Chapter 187 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 187

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-17

Daniah merasa lucu sekaligus gemas tidak tertahan namun juga merasa

    sangat beruntung. Mungkin dia adalah salah satu dari sekian banyak wanita

    beruntung di dunia ini yang memiliki suami seperti Saga. Tapi, jujur saja,

    saking merasa gemasnya sampai dia ingin menangis dan mencubit pipi suaminya.

    Biar laki-laki itu tersadar, kalau istrinya ini baik-baik saja.

    Suara ketukan pintu melunakan

    pandangan kuatir yang berlebih Saga. Sebelum pintu terbuka, Daniah menarik

    selimutnya menutupi kaki sampai pinggangnya. Sekertaris Han masuk, diikuti pak

    Mun dia membawa secangkir minuman, lalu di belakangnya Aran juga muncul membawa

    sebuah tas kecil di tangan kirinya.

    “ Apa ini?” Saga meraih gelas yang

    di sodorkan pak Mun dengan hati-hati.

    “ Masih agak panas tuan, ini air

    jahe dan madu ditambah ciaseed. Untuk menghangatkan perut nona.” Pak Mun juga

    memberikan sendok kecil.

    Apa-apaan si ini. Aku datang bulan

    bukan pesakitan. Aku akan ditertawai semua wanita di muka bumi ini nanti.

    “ Sayang, biar aku saja.” Daniah

    sudah mau meraih gelas di tangan Saga, tapi tangannya langsung ditepis dengan

    dibumbui mata tajam tidak suka laki-laki itu.

    Seperti mau bilang kau mau apa? orang sakit itu diam saja.

    “ Sudah diam. Ini masih panas.” Mengaduk-aduk

    isi gelasnya, mengambil sesendok dan menempelkan di bibirnya. Sekiranya dia

    sudah merasa aman di sodorkan sendok itu ke depan bibir Daniah. Dengan lemah

    lembut Saga menyuapi sesendok demi sesendok ke mulut Daniah. Gadis itu menurut

    daripada urusan tambah panjang. Matanya melirik orang-orang yang berdiri di

    dalam ruangan. Pak Mun  masih memandang

    dengan cemas, sekertaris Han masih diam tak bergeming. Sementara Aran yang

    sudah tahu duduk persoalannya terlihat menunduk sambil menelan senyum dan

    tawanya sendiri.

    Tertawalah Aran, kau layak tertawa

    melihat kebodohan para lelaki ini.

    Setelah hampir separuh gelas habis

    Daniah menahan sendok yang di sodorkan Saga. “Sudah sayang.”

    Perutku bisa kembung nanti, tapi

    kalau aku bilang begitu nanti dia semakin menggila.

    “ Kenapa? Perutmu tambah sakit?”

    Menoleh pada pak Mun, seperti bertanya, minuman yang kau berikan ini sudah

    benarkan?

    “ Tidak sayang, sudah nyaman

    rasanya kok.” Membaca situasi yang sepertinya akan menjadi buruk. “Aku mau ke

    kamar mandi sebentar ya.” Menyentuh tangan Saga untuk meletakan sendok yang dia

    pegang.

    “ Kemarilah, biar kugendong. Mau

    apa ke kamar mandi?”

    Aaaaaaa, bisa benar gila aku kalau

    begini.

    Daniah menjentikan jarinya agar

    Saga mendekatkan telinga. Lalu dia membisikan sesuatu. Walaupun masih tidak

    paham Saga beralih melihat Aran dan menyuruhnya mengikuti Daniah, gadis itu

    langsung mendekat dan menyerahkan tas yang dia bawa sampai di pintu kamar mandi. Daniah

    melarangnya masuk. Langkah mereka diikuti tatapan semua orang. Membuat Aran

    salah tingkah sendiri.

    “ Kemarilah!”

    Aran tersentak ketika tau dia yang

    ditunjuk tangan Saga. Dia berjalan cepat mendekati tempat tidur. Laki-laki itu masih menatap pintu kamar mandi, masih terlihat cemas.

    Kenapa ini? Dia tidak terlihat

    sedang marah si, tapi kenapa aku tambah takut begini.

    “ Ia tuan.” Sudah berdiri di

    samping tempat tidur. Berusaha bernafas dengan tenang dan meyakinkan diri. Hanya perlu anggukan kepala tanpa terlihat membantah, begitu yang dipelajari Aran untuk selamat dari banyak situasi jika berhubungan dengan tuan Saga.

    “ Han, apa dokter belum datang?”

    Beralih pada Han yang masih berdiri diam.

    “ Sedang dalam perjalanan tuan.”

    “ Pak Mun siapkan makanan  untuk Daniah.” Katanya lagi menjawab informasi yang diberikan Han.

    Waktu terus beranjak menuju terang

    di luar sana, sudah waktunya semua orang sarapan pagi. Apalagi untuk Daniah,

    begitu pikir Saga. Istrinya tentu yang paling butuh asupan tenaga sekarang. Orang-orang di luar sudah beraktifitas normal seperti biasa. Para pelayan dan pengawal tidak ada yang tahu ada kejadian apa di vila utama.

    “ Baik tuan muda.” Pak Mun beranjak setelah mengangukan kepalanya. Dia masih sempat membalikan kepala sebelum membuka handle pintu. meyakinkan dirinya sendiri, bahwa semua baik-baik saja. Untuk tuan mudanya ataupun untuk nona Daniah.

    Saga beralih pada Aran lagi,

    melihat gadis itu dengan serius dari atas ke bawah. Meyakinkan diri kalau yang ada

    di hadapannya memang benar-benar satu gender dengan istrinya. Sama-sama

    perempuan. Padahal itu sama sekali tidak perlukan, jelas-jelas kalau dia bukan perempuan tidak mungkin dia membiarkan Aran menempel pada istrinya.

    Yang dipandang semakin cemas karena menduga-duga.

    “ Apa kau juga mengalaminya,

    seperti istriku sekarang?”

    Apa! dia tanya apa si?

    Masih berkubang dengan kebingungan untuk pilihan jawaban yang dirasa paling tepat. Tapi karena binggung membuat gadis itu malah terdiam.

    “ Aran, kau tidak dengar tuan muda

    bertanya padamu.” Han menghardik bukan hanya lewat suara, tatapannya jauh lebih menakutkan.

    Ia aku tahu, tapi dia tanya apa?

    Melihat Aran masih diam Han yang

    gusar. “ Apa kau juga datang bulan juga seperti nona?”

    Pertanyaan apa itu! Dia bahkan tidak malu mengatakannya.

    “ Tentu saja tuan saya jugakan

    perempuan.” Han menatap Aran dengan pandangan tidak percaya. “ Saya juga

    perempuan tuan.” Menjawab sorot mata itu dengan jengah.

    Apa perlu aku buka baju di depanmu,

    menunjukan kalau aku perempuan asli.

    “ Sakit? Bagian mana yang sakit?”

    Ini maksudnya apa si?

    “ Tuan muda bertanya bagian mana

    dari tubuhmu yang sakit, kalian mengeluarkan darahkan. Apa itu sakit.”

    Cih, dimana otakmu gadis bodoh

    pertanyaan begitu saja tidak nyambung. Han

    Ya Tuhan kok laki-laki ini bisa nyambung

    si, padahal tuan Saga cuma bicara sepotong-sepotong dengan pilihan kata

    sesukanya. Aran.

    “ Tidak ada yang sakit tuan,

    biasanya hanya nyeri dan sedikit kram di perut di hari pertama dan kedua saja.

    Selebihnya.”

    “ Sudah kuduga dia pura-pura

    baik-baik saja, padahal dia kesakitan.” Langsung di sambar dengan membuat

    kesimpulan yang ingin di dengarnya saja.

    Hei tuan kenapa menyimpulkan

    begitu, akukan hanya bilang sedikit sakit.

    Aran panik ketika jawabannya

    semakin membuat situasi makin runyam. Saat Daniah membuka pintu kamar mandi

    Saga langsung bangun dari tempat tidur. Meraih tubuh Daniah dalam pelukannya.

    Yang di gendong tiba-tiba  tentu saja

    panik. Wajahnya langsung merah karena malu apalagi saat di lihat kedua orang itu

    masih ada di dalam kamar. Masih sama, yang satu tanpa ekspresi yang satu menahan

    geli.

    “ Sayang kenapa? Aku bisa jalan.”

    Berontak, sambil memukul tangan Saga agar menurunkannya. Tapi tentu sia-sia.

    Saga sudah meletakan tubuh Daniah dengan hati-hati di tempat tidur. Menarik

    selimut menutupi kakinya lagi.

    “ Kau suruh aku bertanya

    padanyakan.” Menunjuk Aran dengan ekor matanya. “Dia bilang sakit saat datang

    bulan.”

    Apa! akukan tidak menjawab begitu.

    Maaf nona, tuan Saga yang aneh menafsirkan jawabanku. Aran panik.

    “ Sayang sudah baik-baik saja, sungguh.” Dari cara suaminya memandangnya, Daniah yakin, Saga sama sekali tidak mempercayai kata-katanya.

    Bagaimana si aku musti menjelaskan!

    Suasana sudah cukup tenang. Tidak ada yang tinggal dikamar kecuali sepasang suami istri yang sedang menikmati sarapan mereka. Namun ketenangan itu segera buyar setelah ketukan pintu tiga kali. Sekertaris Han masuk ke dalam

    kamar. Daniah masih menghabiskan sarapannya di tempat tidur, begitu pula Saga

    di sampingnya. Laki-laki itu benar-benar tidak beranjak dari samping Daniah.

    Dia memperlakukan istrinya bak pasien yang butuh perawatan. Layaknya dia dulu

    saat dia mengaku dirinya sakit. Waktu mereka main dokter-dokteran pertama kali.

    “ Kenapa?” Saga mengambil gelas jus dan menyerahkan pada Daniah.

    Han melihat tuan dan nonanya belum

    selesai makan sigap menjawab

    “ Saya akan membawa dokter setelah

    nona selesai makan.”

    “ Dia sudah sampai?” Daniah yang merasa tidak enak langsung

    mempercepat makannya.

    “ Kau bisa tersendak nanti,

    pelan-pelan saja. Dia akan menunggu sampai kau selesai.” Mengambil sendok di tangan Daniah agar dia berhenti menyuapkan makanan sebelum yang ada dimulutnya habis.

    Baiklah, baiklah, percuma juga

    membantah.

    “ Saya akan minta pak Mun

    menyediakan makanan dan minuman untuk dokter nona, jadi selesaikan sarapan nona

    senyaman mungkin. Saya permisi.”

    “ Hemm.” Saga hanya menjawab

    sekilas, lalu kembali mengambil sendok di piring Daniah dan menyuapi istrinya.

    Bagaimana ini, aku harus pasang wajah seperti apa di depan dokter. Aaaa, malunya berkali lipat, seperti abg yang baru pertama kali datang bulan saja musti sepanik ini.

    Menolak seperti apapun tidak akan merubah situasi. Daniah hanya bisa bernafas berat, sambil menahan senyum malu saat dokter datang dan melakukan pemeriksaan. Semua pemeriksaan sudah di lakukan. Semua pertanyaan yang diberikan dokter di jawab Daniah dengan senyum malu-malu.

    Maafkan aku dokter, besok suamiku aku suruh kursus ilmu pengetahuan tentang wanita deh. biar tidak bodoh-bodoh amat urusan beginian. Daniah menjawab sorot mata penuh tanya sang dokter.

    Kenapa dengan dua orang ini, dari

    kemarin. Jelas-jelas nona baik-baik saja. Sambil merapikan semua alat pemeriksaan, berusaha membuat kesimpulan yang paling enak untuk di dengar. Untung saja hari ini sekertarisnya tidak menghubungi rumah sakit. Sehingga tidak ada kepanikan di RS kota. Sudah membuat dokter muda itu bersyukur.

    “ Apa semua baik-baik saja?”

    “ Ia tuan, semua normal. Nona

    Daniah baik-baik saja.” Sepanjang dia  menunggu tadi

    sekertaris Han sudah menjelaskan duduk persoalannya.

    Apa tuan Saga benar-benar sepolos

    ini?

    “ Biasanya berapa lama?"

    " Waktu datang bulan setiap wanita beda-beda tuan, normalnya sekitar 5 sampai 7 hari." Langsung tanggap dengan pertanyaan Saga. " Tapi untuk kasus nona mungkin bisa saja berbeda."

    " Kenapa? kenapa Niahku berbeda?" Meraih kepala Daniah dan meletakannya di bahunya, sambil membelai kepala itu lembut. Istrinya manut tidak berkomentar apapun. Yang berdebar malah dokter wanita yang sedang berdiri itu.

    Aaaaa, manisnya.

    " Saya dengar nona sedang menjalani terapi kesuburan pasca konsumsi pil kb, jadi ini datang bulan nona yang pertama setelah sekian lamakan."

    " Ia dokter. Apa semua baik-baik saja?" Dokter wanita itu tersenyum meredakan kekuatiran Daniah.

    " Semua baik-baik saja nona. Dengan datang bulan ini berarti hormon nona sudah kembali normal. Setelahnya nona bisa menjalani program kehamilan dengan baik."

    Eh, kenapa nyambungnya ke situ si.

    " Baiklah, kau sudah bisa pergi." Saga memanggil lagi setelah dokter itu menggangukan kepalanya. Saga butuh kalimat penutup yang bisa membungkam rengekan istrinya. " Dia harus istirahatkan?" Membelai kepala istrinya.

    " Dokter, saya masih bisa beraktifitas normal kok, karena tubuh saya tidak lemas atau apa." Daniah menyambar.

    " Sebaiknya nona istirahat seperti yang tuan Saga sarankan. makan makanan yang sehat dan banyak minum."

    Hei dokter, kau sedang menyelamatkan dirimukan dari keanehan suamikukan!

    " Lihatkan kau harus menurut dan diam di tempat tidur." Kemenangan ada di tangan Saga, puas sekali karena dokter wanita itu membelanya. Han mengantar dokter keluar ruangan. Saga sudah bernafas lega, menjatuhkan tubuh di tempat tidur. Memeluk pinggang istrinya dan menempelkan wajahnya di perut Daniah. Berharap dengan begitu sakit atau nyeri di perut istrinya menghilang.

    Kenapa bulan maduku jadi begini si!

    " Sayang, apa hari ini kita benar-benar akan di kamar lagi. Aku bisa keluar sungguh. Aku bisa jalan-jalan kok, kita main di luar ya. Tidak masuk ke dalam air, hanya berjalan di pantai."

    " Hemm."

    " Sayang jawab donk."

    Saga terlelap sambil memeluk perut Daniah.  Tidak bereaksi saat Daniah menusuk-nusuk kepalanya dengan jari. Sepertinya ia kelelahan karena kecemasannya menunggu pemeriksaan dokter tadi.

    " Maaf ya, kamu lelah ya." Puk, puk menepuk bahu Saga. Membiarkan laki-laki itu benar-benar terlelap sejenak dalam mimpinya. Dibelainya punggung seaminya lagi. Daniah bahkan tidak merasa nyeri lagi diperutnya.

    Apa sentuhan orang yang di sayangi benar-benar meluruhkan rasa sakit ya?

    Bersambung

Novel