Chapter 167 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 167

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-31

Setelah melalui beberapa drama,

    Daniah berhasil meyakinkan Saga bahwa dia akan baik-baik saja. Dalam hati gadis

    itu  berteriak, aku baik-baik saja tuan Saga. Pergilah dengan tenang dan

    kembalilah tanpa keributan. Satu ciuman panjang atas inisiatifnya berhasil

    meyakinkan Saga. Laki-laki itu yang berharap istrinya merengek minta ikut

    sepertinya sedikit terobati kecewanya. Tapi sepanjang masuk ke dalam mobil ada

    banyak sekali rentetan tuntutan yang ia lontarkan. Daniah sambil melingkarkan

    tangan di pinggang suaminya hanya menjawab iya sayang, ia sayang. Sambil

    otaknya mengingat-ingat semua yang di sebutkan Saga. Aturan tidak tertulis

    selama berpisah dengannya. Aturan akan batal saat mereka bertemu lagi nanti.

    Cih, sudah seperti mau pergi

    ke bulan saja lamanya. Banyak sekali yang harus kuingat.

    Lambaian tangannya melepas

    kepergian Saga mengalahkan cerahnya mentari pagi yang sedang mulai memanaskan

    bumi.

    Aku bebas!

    Setelah kepergian Saga mereka

    kembali ke vila dan bersiap-siap. Daniah mengikat rambutnya tinggi. Tapi dia

    masih memakai pakaian yang tadi dia pakai. Tidak mungkin menganti style karena

    jelas pakaian yang ada di kopernya adalah hasil instruksi pak Mun.

    Turun dari tangga dia bertemu

    dengan pak Mun yang membawakan beberapa vitamin yang harus dia minum,

    berdasarkan resep dokter yang sudah dia temui beberapa waktu lalu. Tanpa protes

    ditelannya semua pil yang diberikan.

    “ Terimakasih pak. Saya permisi ya

    mau keluar.”

    “ Baik nona. Jangan terlalu

    memaksakan diri. Istirahat kalau nona merasa lelah.”

    Katakan itu pada tuan Saga pak Mun!

    Ingin Daniah berkata begitu. Tapi dia hanya tersenyum dan mengangukan

    kepalanya, lalu pamit pergi.

    Saat ini, Daniah dan Aran sudah

    berada di dalam mobil. Saling menyesuaikan diri satu sama lain untuk tidak

    merasa canggung. Aran, karena memang terbiasa berinteraksi dengan banyak orang

    sebelum masa pengasingannya, dia terlihat mudah menyesuaikan diri. Karena dia

    merasa nona muda di hadapannya ini luar biasa baiknya, dibanding dengan para

    wanita kaya yang pernah berinteraksi dengannya selama ini. Sementara Daniah

    terlihat melirik Aran beberapa kali. Mengamati wajah dan situasi. Mencoba

    mengali karakter Aran. Pengawal baru yang di bawa langsung sekertaris Han. Sepertinya

    ketika menyapa tadi, dia tidak sekaku Leela. Sedikit kesimpulan yang diambil

    Daniah.

    Karena jalanan yang lenggang, udara

    yang segar, dan angin yang sejuk membuat mereka memutuskan membuka sedikit

    jendela mobil. Membiarkan udara masuk dan membuat mereka merasakan kesegaran

    alami yang sudah jarang mereka nikmati di ibu kota. Udara sudah termakan

    banyaknya polusi. Membuat keadaan seperti sekarang selalu menjadi dambaan

    ketika berada di luar kota.

    “ Tadinya aku pikir kalian sedang

    berkencan. Kamu dan sekertaris Han.” Kata-kata Daniah memecah keheningan.

    Ketika dia sudah mendapatkan analisis karakter Aran berdasarkan perenungan

    mendalamnya.

    Sepertinya gadis ini menyenangkan,

    pikir Daniah.

    “ Haha.” Aran langsung tergelak dan

    tidak bisa menahan tawanya. Dia dan sekertaris Han terlibat hubungan romantis.

    Sepertinya nona Daniah jauh lebih berhausinasi dibandingkan dirinya yang nyambi

    menjadi penulis. Hubungan mereka berlandaskan hutang masa lalu. Hanya itu, tidak

    lebih dan kurang. “Nona, itu mustahil terjadi. Kalau saya masih mungkin tergoda

    dengan wajah dingin dan tampannya  tuan

    Han. Tapi kalau dia, memandang saya manusia juga baru-baru ini.”

    Aku itu cuma serangga di depannya.

    “ Kenapa?” Benar juga, ini sedari

    kemarin mengerogoti pikiran Daniah. Penasaran,  hubungan seperti apa yang terjalin antara dia dan Han. Saat semalam dia

    menanyakannya pada Saga. Laki-laki itu hanya menjawab tidak tahu, mana kutahu,

    tidak perduli dan tidak mau tahu. Cih, apa si yang bisa membuatnya perduli pada

    orang lain.  “ Oh ya, sebelum seperti

    sekarang Aran dari bagian apa di Antarna Group. Apa kau melakukan kesalahan

    sampai harus mengantikan leela?”

    Leela, siapa dia? Aran mencari-cari

    dalam daftar nama orang-orang penting Antarna yang dia ketahui. Nihil. Dia

    memang tidak tau apa-apa mengenai Antarna kecuali sesuatu yang di realese ke

    media.

    “ Saya tidak be......” HP di tas

    Daniah terdengar bergetar dan berbunyi nyaring. Mengejutkan keduanya. Aran

    langsung diam dan tidak melanjutkan kalimatnya. Dia belum meluruskan

    kesalahpahaman nona di depannya.

    “ Maaf. Sebentar ya. Kaget ya, haha, aku juga

    kaget.“  Daniah mengambil hpnya. Sudah

    mengeryit saat melihat layar hp siapa yang memanggil. “ Tuan Saga, aku angkat

    sebentar ya?”

    “ Ia nona.”

    Nona tidak perlu minta izin

    melakukan apapun pada saya.

    Aran hanya bisa berdecak, sambil

    mengelengkan kepala tidak percaya. Belum juga 30 menit sejak drama  perpisahan mereka yang dia tonton secara live

    tadi. Tuan Saga sudah menelfon lagi.

    Masih ada tidak ya, stok laki-laki

    seperti  tuan Saga di muka bumi ini. Aku

    mau Tuhan, sisakan satu untukku. Diposesifin suami sendiri. Aaaaaa,

    membayangkan saja sudah mengemaskan. Jatuh cinta tiap hari sama suami sendiri.

    Nona, apa si yang nona lakukan di masa muda nona sampai mendapat suami seperti

    tuan Saga.

    Sambil pikiran dan hatinya membaca

    doa kepada Tuhan, Aran menajamkan telinga berusaha mencuri percakapan. Walaupun

    suara Saga tidak terdengar sedikitpun.

    Fix aku mau buat novel tentang

    mereka, biar saja cuma aku yang bisa membaca, Tuan Han tidak akan memeriksa isi

    kepala dan laptopkukan.

    “ Hallo sayang.” Diam mendengarkan

    dengan khidmat. “ Ia sayang.” Diam lagi. “ Ia sayang, masih di mobil, kita cuma

    mau ke pusat belanja oleh-oleh lalu kembali. Aku sudah akan kembali sebelum

    kamu pulang.” Mendengarkan lama, dengan wajah yang berekspresi berubah-ubah.

    Tapi mulut manyun Daniah muncul beberapa kali. “ Ia sayang.” Terdengar pasrah

    sekali wajahnya. “Aku tutup ya, sampai nanti.”

    Helaan lega yang tergambar jelas

    dari caranya menarik nafas.

    Ia, ia aku tahu. Tidak melihat

    laki-laki lain. Tidak tersenyum sembarangan. Hei tuan muda, percayalah istrimu

    ini gak cantik-cantik amat. Jadi jangan kuatir yang berlebihan. Yang melihatku

    sepanjang waktu itu hanya kamu saja.

    “ Senangnya melihat nona dan tuan

    Saga.” Tidak mendengar apapun yang di ucapkan Saga. Tapi menyimpulkan kalau

    baru saja terjadi adegan romantis. “ Hubungan nona dan tuan Saga membuat iri

    semua orang.”

    Haha, Aran kalau kau melihat

    beberapa bulan lalu seperti apa hubungan kami. Jangan mengingatnya Daniah,

    biarkan itu jadi debu yang terbang ke langit tinggi. Segera hatinya mengingatkan dengan tegas.

    “ Aran, bisa tidak,  jangan panggil aku seformal itu?”

    Daniah merasa kalau karakter Aran

    berbeda dengan Leela, walaupun dia belum mengorek latar belakang Aran

    sekalipun. Dia bisa melihat gadis ini jauh lebih fleksibel dan bisa diajak

    kerja sama. Semoga.

    “ Maafkan saya nona, tapi..”

    Cari mati kalau sampai dia

    melakukan itu. Jelas-jelas di email yang ia baca semalam untuk menjaga jarak

    dan sikap. Dan hanya bersikap formal di hadapan Daniah.

    “ Kalau kita sedang berdua, panggil

    saja aku senyamanmu. Niah, biasanya keluargaku memanggilku begitu.” Memotong

    langsung, tahu apa yang akan dia sebutkan. Perintah sekertris Han.

    “ Tapi nona.”

    “ Ayo coba panggil.” Kebiasaan

    menyenangkan, tidak mau mendengarkan omongan orang lain. “ Panggil saja Niah.

    Aku juga memanggilmu namakan.”

    Tentu saja, sayakan cuma pelayan

    anda. Terserah nona mau memanggil saya apa.

    “ Kak Niah.” Akhirnya terucap juga,

    setelah beberapa kali Daniah memaksa.  Aran memilih panggilan paling aman. Walaupun

    tidak tahu ada perbedaan usia atau tidak diantara mereka. Yang penting

    terdengar jauh lebih sopan daripada hanya memanggil nama.

    “ Ahhh, ia begitu. Panggil aku Kak

    Niah saja ya. Ayo kita anggap kita sedang pergi bermain berdua. Dua teman yang

    sedang liburan.

    Pasti menyenagkan sekali. Selain

    bersama karyawan tokonya, Daniah memang jarang sekali pergi bersama

    teman-temanya.

    Sampailah mereka di tujuan. Area

    perbelanjaan dan pusat oleh-oleh. Bukan dipusat kota, ini adalah tempat paling

    dekat dengan vila. Sebuah tempat yang dibangun oleh pemerintah daerah untuk

    menfasilitasi usaha kecil masyarakat dalam memasyarakatkan produk mereka.

    Deretan toko moderen berjajar dengan rapi beserta informasi toko, apa saja yang

    dijual di dalamnya. Ramai sekali. Kota XX memang masuk jajaran top five kota

    wisata di negara ini. Popularitasnya bahkan sudah menjangkau manca negara.

    Turis asing berseliweran, berjalan kaki dengan santai. Keluar masuk toko sambil

    menenteng kantong belanjaan di tangan mereka. Atau banyak juga yang sedang

    berkumpul sambil menikmati kopi atau makanan citarasa lokal, di kedai kecil

    atau kafe-kafe yang juga tertata dengan apik dan bersih.

    “ Aran, ayo kita belanja!”

    Berteriak kecil sambil keluar dari area parkir. “ Aku mau beli oleh-oleh buat

    semua. Raksa, orang tuaku. Ya Risya juga akan kebagian. Para pelayan dirumah

    orang tuaku.” Daniah terdengar menyebut beberapa nama. “ Jen, Sofi, ibu juga

    harus dapat. Lalu, Tika dan anak-anak kesayanganku yang sudah bekerja keras di

    toko.”

    Lho, siapa mereka?

    Aran hanya bisa menduga-duga sambil

    mengikuti langkah kaki Daniah di sampingnya. Kalimat anak-anak kesayangan

    menjadi titik poin rasa penasarannya.

    Sebenarnya siapa si nona Daniah

    ini?

    bersambung

Novel