Chapter 171 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 171

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-27

Wajah Daniah menjadi pias. Seperti manusia

    yang sedang kekurangan darah. Sedih bercampur kesal juga ada. Namun semuanya

    jauh lebih di dominasi perasaan bersalah. Dia duduk di sofa ruang tamu keluarga

    Ve. Mencengkram lututnya sendiri. Bahkan tangannya sudah gemetar. Dia sudah

    menitikan air mata di sudut kelopaknya. Merasa tidak berdaya sama sekali. Secepak

    kilat dia seka ujung matanya, agar kristal bening itu tidak sampai jatuh

    mengenai kakinya. Dia tau kesalahannya, dan kalau sampai orangtua Ve melihatnya

    menangis itu akan membuat mereka semakin kesal. Karena seperti itu kalau ibu

    tirinya sedang marah. Saat dia menangis wanita itu semakin mengila amarahnya.

    Aku salah. Aku salah. Aku salah.

    Hanya itu yang berdengung di

    hatinya. Berulang-ulang muncul di kepalanya. Membuatnya tidak boleh menyangkal

    sedikitpun. Dia bersalah dan dia harus minta maaf, begitulah seharusnya. Tidak

    perlu membela, hanya minta maaf atas semua salahmu.

    “ Ayah, ini bukan salah Niah. Ibu

    tolong mengertilah, Niah sama sekali tidak bersalah.” Ve berusaha menenangkan

    orangtuanya. Daniah tidak bersalah dalam situasinya, dia tahu itu. Gadis itu

    sudah melakukan apa yang dia bisa. Untuk membela teman-temannya.

    “ Diam! Bagaimana dia bisa tidak

    bersalah, gara-gara dia kamu sampai seperti ini.” Ayah Ve menunjuk beberapa

    luka memar di tubuh putrinya. Ve segera menutupi dengan tangannya. Walaupun itu

    sia-sia. Dia memang sedikit terluka, tapi ini juga bukan sepenuhnya salah

    Daniah.

    “ Maafkan saya bibi, maafkan saya

    paman. Ini semua salah saya.” Masih dengan suara bergetar dan rasa bersalah

    Daniah mengulang permintamaafannya beberapa kali. Ve benar-benar ingin memeluk

    Daniah sekarang. Tapi tangan ibunya mencengkram lengannya. Mencegahnya bergerak

    dari tempat duduk.

    Niah maaf. Suara Ve lirih

    terdengar.

    “ Baguslah kamu tahu dan menyadari

    kalau kamu bersalah. Memang apa masalahnya kalau laki-laki itu suka padamu.

    Pergi saja jalan dengannya sekali atau dua kali. Kenapa kau jual mahal begitu

    sampai membuat putri kami terluka.” Ibu Ve ikut bicara. Memberi vonisnya. Karena orangtua Ve pun tahu siapa Haksan dan keluarganya. Jadi mereka memilih melimpahkan kesalahan pada Daniah. Yang berdiri tanpa pembela di belakangnya.

    “ Maaf.” Hanya bisa mengatakan

    sepatah kata itu sambil tertunduk.

    “ Jangan berteman dengan putri kami

    lagi. Selama ini kami sudah memperlakukanmu dengan baik, ternyata kamu membawa

    dampak tidak baik bagi putri kami.”

    “ Ayah!” Ve bereaksi keras, karena

    kata-kata itu benar-benar terlihat menyakiti Daniah. Ve melihat sahabatnya itu

    mencengkram jemarinya kuat.

    “ Diam! Jangan berteman lagi

    dengannya, atau ayah bisa saja memindahkan sekolahmu.”

    “ Ayah, ini bukan salah Niah.”

    Di tempat duduknya Daniah

    mengelengkan kepalanya. Memberi isyarat agar Ve jangan membantah atau melawan

    lagi perkataan orangtuanya. Dia yang salah. Dia mengakui dia yang salah. Dan

    semua ini salahnya. Ve terluka karena dia adalah teman baiknya. Kak Haksan

    melakukan ini untuk menyakiti dirinya. Haksan tahu sekali kelemahan Daniah,

    melukai Daniah bukanlah dengan melukai tubuhnya. Tapi menghancurkan orang-orang

    yang ada di sekitarnya. Itu yang akan membuat Daniah berlutut dan mengemis

    untuk menjadi kekasihnya.

    Dan itu memang rencana Haksan, dan

    sepertinya mulai membuahkan hasil.

    Di SMU ini terjadi lagi pristiwa

    besar yang akan terus melekat dalam pikiran Daniah. Dia menyimpan kisah ini di

    hatinya. Sebagai pelajaran. Suatu hari nanti dia  tidak akan pernah melakukan kesalahan yang

    sama untuk kedua kalinya.

    Jangan pernah membuat orang lain

    terluka karena dirimu Daniah. Jangan membuat orang lain tersakiti karenamu.

    Berkorbanlah sedikit saja. Kau tidak akan mati dengan memberikan dirimu dan

    membiarkan kau menanggung beban itu sendirian. Kalau saja ia mau diajak

    berkencan oleh kak Haksan. Ve tidak mungkin terluka, gadis itu tidak akan

    tergores sedikitpun. Dan kak Haksan tidak akan pernah menyentuhnya. Andai saja

    dia mengalah dan memilih menerima ajakan kak Haksan semua akan baik-baik saja.

    Orang tua Ve tidak akan berubah

    sikap padanya. Ve akan tetap menjadi teman baiknya. Semua berjalan dengan baik.

    Tapi karena dia menolak. Karena keangkuhannya semua hancur. Kepingan

    persahabatan yang sedikit-sedikit ia sulam bersama Ve sudah hancur dan rusak

    dan tidak mungkin kembali seperti semula. Ancaman orang tua Ve, untuk

    memindahkan putrinya ke sekolah lain membuatnya harus menghindari Ve. Bahkan

    dalam batas waktu yang tidak di tentukan.

    Gadis penurut yang akan rela

    mengorbankan dirinya untuk orang lain telah lahir ke dunia.

    Walaupun harus mengalah dan

    mengikuti kemauan gila laki-laki di depannya, tapi Daniah cukup cerdik untuk

    membuat aturan yang bisa melindungi dirinya.

    “ Tidak melakukan kontak fisik.”

    Daniah menatap Haksan yang duduk sambil menghabiskan segelas lemon teanya.

    Laki-laki itu tertawa mendengar syarat pertama yang diucapkan Daniah.

    “ Berat sekali saratmu. Apa aku

    tidak boleh mengengam tanganmu juga.” Masih belum hilang tawa dari bibirnya.

    “ Tidak.”

    “ Haha. Lantas apa bedanya dengan

    kemarin-kemarin kalau aku bahkan tidak boleh menyentuh tanganmu.”

    Daniah membenci tawa itu. Senyum

    yang susah di tebak artinya. Cinta, suka, dia tahu tidak ada hal seperti itu

    dalam kamus hidup laki-laki yang ada di hadapannya ini. Hanya bangga memiliki

    sesuatu yang sulit dia dapatkan. Hanya itu saja arti dirinya tidak lebih. Hingga

    dia tidak merasa sedikitpun bangga ataupun senang ketika Haksan mengumumkan

    kepemiliaknya atas dirinya.

    “ Satu lagi.”

    “ Wahh, banyak sekali maumu.” Gelas

    di depannya sudah kosong. “Baiklah, karena kamu aku akan mengabulkan satu lagi

    syaratmu. Katakan saja.””

    “ Jangan sentuh teman-temanku.

    Jangan menyakiti mereka.”

    “ Haha, Niah aku tidak pernah

    menyentuh teman-temanmu.” Seperti menggangap syarat kedua sama sekali tidak

    penting.

    “ Benarkah? Lalu bagaimana kau bisa

    menjelaskan tentang Ve.”

    “ Ve. Siapa dia.”

    “ Huh! Apa kak Haksan tidak mau mengakui

    kalau sudah memukulnya.” Intonasi suara Daniah meninggi. Tangan di atas meja

    juga sudah terkepal geram.

    “ Aaa, gadis itu. Aku ingat

    sekarang, dia jatuh saat menabrakku kemarin. Itu bukan salahkukan, dia jatuh

    sendiri kok.” Menggangakt kedua bahunya, merasa tidak bersalah sama sekali.

    Daniah benar-benar marah mendengar

    apa yang di katakan Haksan. Selain seenaknya, dia sama sekali tidak punya rasa

    tanggung jawab.

    “ Sudahlah, jangan diungkit lagi

    masa lalu. Yang penting kita sudah resmi pacaran sekarangkan.”

    Masa lalu kepalamu..

    “ Ayo pergi kencan, aku akan

    menjemputmu di rumahmu akhir pekan nanti.””

    Tidak mau. Inginnya bisa menjawab seperti itu. Tapi kilas

    balik kejadian Ve membuatnya mengangukan sedikit kepalanya.

    " Kenapa memilihku? bukankah banyak siswi di sekolah ini yang rela untuk melakukan apapun demi bisa dekat dengan kak Haksan?"

    " Menurutmu kenapa?" Dia malah balik bertanya dengan tersenyum. Daniah bisa menebak jawaban seperti apa alasan yang sebenarnya.

    " Yang pasti bukan karena kak Haksan menyukaikukan."

    " Hahaha." Laki-laki itu tertawa keras. senyum liciknya itu muncul. " Kau mau tau alasan yang sebenarnya?"

    " Tidak, tanpa kak Haksan bicara juga aku sudah tahu." Daniah bangun dan mendorong kursinya. "Tapi aku juga tidak melakukannya karena aku menyukai kak Haksan. aku juga melakukannya untuk teman-temanku."

    Haksan tertawa keras melepaskan kepergian Daniah. Tawanya berhenti, tapi tatapannya masih melekat di punggung gadis itu.

    Kau lumayan manis juga ternyata.

    Akhir pekan yang dijanjikan datang.

    Kencan pertama Dirinya dan Haksan.

    Apa yang dilakukan beradalan gila

    itu, dia benar-benar datang kerumahmu. Memamerkan nama keluarganya lagi.

    Ibu tiri daniah yang awalnya gusar

    ketika mengenali siapa laki-laki yang membawa buket bunga dan sekeranjang buah

    itu langsung merubah setelan wajahnya.

    “ Tante sampai tidak mengenalimu.

    Padahal kalian terlihat mirip ya. Tante beberapa kali bertemu dengan ibumu

    di acara sekolah.”

    Di tangga Daniah melihat adegan itu

    seperti mau lari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi makanannya..

    Apa yang dipikirkan ibu sebenarnya.

    “ Silahkan diminum dulu nak Haksan,

    tante mau bicara sebentar dengan Niah sebentar." Wanita itu bangun dari duduknya.

    “ Ia tante silahkan.”

    Daniah hanya pasrah ketika

    tangannya di seret menuju sebuah ruangan.

    “ Kalian sudah pacaran, kenapa

    tidak cerita pada ibu.”

    Ini bukan sesuatu yang penting bu, ini juga akan jadi kencan pertama dan terakhir kami. Aku tidak akan pernah memasukan kencan hari ini dalam riwayat cintaku. Titik.

    “ Kami belum pacaran bu. Aku hanya

    membayar hutang padanya.”

    “ Hutang apa?” Penasaran. " Kamu berhutang uang padanya?" Matanya mendelik karena hipotesanya sendiri.

    “ Hutang anak muda bu, ibu tidak

    perlu tahu.”

    Ibu menarik tangan Daniah mendekat. Memaksa Daniah sekarang juga tidak mungkin, apalagi Haksan yang sedang duduk menunggu di ruang tamu.

    “ Jangan membuat keluarga kita

    malu. Itu akan membuat ayahmu susah juga. Perusahaan ayah punya kerjasama

    bisnis dengan keluarga Haksan. Jadi bersikaplah yang baik dengannya.”

    “ Aku akan berusaha bu.”

    “ Apa! berusaha. Kau harus bersikap

    baik bukan hanya berusaha.” Mencengkram tangan Daniah, kalau yang dia katakan tidak main-main.

    “ Baik bu.” Menjawab pasrah namun penuh kebencian.

    Dan akhirnya, kencan terpaksa pertama Daniah dan

    akan menjadi kencannya yang terakhir. Semoga semua rencananya berjalan lancar hari ini.

    “ Hei Niah, apa-apaan ini.” Haksan protes ketika Daniah

    mengalungkan tasnya ke leher Haksan. “ Apa kau mau aku membawakan tasmu?”

    Sial! Seumur hidup aku berkencan

    dengan perempuan aku belum pernah melakukan hal ini.

    Daniah menutup mulutnya karena

    terkejut. “ Maaf, saat kubaca di buku katanya begini caranya orang berkencan.

    Maaf kak, akukan amatiran dalam hal ini, jadi aku hanya melakukan apa yang di

    ajarkan di buku.”

    Sial! Kenapa dia imut begitu.

    “ Baiklah, karena kamu ayo lakukan

    kencan sesuai dengan buku yang kamu baca.”

    Seringai tipis muncul di wajah

    Daniah saat dia memalingkan wajahnya.

    Hari ini akan menjadi hari yang

    panjang bagi Haksan. Karena sepertinya Daniah salah membaca buku. Buku yang dia

    baca adalah : Seribu satu cara putus dengan pacarmu yang membosankan.

    Epilog

    Hari itu benar-benar hari terakhir Daniah kencan dengan Haksan, karena laki-laki itu menghilang esok harinya dari sekolah. Tidak ada yang tahu kemana dia pergi. Hanya gosip berseliweran. Salah satunya dia terjerat obat terlarang di sebuah tempat hiburan malam. Tapi tidak ada yang tahu pasti benar atau tidak. Yang pasti saat berpisah dengan Daniah dia terlihat marah dan frustasi. Untuk pertama kalinya dia merasa di permalukan seorang perempuan.

Novel