang gila kalau sedang berdua begitu. Yang satu dimabuk cinta, yang satu tidak

    sadar kalau semua tingkahnya, bahkan caranya bernafas saja dianggap

    mengemaskan.

    Sementara Daniah menajamkan telinga.

    Mendengarkan pembicaraan mereka.

    “ Apa kau tidak perlu mengajak

    Harun?”

    Dokter Harun, kenapa? Daniah

    penasaran. Tapi dia tetap tidak menegakan kepala. Pura-pura tidur, hanya

    hembusan nafasnya yang terdengar.

    “ Dokter Harun tidak bisa ikut

    karena sudah ada agenda yang tidak bisa diwakilkan. Saya sudah menghubunginya

    beberapa hari lalu.” Han selalu tahu apa yang harus dia lakukan.

    “ Cih, kurang ajar sekali dia.”

    Saga memaki dokter Harun. Membayangkan senyum kurang ajar dokter muda itu saat

    bersyukur karena tidak perlu ikut pergi.

    Hei, memang kenapa juga si musti

    bawa-bawa dokter Harun, kitakan cuma mau liburan. Aku berharap ini akan jadi

    liburan berkedok bulan madu. Bermain, jalan-jalan dan mungkin sedikit belanja

    oleh-oleh. Kemana sebenarnya tujuan kita ini ya?

    Daniah berperang dengan pikirannya sendiri, menebak-nebak, maunya orang yang tidak bisa diterka,

    “ Bagaimana kalau Daniah sampai

    terluka nanti.” Tangan Saga menyentuh pipi istrinya. Mencubitnya pelan. Daniah

    refleks memukul tangan Saga, karena tahu laki-laki itu hanya menunggu

    reaksinya. Benarkan, setelah itu Saga melepaskan tangannya.

    “ Ya mengingat sifat nona kadang seperti itu.” Ada

    penekanan kata-kata sekertaris Han di dalamnya. “ Saya sudah mendapat

    rekomendasi dokter di dalam kota dari dokter Harun. Saya juga sudah

    menghubunginya jika ada kejadian yang tidak terduga.”

    Haha, jadi kalian pikir aku bocah.

    Hei, aku itu gadis mandiri yang setegar karang tahu.

    “ Laki-laki atau perempuan?”

    Bersama dokter Harun saja sudah menyebalkan, apalagi ini harus berurusan dengan

    orang asing. Begitu pikir Saga.

    “ Perempuan tuan muda.” Ntah kenapa

    Saga merasa lega.

    Setelah merasa sedikit tenang tentang

    urusan dokter, sekarang dia beralih pada Daniah di sampingnya.

    “ Niah.”

    “ Iya.” Menggangkat kepalanya. Dan

    tidak tahu kenapa Daniah ingin mencium pipi Saga. Dan dia melakukannya. Membuat

    Saga terkejut. Ya, laki-laki itu masih terkejut dan merasa senang sekali kalau

    Daniah menunjukan perasaan tanpa diminta olehnya.

    “ Jaga dirimu nanti. Paham!” Sambil

    menghujani pipi Daniah dengan ciuman balasan. “Jangan buat aku cemburu.”

    Maksud dari perkataan Saga adalah,

    jangan sampai kau melihat orang lain selain aku. Tapi mana Daniah paham itu, dia

    hanya asal mengiyakan saja.

    “ Han, kau tidak membuat kegiatan

    ekstrim untuk agenda di luarkan?” Setelah Daniah berhasil menghentikan hujan

    ciuman dengan tangannya, Saga mendongak dan bertanya pada Han.

    “ Tidak tuan muda.”

    Memang mau seekstrim apa juga, apa

    nona mau minta memanjat tebing atau berburu hiu?Han.

    Hening, hanya terdengar gumamam

    sebelum Saga bicara lagi.

    “ Kalau Daniah tiba-tiba hamil

    bagaimana ya?” Pertanyaan yang ditujukan untuk Han. Padahal mana tahu

    sekertarisnya perihal beginian.

    Hei kalian berdua, bukankah aneh

    itu cukup sewajarnya. Kalian tahu tidak, aku yang jadi bahan pembicaraan

    kalian. Aku, aku disini duduk dengan mata terbuka. Datang bulanku saja belum

    normal setelah tragedi pil kb itu, mana mungkin aku bisa tiba-tiba hamil.

    “ Benar juga ya, bagaimana kalau

    tidak usah ada kegiatan di luar ruangan.” Hanya mengikuti kemauan tuannya saja.

    Tidak berfikir panjang. Yang penting Saga senang dan nyaman, motonya dalam

    perjalanan hidup selama beberapa tahun ini.

    Sudah gila ya kalian.

    “ Sayang, hamil itukan butuh

    proses, perempuan itu gak bisa tiba-tiba hamil, atau tiba-tiba melahirkan.

    Semua butuh waktu.” Haduh, bagaimana menjelaskannya ini. Daniah binggung.

    “Akukan baru dari dokter, dan belum ada indikasi hamilkan?

    Ayolah sadar, aku saja belum datang

    bulan dengan normal dan lancar lagi, seperti saat aku belum minum pil kb.

    “ Darimana kamu tahu? Memang kamu

    sudah pernah hamil?” Penjelasan Daniah malah membuat Saga gusar. “ Jadi aku

    bukan yang pertama buat kamu?”

    Ya tuhan, siapa yang akan percaya

    kalau pertanyaan itu diucapkan tuan Saga. Kenapa dalam hal beginian dia bodoh

    sekali si.

    “ Sayang, akukan gak perlu hamil

    dulu buat tahu begituan. Itu pengetahuan dasar yang diketahui semua perempuan

    di muka bumi ini. Di sekolah dulu kita juga belajat itu kan.” Menepuk-nepuk

    dada Saga agar laki-laki itu mereda kekesalannya.

    “ Aku tidak pernah belajar begituan

    di sekolah.” Menjawab, ntah kenapa ada yang terasa getir dalam kalimatnya.

    “ Bohong!” Daniah membalas cepat.

    “ Tuan muda tidak sekolah umum

    nona, jadi tuan muda memang tidak mendapat pelajaran atau sekolah seperti yang

    nona jalani.” Terdengar suara Han dari belakang. Daniah menatap suaminya.

    Seperti apa ya kehidupan tuan Saga

    waktu muda?

    “ Jadi, berapa lama hamil itu?”

    Membuyarkan rasa penasaran dan haru yang tiba-tiba berseliweran di kepala

    Daniah. Masa muda Saga, bagaimana dia tumbuh. Apa dia dari dulu sudah arogan

    seperti ini.

    “ Sembilan bulan lebih 10 hari pada

    umumnya sayang.”  Daniah tersentak saat

    mendengar Saga berteriak karena tidak percaya dengan penjelasannya.

    “ Hei, kau mau membohongiku. Kenapa

    lama sekali!” Kegilaan apa ini, kenapa sampai butuh waktu selama itu, pikir

    Saga tidak percaya. “ Han, kau dengar itu? Niah, kamu sedang

    mempermainkankukan.” Protes keras. Tidak mungkin hamil butuh selama itu

    pikirnya.

    “ Tidak sayang, memang begitu. “

    Kenapa si suamiku ini.

    “ Apa tidak apa-apa kalau kamu

    hamil selama itu.” Saga menyentuh perut Daniah. “Apa tidak akan melelahkan.

    Membayangkan saja kenapa aku jadi takut ya.”

    Ya ampun, laki-laki ini benar-benar

    tuan Saga bukan si.

    “ Han, cari tahu semua informasi

    seputar kehamilan.” Akhirnya karena di gerogoti penasaran keluar perintah tidak

    masuk akal.

    “ Sayang, buat apa?”

    Membayangkan sekertaris Han

    berkutat dengan mesin pencarian dan kata kunci kehamilan, Daniah sudah merasa

    lucu sekaligus kasihan.

    “ Baik tuan muda.”

    Hal gila apalagi yang sedang kalian

    bahas ini. Kenapa membahas kehamilan sampai merepotkanku begini. Han

    Lagi-lagi Han mendapatkan pekerjaan tidak

    masuk akal diluar semua tumpukan pekerjaannya di Antarna Group.

    “ Benar tidak apa-apa, kalau kamu

    harus hamil selama itu?” Lagi-lagi masih dihantui kuatir, Saga memeluk tubuh

    Daniah erat.

    “ Sayang, memang seperti itu. Hamil

    dan memiliki anak juga impian semua wanita. Jangan kuatir, kalau Tuhan

    memberiku kesempatan untuk hamil aku akan menjalaninya dengan bahagia.”

    Walaupun perjuangan menjadi ibu yang dimulai dari kehamilan bukan urusan yang

    gampang. Ada banyak drama baik di fase pertama, kedua atau ketiga. Bahkan

    Daniahpun pernah membaca ada ibu hamil yang harus istirahat total dan tidak

    melakukan pekerjaan apapun untuk menjaga kehamilannya. Setiap ibu berjuang

    dengan caranya sendiri-sendiri dalam proses kehamilan. Tapi, itu memang impian

    setiap wanita jika sudah menikah kan.

    “ Sayang, hamil itu memang tidak

    mudah, tapi wanita yang sudah menikah pasti merindukan itu. Ibu juga

    mengalaminya saat melahirkanmu.” Menyentuh pipi Saga. “ Ibu juga berjuang dalam

    proses kehamilan dan melahirkanmu.”

    Ada yang menyentuh hati Saga saat

    mendengarnya. Membayangkan bagaimana ibu dulu berjuang saat mengandungnya.

    “ Apa ibu juga melakukannya,

    sembilan bulan 10 hari seperti katamu.” Katanya pelan. Membayangkan wajah ibu.

    “ Ia sayang. Jadi kalau kamu marah

    atau kesal pada ibu, tetap jagalah hubungan kalian. Jangan marah padanya.” Lagi-lagi membelai dada Saga pelan. Daniah tahu, bagaimana sayangnya suaminya pada keluarganya. Ibu dan kedua adiknya adalah sebagian dari nyawa yang dia lindungi dalam perjalanan hidupnya. Daniah mendengar banyak cerita heroisme yang dilebih-lebihkan Jen dan Sofi mengenai kakak mereka.

    “ Ia, aku tahu.”

    Untuk sejenak hanya hembusan nafas

    keduanya yang terdengar. Sama-sama menyelami pikiran dengan wajah ibu mereka

    masing-masing. Daniah tengelam dalam kenangan. Sedangkan Saga, mengulang

    film-film ketegangan yang beberapa kali terjadi dengan ibunya. Ah, dia menarik

    nafas berat.

    Belum ada informasi pendaratan, sepertinya penerbangan ini masih akan memakan waktu.

    Setelah tercipta kebisuan cukup

    lama, Saga menarik tangannya menyentuh leher Daniah.

    “ Niah, kau tidak mau menyentuhku.” katanya dengan gelak. Sambil mengoyangkan telinga Daniah.

    Apa! Reflek Daniah menutup mulut

    Saga dengan tangannya. Supaya laki-laki itu tidak meneruskan kalimatnya. Hemm.

    Saga mengoyangkan kepalanya agar Daniah menjatuhkan dekapan tangannnya.

    “ Sudah kubilang kau boleh

    menyentuhku dimanapun.” Setelah berhasil menghempaskan tangan Daniah dari

    mulutnya.

    “ Terimakasih sayang, aku terharu sekali. Tapi tidak terimakasih untuk saat ini ya.”

    Aku tidak mau menyentuhmu.

    Apalagi dibelakang kita ada orang yang bahkan tidak pernah menutup mata dan

    telinganya itu.

    “ Ayolah. Kenapa malu-malu begitu.

    Tidak ingat kelakukan mu tadi pagi mengodaku.”

    “ Apa!”

    Mereka selalu membuat polusi udara

    saat bersama. Apalagi bagi hati yang sendiri.

    Sementara itu Han di belakang

    mereka hanya berpaling, menatap jendela lalu memejamkan mata.

    Kenapa perjalanan ini rasanya lama sekali. Kapan kita

    sampainya.

    Bersambung

Novel