Chapter 180 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 180

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-22

Ternyata agenda bulan madu yang

    sudah di susun Han benar-benar terealisasi dengan baik. Persen-persenan yang dibuat seenaknya oleh Saga. Karena kejadian kemarin,

    hari ini tuan Saga memutuskan tidak ada kegiatan di luar rumah. Dia hanya ingin

    menghabiskan hari di dalam kamar. Apa yang akan mereka lakukan?

    Terserah! Aku tidak perduli apa

    yang akan nona dan tuan muda lakukan di dalam kamar?

    Menjawab gusar pertanyaan yang

    muncul di kepalanya sendiri. Laptop di depannya sudah menyala. Di layar sudah

    tampak beberapa orang sedang duduk untuk memberikan laporan pekerjaan. Ada

    beberapa proyek baru yang terealisasi dalam minggu ini. Han meminta laporan

    detailnya. Karena berhubung hari ini tidak ada kegiatan apapun di luar ruangan.

    Dia sedang memeriksa hpnya, orang-orang di dalam layar menunggu. Sambil

    merapikan penampilan mereka.

    “ Kita mulai rapatnya.” Han

    mendonggak dan meletakan benda kecil di tangannya. Semua orang langsung sigap

    menyentuh berkas laporan di depan mereka.  Bergiliran menyampaikan laporan. Han mengoreksi banyak hal. Sangat

    mendetail. Dia memang sangat perfeksionis jika berhubungan dengan data laporan.

    Kurang sedikit saja, dia akan meminta semua menganti laporan kerja dalam

    hitungan jam. “Aku akan mengirim Leela besok. Berikan semua berkas yang di

    perlukan.”

    “ Baik tuan.”

    Rapat masih berlangsung saat Arandita

    mendekat. Gadis itu tidak melihat layar laptop di depan sekertaris Han. Dia

    hanya melihat laki-laki itu sedang duduk diam sambil melihat layar hp. Dia

    ingin mengendap-endap dan mengagetkan sekertaris Han.

    Kau mau mati!

    “ Tuan Han, apa nona belum keluar

    kamar?” Memilih langsung bertanya dengan suara keras tanpa menyapa terlebih

    dahulu.

    Han menoleh dari pekerjaannya,

    menatap Aran tanpa ekspresi. Membuat yang di tatap mundur beberapa langkah.

    Apa-apa salahku? Bulu kudunya

    merinding. Lalu menangkap gerakan di layar laptop.

    “ Maaf, saya tidak melihat tuan

    sedang bekerja. Tadi saya pikir tuan sedang melamun.” Menaundukan kepalanya

    sampai punggungnya lurus. “ Maafkan saya tuan.”

    Habislah aku. Aran belum mengangkat

    kepalanya.

    “ Pergi!”

    “ Baik tuan. Saya pergi. Maafkan

    saya”

    Bergerak cepat memutar tubuh. Lalu

    mengambil langkah seribu. Ingin segera lenyap dari hadapan sekertaris Han.

    Sepanjang keluar Aran mengutuki kelakuannya.

    Mengerikan sekali, akukan tidak

    sengaja mengintip tadi. Dia sedang rapat dengan siapa ya?

    Penasaran mengelitik, tapi karena

    masih sayang pada nyawanya dia memilih keluar Vila dan berjalan ke pantai.

    Melihat pemandangan aneh yang selama beberapa hari ini tidak dilihatnya para

    pelayan dan tim keamanan Antarna Group sedang asik bermain di pantai, dengan

    memakai semua fasilitas vila sesuka mereka.

    Kenapa mereka santai sekali?

    “ Pak Mun!” Aran berteriak ketika

    melihat punggung Pak Mun dari kejauhan, laki-laki itu berjalan ntah mau kemana.

    Dia berhenti berdiri diam menunggu, menunggu Aran mendekat. Setelah gadis itu

    ada di depannya dia langsung bertanya.

    “ Apa luka di tanganmu sudah

    sembuh?” Menunjuk siku tangan Aran yang masih terbalut perban. “Kemarin nona

    muda berpesan kalau kau membutuhkan sesuatu katakan saja.” Aran tersenyum

    sambil meraba sikunya.

    Nona memang baik sekali, aku

    benar-benar mengidolakannya.

    “ Sudah membaik pak terimakasih.

    Maaf pak apa boleh saya bertanya?” fokus pada tujuannya memanggil pak Mun.

    “ Katakan?”

    Pak Mun ini walaupun jauh lebih

    ramah dari sekertaris Han tapi kalau bicara sama-sama tho the poin tidak ada

    basa basinya. Wajahnya juga sama-sama pelit ekspresi.

    “ Kenapa semua orang terlihat

    santai hari ini pak. Para pelayan dan tim keamanan  saya lihat pada bermain di laut?” mereka

    bahkan bisa mengunakan semua fasilitas permainan dengan bebas seprti rumah

    mereka sendiri. Tidak, seperti mereka yang membayar tagihan saja.

    “ Apa kau tidur saat apel pagi tadi?”

    Duarrr, Aran lupa siapa orang yang ada di depannya. Kepala pelayan rumah utama.

    Menyesal kenapa dia berteriak memanggil pak Mun tadi. Mau berbalik dan

    menundukan kepala saja rasanya. Tapi dia sudah jatuh tertangkap sekarang.

    Aku ngapain saat apel pagi tadi?

    Aku berdiri di ujung barisan dan setengah terjaga dan setegah bermimpi. Memang

    apa yang aku lewatkan di apel pagi tadi!

    Wajah panik Aran sudah tidak bisa

    di tutupi. Pak Mun bisa melihatnya dengan sangat jelas.

    “ Maaf pak Mun, saya tidak akan

    mengulanginya lagi.” Lagi-lagi menundukan kepalanya pasrah. Buku setebal

    skripsinya waktu kuliah dulu yang berisi peraturan rumah utama sudah dia

    terima. Sudah dia baca, tapi dia suka lupa mengaplikasikannya dalam kehidupan

    sehari-hari.

    “ ini peringatan pertamamu. Saat

    bekerja, bekerjalah dengan baik. Karena kau sudah mendapatkan waktu istirahat dan

    gaji yang jauh lebih besar dari dimanapun kau bekerja. Jangan membuat kesalahan

    apapun seperti pagi ini. Baca buku peraturanmu lagi!”

    Seseorang yang selalu menjaga

    segala sesuatu berjalan ddengan sempurna untuk urusan rumah tangga rumah utama.

    “ Baik pak Mun, maafkan saya.”

    Mengangukan kepala dalam.

    “ Hari ini hari bebas, tuan muda

    dan nona akan menghabiskan waktu di dalam kamar jadi kalian bisa menikmati

    liburan sepuas kalian hari ini. Tapi aku sarankan, jangan meninggalkan

    lingkungan vila.”

    Aran masih bengong mencerna

    penjelasan pak Mun, sementara laki-laki tu sudah pergi tidak menunggu. Meninggalkannya

    yang diam mematung.

    Hah! Seharian menghabiskan waktu di

    dalam kamar. Mereka mau melakukan apa?

    Daripada pusing memikirkan apa yang

    dilakukan nona dan tuan Saga, Aran memilih bergabung menuju pantai. Tapi dia

    hanya duduk-duduk di pinggir pantai. Dia belum akrab dengan siapapun di rumah

    utama. Pak Mun memberinya kamar kosong di rumah belakang. Karena para pelayan

    sudah memiliki teman sekamar mereka masing-masing. Dia hanya sudah memberi

    salam perkenalan diri waktu pertama kali datang. Tapi wajah-wajah para pelayan

    lain juga belum benar-benar tersimpan dalam ingatannya. Tapi percayalah lingkungan kerja di rumah belakang milik tuan muda sangat nyaman. Tidak ada yang bersaing menjadi orang yang sok hebat. Semua bekerja menyelesaikan pekerjaan mereka masing-masing dengan baik. Menutup mulut mereka rapat untuk urusan keluarga tuan Saga.  Hingga Aran merasa bisa menyesuaikan diri dengan mudah di rumah belakang, walaupun dia termasuk anak bawang di sana.

    Dua orang wanita terlihat mendekati

    Aran dari arah bibir pantai. Pakaian dan tubuh mereka sudah basah.

    “ Aran!”

    “ Ia.” Mereka menyapa duluan.

    “ Apa mau bergabung bersama kami.

    Kita mau main banana boat.” Menunjuk area bermain air.

    “ Aaaa, aku ingin sekali. Tapi luka

    jahitanku belum kering.” Mereka terlihat terkejut.

    Aaaaa, mati aku! Mulutku keceplosan.

    Merekakan tidak tahu apa-apa mengenai kejadian kemarin. Akan runyam kalau

    mereka bertanya.

    “ Baiklah kalau begitu. Istirahatlah,

    kami ke sana dulu ya.”

    “ Ia.”

    Eh mereka tidak bertanya. Terlalu banyak mencari tahu itu bisa memperpendek umurmu. Kenapa kata-kata itu terngiang-ngiang ya. Apa sekertaris Han memakai kata-kata itu benar-benar pada semua orang?

    Karena merasa bosan hanya bisa

    melihat orang lain bersenang-senang akhirnya Aran membawa langkah kakinya masuk

    ke area vila. Iri ketika menolehkan kepala lagi. Tapi lukanya benar-benar belum

    kering. Dia mandi bahkan harus membungkus sikunya agar tidak terkena air tadi.

    Kenapa aku harus terluka di waktu

    seperti ini si. Padahal sudah lama sekali aku tidak pergi berlibur. Bahkan

    kapan ya terakhir kali aku mandi air laut. Aaaa sudah lama sekali. Bahkan saat

    bekerja dulu di stasiun tv aku tidak punya waktu berleha-leha.

    Termenung menatap langit-langit

    kamar. Lalu bergegas beranjak. Mengeluarkan laptop dari tas di bawah tempat

    tidurnya. Serta Hp pribadinya.

    Seharusnya aku menulis saja

    sekarang! Bodohnya aku.

    Semua peralatan tempur sudah

    menyala. Senjata menulis, laptop yang sudah cukup umur. Hp miliknya sendiri,

    berkedip-kedip layarnya menandakan beberapa pesan masuk. Baru saja semua benda

    itu menyala ketukan keras di pintu kamarnya. Aran menoleh kesal.

    Siapa si, tidak tahu hati sudah

    semangat bergejolak malah ada gangguan lagi.

    Gedoran semakin keras.

    “ Ia sebentar!”

    Berlari menuju pintu, bahkan

    melompati kursi. Untung saja tidak terjungkal. Dia lebih ingin terjungkal saat

    melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu. Harimau gila.

    “ Tuan kenapa?” Bertanya cepat.

    “ Kemana saja kau?” Masuk tanpa

    permisi ke dalam kamar Aran.

    “ Katanya hari ini hari bebas, saya

    mau menulis.” Mundur seirama dengan langkah kaki Han memasuki kamarnya.

    Laki-laki itu melihat keatas meja. Lalu berjalan mendekat. Aran terperanjak

    kaget langsung berlari menabrak tubuh Han.

    “ Kau mau mati ya?”

    “ Maaf tuan.” Tangannya bergerak

    cepat menutup layar laptopnya. Terlambat, mata tajam Han sudah melihat apa yang

    coba di sembunyikan Aran.

    Bersambung....

Novel