Chapter 188 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 188

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-07-16

Saga sudah bangun duluan. Mendapati

    Daniah memeluknya erat membuat hatinya bergetar senang. Dia memang masih

    seperti itu. Setiap hal yang dilakukan Daniah karena inisiatifnya selalu

    membuatnya sangat bahagia. Dia merasa dicintai melebihi apa yang sudah dia

    berikan untuk istrinya.

    Setelah selesai mandi dan

    mengeringkan rambut dia memanggil Han, selang tidak lama Han masuk membawa jus

    segar dan potongan buah.

    “ Duduklah, kau bawa yang kuminta.”

    “ Ia tuan. Silahkan” Han

    menyerahkan garbu kecil ke tangan Saga. Lalu mengeluarkan lembaran-lembaran

    kertas dari amplop coklat  yang dia bawa di bawah nampannya tadi.

    Kenapa aku merasa cemas ya. Apa

    tuan muda benar-benar perlu tahu tentang ini. Kalau dia semakin gelisah dan

    berfikir macam-macam bagaimana.

    Han sedang berperang dengan

    pikirannya sendiri selama Saga menghabiskan makanannya. Dia sudah mencari

    banyak referensi, bahkan menghubungi dokter kandungan yang secara khusus sudah

    ditunjuk sebagai dokter pribadi nona.

    Saga meletakan gelasnya yang sudah

    kosong, dan mengambil lembaran kertas yang di berikan Han. Matanya memicing

    saat membaca apa yang tertulis di sana.

    “ Kau tidak bercanda dengan semua

    informasi inikan?” Tangannya bergetar, bahkan dia memukul bahu Han dengan

    tumpukan kertas itu.  “ Bagaimana aku membiarkan

    Daniah merasakan ini? Ini pasti gila?”

    Benarkan, apa yang aku cemaskan.

    Tuan muda tidak mungkin baik-baik saja setelah melihat ini.

    Wanita memiliki kemulyaan yang di

    anugrahkan Tuhan dengan bisa meneruskan keturunan. Kehamilan dan melahirkan

    adalah hadiah Tuhan bagi para wanita. Dalam proses kehamilan ada banyak sekali

    cerita dan drama. Bahkan di gambarkan seorang ibu yang melahirkan anaknya

    merasakaan sakit seperti 20 tulang di tubuhnya dipatahkan.

    Membaca itu tubuh Saga gemetar. Dia

    menoleh ke tempat tidur dimana istrinya sedang terlelap di bawah selimut. Hanya

    ujung rambutnya yang terlihat.

    “ Tuan muda, pelankan suara anda.

    Nona bisa terbangun.” Bahkan hanya dengan membaca informasi seputar kehamilan,

    seharusnya membuat bulu kudu semua orang bergetar. Ibu merasakan sakit ketika

    melahirkan seperti halnya 20 tulang ditubuhnya dipatahkan. Membayangkan rasa

    sakitnya saja tidak akan tergambarkan dengan benar.

    Masih memandang lembaran-lembaran

    kertas itu tidak percaya.

    “ Buatkan jadwal bertemu dengan

    dokter kandungan Daniah, aku ingin mendengar semua penjelasan sejelas-jelasnya tentang

    kehamilan, melahirkan juga datang bulan.”

    “ Baik.”

    Hah!

    Saga menjatuhkan kepalanya di atas

    sandaran kursi. Pikirannya terbang menjumpai wajah-wajah yang di sayanginya.

    Menghampiri wajah ibunya yang sedang jauh di sana. Menemukan Jen dan Sofi, dua

    wanita  yang akan selamanya dia anggap

    anak-anak. Sebanyak apapun usianya, Saga hanya akan menganggap mereka dua bocah

    yang harus selalu dia lindungi.  Juga

    wanita yang dicintainya. Dia menatap nanar lagi, tubuh kecil di bawah selimut

    itu. Benarkan dia bisa.

    Ibu, kau hebat sekali ya. Apa dulu

    Ayah juga menangis ketakutan saat melihatmu kesakitan melahirkan kami. Ayah,

    apa kau tahu dulu ibu kesakitan, ah tidak mungkin kau tidak tahukan. Kau

    mencintai ibu seperti aku mencintai Daniah.

    Kata-kata Daniah kembali terngiang

    dipikirannya. Bagaimana dia bisa bercerita tentang sosok ibu kandungnya, wanita

    yang begitu dicintainya. Walaupun hanya ingatan samar tentang seseorang yang

    sudah melahirkannya ke dunia. Ibu, sampaikapanpun tak akan pernah terlupakan. Begitu ujarnya.

    Bagaimana sebenci apapun Daniah pada ibu tirinya dia adalah wanita yang sudah

    melahirkan Raksa. Adik yang sudah banyak sekali membuatnya tegar dan bertahan

    hidup di keluarganya. Hingga ujaran balas dendan yang pernah di sodorkan Saga

    hanya di balas senyum olehnya. “ Bagaimanapun Raksa mencintai ibunya. Dan aku

    sangat menyayangi Raksa.” Begitulah dia akhirnya menghentikan niatan Saga balas

    dendan untuk semua perlakukan yang pernah ibu tirinya lakukan padanya.

    Jangan marah pada ibu, mengalahlah.

    Ibu sangat menyayangimu, apapun yang sudah ibu lakukan maafkan dia. Jangan marah pada ibu

    hanya karena aku. Begitulah yang selalu diulang Daniah saat kerap beberapa kali

    dia bersitegang dan beda pendapat dengan ibunya.

    Ibu.

    “ Tuan muda.”

    “ Hemm.” Tersadar dari lamunan,

    menatap Han. “ Apa?”

    “ Saya juga merasa binggung dengan

    kondisi ini, tapi ini kenyataan yang saya lihat setelah mencari info-info

    seputar kehamilan.”

    “ Apa?” Saga mengangkat kepalanya

    tertarik.

    “ Walaupun wanita mengalami

    perjuangan luar biasa dari semenjak hamil sampai melahirkan, tapi mereka bahagia

    dengan semua itu. Karena menjadi ibu adalah hadiah yang Tuhan berikan bagi

    seorang wanita.”

    Jadi jangan terlalu cemas tuan

    muda, nona Daniah pasti merasakan itu juga.

    “ Niah juga pernah mengatakannya.

    Kalau Tuhan memberinya kesempatan dia akan bahagia menjalani semuanya. Tapi...”

    tertahan kata-katanya. “Apa aku bisa melihatnya menderita begitu. Aku pasti

    bisa gila.”

    Han diam, karena dia tahu

    jawabannya. Rasanya menyesal juga dia sudah menyodorkan kertas-kertas yang ada di hadapannya ini. Kalau saja tuan muda tidak tahu, tentu dia tidak akan secemas ini memikirkan. Selama ini dia sudah menantikan kehamilan Daniah. Anak yang akan dilahirkan Daniah sebagai bukti cinta kasih mereka.

    Apa tuan muda akan berfikir ulang tentang keinginannya melihat nona hamil.

    Dikepala Saga masih bermunculan

    aktualisasi tentang informasi kehamilan, jika itu terjadi pada Daniah. Apa dia

    akan sanggup melihatnya.

    “ Apa perusahaan punya kebijakan

    khusus untuk karyawan hamil dan melahirkan?” Tiba-tiba hal ini masuk ke

    pikirannya. Di Antarna Group ada banyak sekali karyawan wanita yang statusnya

    sudah menikah.

    “ Cuti melahirkan selama dua bulan

    tuan.” Menjawab sambil merapikan kertas-kertas berserak di atas meja.

    “ Apa itu cukup?”

    Saya juga tidak tahu tuan muda.

    Belum pernah ada yang komplen mengenai kebijakan cuti melahirkan selama ini.

    “ Bahas ini di internal kepegawaian,

    untuk memberikan cuti sekaligus bonus khusus bagi karyawan wanita yang sehabis

    melahirkan. Anggarkan perencanaannya mulai tahun depan.”

    “ Baik.”

    Nona, anda membawa banyak sekali perubahan di

    Antarna Group.

    Terdengar suara dari tempat tidur.

    Membuat kedua lelaki itu menoleh.

    “ Hei apa yang kau lihat?” Gusar

    saat melihat Han juga melirik kea rah tempat tidur. “Sudah kubilang, jangan liat

    istriku yang sedang tidur.”

    Dia mengemaskan tahu, apalagi kalau

    habis membuka mata dan kebinggungan.

    “ Maaf tuan muda.” Han langsung

    berpaling ke arah meja.

    Memang ada bedanya begitu, nona

    saat tidur sama tidak.

    Saga bangun dari tempat duduknya

    mendekati Daniah. “ Kau sudah bangun? Apa ada yang tidak nyaman.” Menyentuh

    pipi Daniah yang masih berusaha mengumpulkan separuh nyawanya.

    Hah! Aku ketiduran berapa lama ini.

    Ahhh, banjir, aku harus ganti pembalut.

    “ Aku baik-baik saja sayang. Aku

    mau kekamar mandi.”

    Saga sudah bangun dan mengambil

    posisi mau mengendong Daniah tapi gadis itu benar-benar menolak dengan keras.

    Bahkan memukul bahu Saga dengan bantal.

    “ Aku bisa jalan, sudah sana, teruskan

    saja pekerjaan kalian.” Melihat ke arah sekertaris Han. Melihat juga kertas

    menumpuk di atas meja.

    Mereka sedang bekerja ya.

    Walaupun tidak rela akhirnya

    dibiarkan saja istrinya itu berjalan sendiri ke kemar mandi.

    Setelah melihat istrinya masuk dia kembali duduk.

    " Kau lihatkan dia mengemaskan kalau habis membuka mata saat bangun tidur."

    Mana saya tahu tuan, melirik saja tidak bolehkan tadi.

    " Kau tidak akan tahu, kamu kan jomblo."

    Hahahahahaahaha. Han

    Beberapa saat terdegar Saga sudah menghela nafas, sepertinya dia sudah mengambil beberapa kesimpulan sambil menatap pintu kamar mandi. Kali ini suara air tidak terlalu terdengar.

    " Sepertinya bulan madu kali ini sampai disini. " Han menghentikan pekerjaannya. Seperti yang sudah dia pikirkan. Tidak mungkin tuan muda akan membiarkan nona keluar, dan tidak mungkin pula berlama-lama di tempat ini jika tidak bisa melakukan apa-apa. "Hari ini kirim pulang para pelayan dan pengawal, sisakan saja seperlunya. Kita tidak mungkin melanjutkan agenda dengan kondisi Daniah yang begitu."

    " Baik tuan muda, saya akan mengurusnya." Han sudah memasukan semua kertas ke dalam amplop coklat yang dia bawa. " Saya akan membereskan semuanya dan meminta pak Mun membawa makan siang ke kamar."

    " Hemm."

    Sepertinya bulan madu kali ini benar-benar tidak berjalan dengan baik. Ku pikir akan ada kabar menyenangkan tentang kehamilan nona. Tapi tuan muda malah terlihat gelisah.

    Han meremas amplop yang dia bawa. Andai dia tidak menunjukan ini pasti akan lain ceritanya. Karena dia selalu seperti itu. Jika melihat Saga kecewa atau memikirkan sesuatu sampai seserius itu dia sudah merasa gagal melakukan kewajibannya.

    Bersambung

Novel