Chapter 190 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 190

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-15

Dari awal Saga memang tidak

    merencanakan berapa lama dia akan bulan madu. Han hanya memperkirakan waktu seminggu

    sudah lebih dari cukup. Ada banyak hal di perusahaan yang harus ditangani

    langsung olehnya. Tapi sepertinya semua rencana hanya tinggal rencana. Bulan

    madu tanpa melakukan apapun juga tidak mungkin. Keputusan kembali lebih cepat

    dari jadwal adalah pilihan terbaik.

    Han dan pak Mun memilih beberapa

    orang untuk tinggal di vila, selebihnya kembali lebih awal ke ibu kota. Aran

    termasuk dalam barisan yang kembali ke ibu kota. Dengan tatapan penuh harap dia

    meminta untuk tinggal. Tapi Han bahkan sama sekali tidak meliriknya.

    Cih, dia benar-benar seperti orang

    asing kalau di depan banyak orang.

    Aran membawa semua perasaan

    kecewanya. Mengikuti langkah kaki para pelayan lainnya untuk berbenah dan

    berangkat pulang.

    Hebat sekali mereka ya, bahkan

    tidak ada yang bertanya kenapa dan kenapa. Mereka benar-benar mengikuti aturan

    dengan baik.

    Padahal bisa jadi diantara banyak orang ini hanya Aran yang tahu

    alasan kepulangan mereka yang dipercepat.

    Bulan madu  ditutup dengan cerita dramatis tentang datang

    bulan. Daniah yang merengek kecewa dan mengatakan dia baik-baik saja tetap

    tidak berhasil menggagalkan rencana kepulangan. Padahal masih banyak hal yang

    ingin dia lakukan di pulau cantik ini. Merekapun belum ke kota XX, ada beberapa

    oleh-oleh yang sudah dia incar bahkan sebelum berangkat.

    “ Kita akan pergi lagi nanti.” Begitu gampangnya Saga menjawab.

    Aaaaa, aku bagaimana harus

    menjelaskan si!

    Dan seperti itulah akhirnya semua

    berakhir. Hal yang akan Daniah ingat dari tempat ini adalah heroisme Saga

    menyelamatkannya dari Haksan, sekaligus cerita memalukannya tentang datang

    bulan

    Keesokan harinya mereka benar-benar

    meninggalkan pulau XX dan kembali ke ibu kota.

    Tidak tahu informasi apa yang diberikan

    sekertaris Han pada suaminya, tapi Daniah  melihat diwajah suaminya masih tergantung cemas. Bahkan dalam perjalanan

    pulang yang biasanya iseng dia hanya banyak diam sambil memainkan rambut dan

    menciumi Daniah tanpa banyak bicara. Walaupun perjalanan pulang benar-benar

    tenang tapi Daniah bisa merasakan keanehan dan perubahan sikap suaminya.

    Dia ini kenapa si? Seperti sedang

    melihat istrinya menderita saja.

    Sudah meninggalkan bandara dengan

    menggunakan mobil. Udara panas ibu kota langsung menyergap wajah.  Aroma kesibukan dan teriknya matahari,

    berputar. Bercampur dengan oksigen yang masuk ke hidung. Kalau sudah seperti

    ini terasa sekali  perbedaan udara

    pulauXX yang berhembus lembut dengan udara ibu kota. Baru sejenak, rasanya

    Daniah merindukan angin laut yang lembut yang berlarian di dela-sela rambutnya.

    Menyudahi kekecewaan, dia melihat

    suaminya yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu masih memeluknya sambil

    bermain dengan ujung rambutnya.

    Dia ini gak ada bosannya apa mainan

    rambut.

    “ Sayang.”

    “ Hemm.”

    “ Apa kau baik-baik saja.” Daniah

    menyentuh kening dan leher saga bergantian dengan punggung tangannya. “ Kamu

    tidak sakitkan?” Menempelkan pipi sekarang, merasai panas tubuh suaminya.

    Melihatmu diam begini aneh tahu.

    Tapi dia tidak demam. Tapi anehnya kenapa kamu diam saja tuan muda. Biasanya tangan dan bibirmukan tidak berhenti beraktivitas.

    Sebelum keberangkatan dari

    vila,  Daniah sudah mencoba mengorek

    keterangan melalui sekertaris Han, jawaban dia menyebalkan. Dia hanya

    mengangkat kedua bahunya sambil mengelengkan kepala. Jawaban semacam itu tidak membuat Daniah menyerah begitu saja.

    “ Tidak mungkin kau tidak tahu!" Merentangkan tangan, mencegah Han yang sudah mau pergi. "Apa

    tuan Saga marah?”

    Kau bahkan tahu kalau tuan Saga

    mendesah sedikit saja

    “ Marah? Kepada nona? Kenapa?”

    Malah balik bertanya yang membuat orang menatap tajam. Kesal.

    “ Ia. Eh tidak, jangan marah

    kepadaku.” Binggung, merasa tidak melakukan kesalahan apapun. “ Tapi, kenapa dia tenang sekali. Aku yang ingin mendebatnya

    untuk memundurkan waktu bulan madu saja jadi takut sebelum bicara.” Berkata

    jujur. Setelah semalam mengatakan keputusannya Saga mulai hemat bicara.

    Laki-laki itu hanya membahas sedikit tentang sakit perutnya. Bertanya tentang

    benarkah Daniah siap jika Tuhan memberinya anak nanti setelah datang bulan

    lewat.

    Daniah menjawab dengan yakin, kalau

    dia akan sangat bahagia semalam. Tapi gadis itu menangkap ada senyum getir di

    wajah suaminya. Sampai akhirnya Saga hanya diam dan memeluknya. Saat diajak

    bicarapun dia hanya menjawab hemm, hemm.

    “ Tidak.” Han menjawab singkat.

    Tidak apa? jawab yang jelas kenapa?

    “ Terus kenapa? Sepertinya banyak

    sekali yang tuan Saga pikirkan. Apa terjadi masalah di perusahaan.”

    “ Tidak.”

    “ Sekertaris Han bisa tidak si

    menjawab dengan benar.”

    “ Tidak.”

    Bug! Terserah mau tuan Saga marah

    kalau dia menyentuh laki-laki lain Daniah tidak perduli. Yang paling penting

    setelah memukul Han dia puas.

    “ Maksud saya tuan muda tidak marah

    nona. Dia juga sedang tidak memikirkan masalah apapun. Dia hanya sedang memikirkan

    nona.” Sambil menatap tangan yang habis memukulnya. Tidak sakit memang, tapi

    kalau ketahuan tentu dia akan merasakan sesuatu yang jauh lebih sakit ketimbang

    itu.

    “ Aku. Memang aku kenapa? Aku

    baik-baik saja. Jangan bilang kalau kau belum paham juga kalau orang datang

    bulan bisa melakukan aktivitas normal.”

    “ Saya tahu nona.”

    “ Kenapa tidak menjelaskan pada

    tuan Saga!” Seketika hati menjadi gusar tidak terkira.

    “ Karena tuan muda tidak mau tahu

    makanya saya tidak menjelaskan.”

    Apa! dia ini benar-benar ya.

    Dan bahkan sampai di perjalanan

    status Saga masih siaga dalam kebisuan. Dia terlihat menerawang membuat Daniah

    semakin takut dengan apa yang dipikirkan suaminya.

    “ Sayang, kamu kenapa si?”

    “ Niah.”

    “ Ia kenapa?” langsung menghadapkan

    wajah antusias. Bahkan dia menyentuh pipi suaminya lembut.

    “ Berjanjilah padaku.”

    Apa? kau mau aku berjanji apa?

    “ Apapun keputusanku mengenai

    kehamilan nanti. Kau tidak boleh protes atau membantahku.”

    Kenapa? Ada apa dengan kehamilan.

    Daniah

    Saya tahu, anda mencemaskan itu

    sepanjang perjalan ini tuan muda. Han semakin merasa bersalah dengan

    keputusannya menyodorkan laporan mengenai kehamilan dan melahirkan kemarin.

    Mobil sudah memasuki area parkir

    rumah utama. Di depan rumah sudah terlihat beberapa orang berdiri sigap

    menyambut. Pak Mun sudah dengan setelan pakaian rapi seperti biasanya. Beberapa

    pelayan wanita berdiri dibelakangnya. Ibu dan juga seorang wanita asing yang tidak di kenali Daniah.

    Perasaan tidak enak langsung menyergap hati Daniah. Dia meraih tangan suaminya,

    melingkarkan tangan di lengan suaminya. Menandai, kalau laki-laki di sampingnya ini adalah suaminya.

    Dia bukan wanita yang pernah ibu

    katakankan. Seorang wanita yang pantas menjadi ibu bagi anak-anak tuan Saga.

    Tiba-tiba nalurinya sebagai wanita,

    berjalan dengan baik melihat wanita lain muncul. Dan tidak tahu karena efek

    hormon dalam tubuhnya yang sedang bergejolak. Hatinya tersayat, dan itu

    terlihat jelas di wajahnya.

    Dia cantik sekali seperti Helen. Gumam Daniah lirih.

    “ Sayang, siapa.” Belum selesai

    kalimatnya.

    “ Kak Saga.” Daniah kaget saat

    wanita itu berlari dengan gaya cerianya mendekati suaminya. Ibu terlihat tersenyum senang dengan apa yang di lakukan gadis itu. Matanya berpendar memberi dukungan.“ Akhirnya kakak pulang. Sudah lama sekali.”

    Saga menahan kepala gadis yang

    menghambur dan mau memeluknya dengan tangannya.

    “ Maaf tuan.” Sigap Han menahan gadis cantik yang terlihat kesal itu.

    Cih, dasar bocah.

    “ Kak Saga ini aku Amera.”

    Amera? Siapa Amera? Apa dia juga

    mantan tuan Saga.

    “ Nona Amera apa nona tidak merasa

    kalau sikap nona sudah tidak sopan pada tuan muda dan nona Daniah.” Han masih

    memegang tangan gadis yang keras kepala ingin memeluk Saga itu.

    “ Lepaskan dia Han.” Perlahan Han melepaskan

    tangan gadis bernama Amera itu. Dia menjadi girang dan masih berusaha mendekat tidak perduli tatapan jengah yang tertuju padanya. Terutama dari wanita yang masih melingkarkan tangan di lengan Saga. “ Jaga sikapmu Amera, kau bukan anak-anak lagi.” Saga bicara tegas, membuat gadis itu cemberut, tapi berhasil membuatnya diam.

    " Kau datang bersama ibu?" Meneruskan langkah sambil melingkarkan tangan di bahu Daniah.

    “ Ia Kak, aku kangen sama kak  Saga, apa ini Daniah, ibu sudah banyak cerita tentang istri kak Saga.”

    " Lakukan saja yang ingin kau lakukan di ibu kota. Jangan mengganguku." Benar-benar pergi berlalu meninggalkan Amera yang mematung diam mendengar kata-kata Saga.

    Huh! Kak Saga masih sama sombong dan angkuhnya begitu, bagaimana bisa ibu bilang kalau dia sudah berubah. Dan istri kak Saga benar-benar jauh berbeda dengan Helen. Mereka benar-benar tidak selevel.

    " Nona Amera."

    " Apa?" Han yang selalu menyebalkan dari dulu. Mendekat.

    " Saya tidak tahu apa yang nyonya janjikan kepada nona. Tapi nona pasti tahu dengan pastikan, saya bukan orang yang berbelas kasih. Terutama untuk orang-orang yang menggangu kenyamanan tuan muda."

    Dia benar-benar menakutkan, tapi akukan dapat dukungan dari ibu.

    " Bahkan nyonya sekalipun tidak bisa melindungi anda, kalau sampai nona melewati batas."

    Apa! Bagaimana dia bisa tahu!

    Saat Han meninggalkannya dan melewati ibu dengan menggangukan kepalanya, tangan Amera bergetar. Dia mengenal Han dengan baik, kalau apa yang dikatakannya tidak pernah main-main.

    Bersambung

Novel