Chapter 172 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 172

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-27

Dan setelah sekian tahun mereka

    tidak pernah sekalipun bertemu. Mereka dipertemukan dalam takdir  semacam ini. Daniah tidak pernah sedikitpun

    mengingat nama Haksan, tapi sepertinya lain dengan laki-laki itu. Menghilangnya

    dia dari kehidupan SMUnya dulu, sedikit banyak karena Daniah. Sehingga saat

    mereka bertemu lagi, ego masa lalunya kembali bergejolak. Sampai membuatnya

    lupa, kalau ini bukan kehidupan sekolahnya lagi. Kalau Daniah bukan lagi gadis

    polos yang bisa dia ancam dan masuk dalam jeratannya dengan mudah.

    Ketegangan tidak bisa di hindarkan

    diantara mereka. Haksan merasa terusik harga dirinya, apalagi kafe ini

    miliknya. Dia bos di tempat ini. Bahkan bukan hanya di kafe, daerah

    perbelanjaan di pulau ini memang berada di bawah pengawasannya. Seperti dia

    yang bertanggung jawab untuk menjaga keamanan. Kedekatan orang tuanya dengan

    orang nomor satu kota XX, membuatnya jadi orang di takuti di pulau ini.

    “ Hei siapa kalian?” menunjuk dua

    pengawal laki-laki yang tiba-tiba muncul menjadi tameng hidup di depan Daniah.  Gadis itu bahkan tidak terlihat karena

    tersembunyi  di balik punggung tinggi

    kedua orang di depannya. Sepertinya dua laki-laki itu sengaja menghalangi

    pandangannya. Karena Haksan bahkan tidak bisa melihat ujung rambut bergelombang

    Daniah sedikutpun. “ Niah!” Panggilnya keras membuat Daniah tersentak di balik

    punggung para pengawalnya. Di belakangnya Aran sudah maju ke samping. Tidak mau

    berada di belakang punggung Daniah. Karena memang seharusnya dia yang

    melindungi, bukan dilindungi.

    “ Nona, jangan perdulikan dia. Ayo

    kita pergi.” Keselamatan Daniah jauh lebih penting dari apapun, Aran menebak

    laki-laki di hadapannya ini benar-benar bisa bersikap tidak waras. Walaupun dia

    tidak tahu masa lalunya bersama nona bagaimana, tapi secara jelas bisa terbaca

    dari reaksinya saat ia menyiramkan jus nanas ke wajahnya tadi.

    “ Niah!” Haksan kembali berteriak

    karena Daniah tidak memberikan reaksi pada teriakannya tadi. Panggilan kerasnya

    membuat dua laki-laki di hadapannya menatapnya tajam.

    “ Nona ayo kita pergi.” Aran sudah

    meletakan tangannya menyentuh lengan Daniah. Bahkan kalau perlu dia ingin

    menarik tangan itu. Semua dia serahkan pada kedua pengawal di depannya.

    Keselamatan nona adalah kehidupan

    kami selanjutnya.

    Tapi Daniah menepuk punggung tangan

    Aran yang masih menyentuh tangannya. Menenangkan kalau semua akan baik-baik

    saja. Karena kalau Haksan yang dia kenal, walaupun pria ini gila, tapi kalau

    dia bisa mengajaknya bicara baik-baik. Daniah masih merasa bisa memegang

    sedikit kendali. Berkaca dari kenangan masa lalunya.

    “ Akukan tadi sudah bilang aku

    sudah menikah. Kau yang tidak percayakan. Mereka pasti teman-teman suamiku.

    Mungkin mereka kebetulan melihatku kau ganggu jadi mereka datang menolongku.”

    Jangan tanya ekspresi Daniah. Dia bisa berakting sangant baik di situasi

    terdesak begini. Sudah dibuktikan banyak sekali ketika menghadapi Saga.

    Ayolah percaya saja. Ini demi

    keselamatan kita berdua. Demi aku yang tidak perlu repot menjawab semua

    pertanyaan tuan Saga. Demi kamu yang terbebas dari semua bentuk kemarahan tuan

    Saga.

    “ Haha, ayolah, kau mau aku

    percaya. Baiklah, sekalian aku percaya pengakuan pertamamu, kalau kau istri

    tuan Saga.” Tawanya berhenti saat melihat Aran di samping Daniah. “ Bawa gadis

    yang menyiramku tadi!” Perintah Haksan pada anak buahnya yang jumlahnya tiga

    orang. Yang muncul setelah adegan penyiraman.  Dan ntah muncul dari mana ada dua orang lagi

    yang masuk ke dalam kafe. Melihat situasi yang sepertinya kurang terkendali

    para pelanggan kafe yang tadinya berdiri menonton langsung angkat kaki segera.

    Tidak mau terlibat lebih jauh. Mereka memprediksi situasi akan semakin genting.

    Para pelayang wanita juga sudah terlihat panik. Mereka sedang ribut mau

    bersikap bagaimana. Bertahan di kafe melihat boss mereka atau kabur dengan

    segala resiko esok harinya.

    “ Niah, kau tahu aku agak

    pendendamkan. Kecuali padamu.” Tersenyum. “ Berikan dia padaku.” Menunjuk Aran.

    “ Aku hanya akan memberinya sedikit pelajaran saja. Tidak akan sampai mati kok.

    Hanya pembalasan setimpal, air dibalas dengar air.” Pandangannya menusuk tajam

    saat menatap Aran.  Membuat gadis itu

    sedikit bergetar tangannya.“Hanya terkadang pembalasan selalu lebih kejamkan.”

    Daniah maju beberapa langkah. Tapi

    tetap masih berdiri di belakang kedua pengawalnya.

    “ Aku minta maaf atas nama temanku

    kak. Aku yang salah, seharusnya aku bisa menenangkannya. Dia hanya perduli

    padaku, dan tidak tahu siapa dirimu. Aku mohon maafkan kami.” Suara Daniah

    jelas namun tidak terdengar dibuat-buat. Dia dengan tulus minta maaf. Agar

    semua berakhir dengan cepat.

    Ayolah terima saja maafku dan

    sudahi ini semua.

    Daniah sudah bisa melihat kedua

    orang di depannya sudah mengepalkan tangan menahan geram. Mereka pasti sedang

    menahan amarahnya. Terpancing sedikit saja, dia sudah bisa menebak kekacauan

    seperti apa yang akan terjadi. Bukan hanya Haksan yang perlu di kendalikan,

    tapi kedua orang di depannya inipun perlu ditenangkan.

    Aku tahu kalian marah, tapi ku

    mohon jangan sampai ada perkelahian. Karena semua pasti akan jadi rumit dan

    panjang.

    “ Haha, baiklah. Kau memang selalu

    seperti ini ya, memasang badan untuk orang lain. “ Senyum dan tawanya. Kembali

    mengingatkan kenangan buruk Daniah di SMU saat dia harus pergi berkencan dengan

    Haksan karena dia menyakiti Ve.  “ Ayo

    temani aku malam ini, maka semuanya aku anggap impas.” Dan kali ini Haksanpun

    meminta syarat yang sama agar dia mau melepaskan Aran.

    Buag! Satu tendangan keras tepat

    mengenai perut Haksan, membuat laki-laki itu terjungkal keras ke belakang.  Dia menjerit kesakitan sambil memegangi perutnya.

    “ Anda sudah melebihi batas anda

    tuan!”Salah satu pengawal Daniah bicara saat  semua orang tersentak termasuk Daniah dan Aran.

    Mereka bisa merasakan sakitnya tendangan itu. “ Beraninya anda bicara kata-kata

    tidak pantas di hadapan nona muda kami.”

    Sesaat Haksan binggung dengan

    situasi yang terjadi. Sambil mengerang dan menahan sakit di ulu hatinya. Haksan

    memaki keras. Sumpah serapah keluar dari mulutnya. Dibantu dengan anak buahnya

    dia bangun. Melihat Daniah di balik punggung laki-laki yang menendangnya. Malu

    bercampur kesal. Bagaimana dia bisa mendapat pukulan telak bahkan di depan mata

    anak buahnya yang langsung terperangah kaget tadi. Harga dirinya semakin

    terburai menjadi serpihan kecil. Berserak di lantai. Dia tidak pernah

    dipermalukan seperti ini.

    Sialan! Apa lagi ini, nona muda?

    “ Niah!” berteriak dengan tingkat

    kesal yang semakin meningkat. Lebih-lebih ketika dia tidak bisa melihat wajah

    gadis itu. “ Sepertinya batas kesabaranku sudah habis sekarang. Hajar mereka. “

    Membalikan badan menghadap anak buahnya. “ Kecuali Daniah, jangan menyentuhnya

    sedikitpun.” Haksan mencengkram ujung baju anak buahnya. Yang menatap arah

    telunjuk bossnya. Menunjuk gadis bernama Daniah yang tidak boleh mereka sentuh

    sedikitpun.

    “ Ba, baik boss.”

    Sesuai dengan instruksi  perkelahian benar-benar tidak terhindarkan.

    Haksan tidak bisa diremehkan, seperti itulah perangainya sejak SMU. Waktu yang

    bergulir yang seharusnya mendewasakan seseorang sepertinya tidak menempanya

    sama sekali. Dia selalu seenaknya dan merasa semua hal harus berputar di

    sekelilingnya.  Sekali lagi dia melihat

    Daniah yang berdiri di ujung meja. Melihat semua perkelahian dengan wajah

    paniknya.

    Huh! Persetan siapa suamimu. Asalkan

    bukan tuan Saga, aku masih bisa bersaing dengannya.

    Ini bukanlah perasaan cinta, Haksan

    tidak mengenal itu dulu ataupun sekarang. Ini hanya sebatas sesuatu yang

    diinginkan dimiliki orang lain dan itu membuatnya geram. Dia menarik kursi dan

    duduk melihat Daniah. Dari ujung kepala sampai kakinya.

    Cih, kenapa aku tidak menyadari

    kalau penampilannya benar-benar berubah. Semua benda yang menempel di tubuhnya

    jelas-jelas barang bermerek.

    Haksan tahu, karena dia sering

    membelikan teman kencannya barang-barang bermerek itu.

    “ Hentikan! Aku akan menelfon

    polisi.” Teriakan Daniah tidak terdengar di tengah keributan. Sementara matanya

    berkeliling, mencari dimana Haksan berada. Tatapan kesalnya ketika melihat

    laki-laki itu duduk tenang sambil tersenyum padanya. Sementara itu perkelahian

    terbagi menjadi tiga kubu.  Empat orang

    menghadapi dua pengawal Daniah. Dan satu lagi berusaha menjatuhkan Aran. Gadis

    itu terlihat semakin terpojok.“ Aran!” Daniah terkejut dan berlari mendekat.

    Gadis itu sudah terjungkal ke belakang.

    Membentur meja lalu terduduk di lantai. Dia terlihat kesakitan tapi berhasil

    bangun. Tapi sepertinya dia kehabisan energi.

    “ Kak Haksan ku mohon hentikan

    ini.” Berdiri di depan Aran. Laki-laki yang ingin memukul untuk kedua kalinya

    itu mundur.  Daniah menoleh pada Haksan

    yang tidak bergeming. “Ku mohon hentikan semua ini. Mereka tidak salah

    apa-apa.” Suara Daniah gemetar karena melihat Aran menahan sakit, terduduk di

    lantai. Diapun melihat darah menetes di sikunya. “Aku mohon.”

    “ Hah! Akhirnya, kau tahukan, kalau

    aku selalu mendapatkan apa yang ku mau. Baik dulu ataupun sekarang.”

    Laki-laki itu mendekat. Senyum

    menjijikan terlihat jelas dibibirnya.

    Tuan Saga tolong kami!

    Daniah mundur beberapa langkah,

    sampai tubuhnya membentur meja.

    Sayang, datanglah!

    Untuk pertama kalinya Daniah benar-benar

    merindukan tuan Saga.

    Bersambung

Novel