Chapter 214 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 214

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-08

“ Apa! jadi kau tahu siapa dia dan

    masih duduk di sini kencan bersamanya?” Ntah kenapa terbesit kemarahaan dalam

    kata-kata Harun. Terlebih saat melihat senyum Aran yang sepertinya senang

    berada di posisinya yang sekarang. Duduk makan malam berdua dengan bom waktu

    yang kapan saja bisa meledak itu. Han hanya patuh pada Saga, di luar itu hanya

    dianggapnya daun kering tidak berguna. Mau berjatuhan dan berserak di segala penjuru, tetap tidak dianggap berharga olehnya.

    Laki-laki ini kenapa si. Aran yang

    merasa binggung sendiri.

    “ Nona, ambil ini.” Dokter Harun

    mengeluarkan dompet, lalu menyerahkan selembar kartu nama miliknya. Aran meraihnya

    lalu melihat sepenggal nama yang tertera. Wajahnya terlihat terkejut, saat melihat jabatan laki-laki di depannya ini.

    Kepala rumah sakitXX. Dengan logo yang sangat jelas, milik Antarna Group. “

    Hubungi aku kalau kau membutuhkan sesuatu, semacam tes mata atau perlu tes

    kejiwaan. Gratis!”

    Aku mau memastikan gadis ini tidak

    buta dan juga tidak gila. Kejam sekali vonis dokter Harun, selama ini dia

    memprediksi hanya gadis tak berdenyut nadinya yang akan berani mendekati Han.

    “ Kenapa?”

    Akukan tidak sakit mata atau  gila sampai butuh tes kejiwaan segala. Ya, aku

    hanya kadang stress sedikit kalau lagi deadline novel dan di kejar jadwal update.

    “ Kenapa? Kau masih bisa bertanya

    seperti itu, saat aku mengatakan laki-laki yang duduk di depanmu ini monster

    menakutkan.” Menuding wajah Han yang sama sekali tidak terusik dengan

    kalimat-kalimat memojokan yang diucapkan Harun. Walaupun sedikit terlihat mata

    sekertaris Han megeryit menahan jengah. Tapi dia masih membiarkan Harun berbuat

    dan bicara sesukanya.

    “ Haha, dokter. Sepertinya anda

    salah paham.” Memukul bahu Harun, sudah sok akrab, sambil dibumbui tawa. Tidak

    memperhatikan, mata sekertaris Han yang menatap tangan itu. Sudah seperti Saga

    yang ingin mematahkan tangan laki-laki yang menyentuh Niahnya. “ Bukan Tuan Han

    yang memaksa saya untuk pergi kencan. Tapi sebenarnya sayalah yang memaksanya.”

    Hampir terjatuh Harun dari

    duduknya, saat mendengar kalimat Aran. Otaknya langsung berusaha mencerna

    dengan cepat.

    Sudah tidak waras apa gadis ini,

    memang ada yang bisa memaksa Han selain Saga.

    “ Apa! Kamu yang memaksanya?” Mata

    tidak percayanya menatap tajam. Menoleh pada Han yang sedang mengalihkan kesal

    dengan menghabiskan makanan di piringnya.

    Cih, dia tidak perduli begitu.

    “ Haha, memang seperti itu. Saya

    yang memaksanya.”

    Hei, tunggu, siapa wanita ini sebenarnya! Bagaimana dia bisa memaksa Han duduk berkencan. Bukankah ini bisa masuk dalam keajaiban dunia.

    Harun giliran mulai tertarik dan

    memperhatikan Aran. Bukan sebagai wanita aneh yang pergi kencan dengan Han.

    Tapi sebagai perempuan, apa yang membuatnya spesial dan menarik. Pandangannya membuat

    Aran malu, dia tersipu sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

    “ Wahhh, karena saking terkejutnya

    aku sampai tidak memperhatikanmu. Rambutmu mirip seperti punya kakak ipar ya.

    Dan cara tertawamu juga manis.” Tidak perduli kalau kata-katanya sudah seperti

    petir menyambar telinga sekertaris Han.

    Kakak ipar! Siapa dia?

    “ Dokter, apa anda tidak punya pekerjaan?”

    Tidak bisa lagi diam, apalagi saat mata Harun mulai menatap Aran dengan

    pandangan yang sedikit berbeda dari di awal tadi.

    “ Hei, aku sudah bekerja seharian

    penuh tahu. Jangan macam-macam.” Harun tahu, posisi Han di Antarna Group jauh

    lebih tinggi darinya walaupun dia yang seorang kepala rumah sakit sekalipun. “

    Jangan menambah pekerjaanku lagi.” Ancamnya kuatir.

    “ Anda saja masih bisa keluyuran di

    jam segini,  Sepertinya anda masih

    terlalu banyak memiliki jam kosong ya?” Han meraih hp yang ada di dekat piring

    makan yang sudah tandas isinya, sepertinya demi mengusir kesal dia benar-benar

    menghabiskan makannya. Walaupun tidak tahu apakah dia menikmati atau tidak.

    Demi melihat tangan Han yang sudah bergerak, Harun langsung bangun mengeser

    kursinya.

    Bisa habis aku, dia benar-benar mulai

    kesal.

    “ Aku mau bertemu Brian. Kami mau

    membahas proyek penting.” Gerakan tangan  Han sudah benar-benar mengancam. “ Eh dimana hpku?” Han menjawab dengan

    sorot matanya, menunjuk hp yang tergeletak di lantai.

    Aku harus pergi sebelum dia

    mengila.

    “ Haha, di sana rupanya. Baiklah

    aku tidak akan menggangu kencan kalian.” Ada garis bawah tebal saat dia

    mengataakan kata kencan.  “ Aku akan

    menemui Brian.”

    “ Kalau begitu segera pergilah ke

    atas tuan atau sebentar lagi anda bisa kembali ke RS untuk bekerja lagi”

    “ Haha, Han aku tahu kamu cuma bercanda.”

    Sialan! Kau sama sekali tidak

    bercandakan? Kalau aku tidak kabur sekarang. Aku pasti tengelam dengan

    pekerjaan selama sebulan ini tanpa bisa melihat matahari sore tenggelam.

    Harun berjalan memungut hp tak

    bersalah yang teronggok dilantai. Diusapnya benda itu ke baju “ Nona, hubungi

    aku ya kalau nona butuh sesuatu.” Harun masih sempat mengedipkan mata menunjuk

    kartu nama yang ada di atas meja. Sambil mendekatkan hp yang dia pegang di

    telinga. “Aku akan mengatakan apapun tentang laki-laki di depanmu itu.” Tertawa

    saat Han berusaha membunuh lewat tatapan matanya.

    Kabur!

    Sampai dia menaiki tangga, Harun

    masih membalikan kepala melihaat gadis yang duduk di depan Han.

    Hah! Siapa gadis itu, bagaimana dia

    bisa memaksa Han pergi kencan dengannya. Aku penasaran! Dia lumayan manis juga.

    Sepeninggal Harun. Masih tersisa

    banyak sekali tanda tanya di kepala Aran. Siapa laki-laki itu. Han bicara tanpa

    terlihat terlalu hormat tapi tidak melewati batas. Dia masih memakai panggilan

    atau sapaan sopan.

    Tapi kenapa tuan Han terlihat

    sangat kesal si. Aaaaaa, bagaimana aku bisa memulai bicara tentang kesalahanku

    di masa lalu. Aku sudah kehilangan moment tadi saat laki-laki itu datang.

    Aran menatap Han, dan berbarengan

    mereka bertemu pandang. Gadis itu gelagapan dan meraih gelasnya. Mengusir tegang dan gejolak di dadanya.

    “ Apa dokter Harun ini teman anda

    tuan?” Aran mengambil kartu nama di atas meja dan membacanya. Nama dan

    pekerjaan dokter Harun yang membuatnya menelan ludah takjub.

    Posisinya tinggi sekali, apa dia teman

    tuan Saga.

    Han mengulurkan tangannya, tanpa menjawab dengan kata-kata pertanyaan Aran. “

    berikan!” Tangannya mengantung di udara.

    “ Apa ?” Binggung.

    “ Kartu nama itu.” Han mengoyangkan tangannya.

    “ Eh, kenapa? ini kartu nama  dokter.”

    “ Berikan padaku sekarang!” Aran langsung

    menyerahkan kartu nama di tangannya saat suara sekertaris Han merendah, artinya

    dia kesal. Matanya masih mengikuti kartu nama itu, Han meremasnya dengan tangan kirinya.  Terdengar giginya mengeram. “ Jangan pernah

    menghubunginya!”

    “ Eh kenapa?” Tidak jadi bertanya

    saat melihat situasi. Han hanya menjawab lewat sorot matanya. “ Baik.”

    Cih!

    Han meremas kartu nama itu. Lalu

    menyobeknya menjadi serpihan dan di hempaskannya  ke lantai. Kertas-kertas kecil itu berserak.

    “ Apa dokter Harun.”

    “ Jangan menyebutkan namanya!”

    Haaa, baik. Menyeramkan sekali. Aran langsung menutup mulutnya dengan tangan. Rapat terkunci. Hanya pikirannya yang bicara.

    Kenapa si, mereka tidak terlihat

    bermusuhan tadi. Walaupun adu mulut. Tapi mereka tidak terlihat bertengkar sungguhan. Bahkan dokter tadi masih membalas kata-katanya dengan tertawa. Tapi kenapa dia terlihat sekesal itu.

    Aran kehilangan moment, sampai Han membayar tagihan dia belum bicara apapun. Bahkan dia hanya mengikuti langkah kaki Han dalam diam menuju tempat parkir, tidak berani bertanya sedikitmu.

    Kenapa dia kelihatan kesal sekali begitu!

    Bersambung

Novel