Chapter 176 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 176

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-25

Di ruang perawatan VVIP, kedua

    wanita yang ada di dalamnya sedang mengingat kembali kejadian yang berlangsung

    beberapa waktu lalu. Pristiwa saat kedatangan tuan Saga beserta rombongannya ke

    kafe. Tempat Daniah bertemu dengan kenangan buruk di SMUnya. Memori yang bahkan

    tidak pernah sekelebatpun terlintas. Haksan, nama yang tidak akan pernah di

    sebut Daniah jika dia membicarakan tentang kehidupan SMUnya. Baik itu dalam

    cerita keseharian atau cerita cintanya. Dia hanya akan mengaku kalau dia pernah

    pacaran tiga kali. Tapi nama Haksan tidak ada dalam daftar itu. Mereka saling

    mengengam tangan masing-masing ketika sorot mata Saga yang penuh kemarahan

    kembali terlintas.

    Saat itu mereka bahkan hanya  bisa menduga-duga apa yang terjadi pada Haksan

    dari suara teriakan penuh kesakitannya. Di ruang tunggu di mana para pegawai

    kafe saling bersitatap melihat Daniah dan juga wanita di sebelahnya. Mereka

    terlihat ingin bertanya, namun takut dan bayangan keributan yang mereka lihat

    tadi membuat mereka hanya saling berspekulasi tentang dua wanita di hadapan

    mereka. Sampai akhirnya seorang laki-laki masuk dan membawa dua wanita itu

    keluar, para pelayan kafe hanya bisa melihat dalam diam.

    Dan sekarang diruangan perawatan

    ini dua wanita itu masih bertanya-tanya, apa yang terjadi pada Haksan

    sebenarnya.

    “ Nona, apa nona benar-benar mau

    membahasnya lagi.” Daniah dan Aran  saling bersitatap tegang. Daniah mengelengkan

    kepalanya. Dia takut, kalau dia membahasnya membuatnya merasa bersalah pada

    Haksan.

    Walaupun dia berusaha meyakinkan

    hatinya, kalau ini bukanlah salahnya. Haksan yang datang menggangunya, dia yang

    tidak percaya kalau dia sudah menikah dengan tuan Saga. Perangainya yang tidak

    berubah dari masa lalu semakin memperkeruh suasana. Ini salahnya. Begitu yang

    berusaha diyakinkan Daniah di hatinya.

    Ya, tapi siapa juga si yang akan

    percaya kalau aku benar-benar istri tuan Saga, kalau dibandingkan dengan Helena

    wanita yang dia kenalkan ke publik sebagai kekasihnya. Aku dan wanita itukan

    bagai bumi dan langit kalau di lihat dari segi fisik. Sedangkan hanya penilaian

    tidak kasat mata itulah yang dilihat kebanyakan orang.

    Daniah termenung lagi mulai bisa

    meraba bagaimana kedepannya hidupnya. Kebebasan, membawa mobil sendiri bekerja.

    Semua itu bahkan sudah berlarian dan menjauh secepat larinya rusa hutan dari

    kejaran pemburu. Mustahil.  Tadi sebelum

    keluar dari ruangan ini Saga sudah menebar ancaman yang membautnya tetap berada

    di tempat tidurnya.

    “ Jangan keluar dari ruangan ini

    selangkahpun.” Menghentikan bicara dan melihat pintu lalu terdiam sebentar

    menimbang apa yang ingin ia ucapkan, dan akhirnya dia merubah kata-katanya.

    “Tidak, tidak usah turun dari tempat tidur sampai aku kembali.” Melihat Aran

    dengan sorot mata tajam. Membuat yang ditatap langsung bergetar. “Jaga istriku

    untuk tetap berada di tempat tidurnya sampai aku kembali.” Seperti berkata,

    kalau sampai istriku turun dari tempat tidurnya habis kau.

    “ Ba, baik tuan.”

    Dia masih marah. Benar, dia masih

    marahkan? Aran menerka.

    Daniah frustasi duduk di atas

    tempat tidur. Sebenarnya tidak masalah kalau dia turun, ketahuan sekalipun.

    Paling-paling dia cuma akan diteriaki saja. Tapi kata-kata yang diberikan suaminya

    tadi bukan hanya untuknya. Tapi lebih tepatnya dia tujukan pada Aran. Hingga

    membuat Daniah benar-benar bertahan di tempat tidurnya.  Ketukan di pintu membuyarkan pikirannya yang

    melamun kemana-mana. Aran langsung membawa langkahnya untuk melihat. Ternyata

    seorang perawat membawakan makanan dan juga minuman. Dia melihat dua pengawal

    duduk berjaga, salah satu yang mengikutinya tadi yang satunya sudah berganti

    orang.

    Hah! Apa ini, apa ini makanan

    klinik kesehatan. Memandang nampan yang dia pegang. Aneka cake mewah dan

    potongan buah segar serta jus buah.

    Aran berhenti untuk terkejut

    setelah melihat ruangan yang ia sekarang berada. Tempat inipun tidak sekelas

    dengan kamar perawatannya sama sekali.

    “ Apa nona mau makan sesuatu?”

    “ Tidak. Makanlah kalau kamu mau.”

    Daniah duduk bersandar sambil menatap jendela. “ Bagaimana kalau sesuatu

    terjadi pada kak Haksan ya.” Tanyanya pada dirinya sendiri.

    “ Nona, jangan menyebut namanya

    lagi dengan mulut nona. Saya mohon.” Hari ini jadi pelajaran penting bagi Aran.

    Bahwa tidak ada kesalahan sepele kalau berhubungan dengan tuan Saga. Semua

    aturan tertulis yang dibuatkan sekertaris Han padanya sampai berlembar-lembar

    itu adalah kewajiban mutlak yang tidak bisa ditawar.

    Kejadian saat Saga meremas rambut

    Daniah tadi sangat jelas muncul di kepala Aran. Dia tahu alasan laki-laki itu

    melakukannya. Dia menakar kadar cemburu tuan Saga sebesar pada pada nonanya.

    “ Kumohon jangan bersikap seperti

    Leela dan Han.” Daniah mendesah sedikit merasa kesal.

    “ Maafkan saya nona, tapi hari ini

    saya benar-benar baru melihat sikap tuan Saga yang seperti itu. Dia bahkan

    tidak mau melihat nona di kafe tadikan. Dia benar-benar sedang menahan

    kemarahannya supaya nona tidak melihat.”

    Daniahpun tahu itu. Saat Saga

    mengalihkan mata yang biasanya selalu tertuju padanya.

    “ Tapi nona, tadi nona tidak

    bertengkar dengan tuan Sagakan?” aku sampai di pelototi di luar tadi karena

    menanyakan keadaan nona. “ Tuan Saga tidak melakukan apapun pada nona kan?”

    Kuatir. Walapun Aran tidak sampai berfikir kalau tuan Saga sampai memukul nona

    Daniah.

    “ Huh! Dia melakukan banyak hal

    padaku.” Jawaban Daniah terdengar menakutkan di telinga Aran, membuat Daniah

    tertawa menebak apa yang dipikirkan gadis di depannya. “ Aku tidak apa-apa

    Aran, tuan Saga tidak melakukan hal buruk padaku kok. Ya dia hanya melakukan

    banyak hal saja.” Tidak mungkin menjelaskan secara detail. “ Sudahlah, ayo makan

    kuenya. Cake coklat ini sepertinya enak.” Kau tidak akan paham apa yang dilakukan tuan Saga begitu pikir Daniah. Padahal, nona penulis sudah cukup pengalaman halunya kalau urusan begituan yang tertuang pada novel-novelnya. Tapi jangan tanya kalau di kehidupan nyata. Mungkin dia hanya setingkat di atas sekertaris Han perihal pengalaman cinta.

    Walaupun masih terbaca gurat

    kebingungan di wajahnya Aran mengikuti saja ketika Daniah memberikan sendok

    untuknya. Dia ikut makan makanan yang sama dengan yang dimakan Daniah.

    “ Aran, apa kau tidak bertanya tadi

    pada sekertaris Han, mereka mau kemana?” Berusaha menenangkan diri lagi dengan

    bicara. Daripada memikirkanya sendiri di kepalanya sepertinya lebih baik kalau

    ada yang ikut memikirkannya.

    “Saya bertanya nona, tapi tuan Han

    hanya menjawab. Terlalu banyak tahu dan bertanya bisa memperpendek umurmu.”

    Cemberut kesal sambil menjelaskan, dengan nada suara sama persis yang diberikan

    sekertaris Han padanya tadi. “Saya sudah tidak berani bertanya lagi kalau dia

    menjawab begitu.”

    “ Cih, dia selalu memakai kalimat

    itu sebagai senjatanya. Ternyata padamu juga ya.” Wajah sombong Han seperti

    hantu langsung muncul di kepala Daniah. Apa nona tidak lelah memaki saya?

    Seringai tipis muncul di bibir sekertaris Han.

    Aaaa, dalam bayangan saja dia

    kenapa menyebalkan begitu si.

    “ Apa! jadi pada nona juga?” Tidak

    percaya, bagaimana bisa  sekertaris Han

    bisa tidak sesopan itu pada nona Daniah pikir Aran. Tak terasa dia lahap juga

    makan kue. Aran sudah pindah ke cake keduanya. Sambil di selingi makan buah

    juga.

    “ Percayalah, dia juga kurang ajar

    padaku kok. Diakan hanya patuh pada tuan Saga, semua orang dianggap angin lalu

    sama dia.” Geram sendiri Daniah menjelaskan. “Tapi mereka tidak akan kembali ke

    kafekan. Apa mereka belum selesai dengan kak Haksan.”

    “ Nona, jangan menyebut nama

    laki-laki itu.” Merengek frustasi.

    “ Ia, ia. Tapikan tuan Saga tidak

    ada, tidak ada yang mendengarnya selain kamu.”

    Nona, sadarlah. Banyak mata dan

    telinga yang mendengar kita walaupun tidak kita sadari.

    Aran bahkan menyapu ruangan saking

    merasa kalau dirinya diawasi.

    “ Nona, apa laki-laki itu mantan

    pacar nona?” bertanya akhirnya, mengubur rasa penasaran siapa sebenarnya

    Haksan.

    “ Bukan!” Melotot. “Dia bukan

    siapa-siapaku, teman saja bukan.”

    Hemm, Aran berfikir jadi hubungan

    mereka itu apa ya.

    “ Aran, jangan banyak mencari tahu,

    lupa ya, itu bisa memperpendek umurmu.” Mereka tertawa, karena Daniah

    mengucapkannya dengan intonasi dan mimik yang sering di ucapkan sekertaris Han.

    Namun setelahnya dia mengatakan semuanya pada Aran. Siapa Haksan, dan betapa

    tidak pentingnya laki-laki itu. Yang ia cemaskan kalau sampai laki-laki itu

    terluka parah hanyalah tuan Saga, dia tidak mau Tuan Saga sampai berlumuran

    darah karenanya. Karena Daniah sendiri merasa suaminya yang dia kenal, walaupun

    terkadang dingin dan menakutkan tapi sejujurnya hatinya lembut dan hangat.

    “ Nona apa menurut nona sekertaris

    Han itu jauh lebih menakutkan daripada tuan Saga.”

    Daniah langsung meletakan garbu

    yang dia pegang. Berfikir.

    “ Tidak juga si soalnya aku masih

    berani membantah bicaranya.” Tertawa kecil. “Aku masih berani menjahilinya kok,

    kalau saja aku punya satu saja kelemahannya.”

    Nona, anda betul-betul belum mengenal

    sekertaris Han kalau masih bicara begitu.

    Membayangkan saja nyali Aran sudah

    menciut. Karena dia melihat dibanding tuan Saga laki-laki yang sedang mereka

    bicarakan jauh lebih menakutkan.

    “ Aran, apa kau tidak mau coba

    jatuh cinta padanya. Dia sepertinya jomblo abadi yang tidak mengenal cinta

    selain pada tuan Saga.”

    “ Hahaha.” Aran hanya tertawa

    menjawab kata-kata Daniah. Tapi dia menyentuh dadanya merasakan degub yang

    tiba-tiba beraksi spontan.

    Bersambung

Novel