Chapter 216 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 216

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-07

Piyama pink dengan motif norak

    menurut Saga sudah teronggok di sudut ruangan. Ternistakan begitu saja. Layaknya

    benda tidak berharga.

    “ Jangan pernah memakainya lagi,

    atau aku tidak akan mengizinkanmu memakai sehelai pakaianpun nanti saat tidur!”

    Ancamnya saat menendang piyama itu setelah keluar dari kamar mandi tadi. Saat ini mereka sudah kembali ke tempat tidur.

    Hah! Kalau aku tidak pakai baju

    bisa di tebak akhirnyakan? Bisa-bisa aku tidak tidur semalaman!

    “ Haha, ia sayang aku akan

    menyimpanya saja dan tidak akan memakainya.” Bisa gawat nanti, diliriknya

    piyama malang itu. Tapi Daniah memang sudah bisa menebak bagaimana nasib piyama

    itu saat memilihnya untuk hadiah Saga.

    Haha, yang penting aku sudah dapat

    foto-foto lucumu dengan piyama itu. Aku bisa meledekmu nanti.

    “ Cih, untuk apa kau simpan benda

    begituan, akan kusuruh pak Mun membuangnya?” Saga menarik selimut, sampai ke

    pinggangnya.

    “ Aaaa, tidak boleh! Itukan kenang-kenangan

    bulan madu kita.” Cemberut. “ Aku simpan ya, janji, tidak akan dipakai.” Muah,

    muah. Ciuman bertubi-tubi.

    Ya Tuhan, apa yang kulakukan demi

    kamu piyama pink.

    “ Baiklah, kau boleh menyimpannya. Karena

    hari ini belum berakhir, kau masih bisa minta apa saja yang kau mau.”

    Tuhkan bilangnya mau menurutiku,

    tapi kalau membuatmu tidak suka kau marah juga.

    “ Terimakasih sayang!”

    Dasar! Begitu saja jadi masalah. Aaaa, apa yang kau lakukan, kenapa menciumi leherku lagi.

    " Sayang hentikan!" Menahan bibir Saga dengan kedua tangan. " Kamu belum mengabulkan hadiah utamakukan? sekarang saatnya kamu cerita tentang dirimu."

    " Cih"

    Dasar!

    ” Sayang, apa Han sudah seperti itu sejak dulu.” Akhirnya berhenti dengan bibirnya.

    “ Apa?” Tanyanya acuh seperti biasa. Bahkan terasa engan untuk menjawab.

    Niah, kenapa kau ingin tahu tentangku? Apa kau punya rencana dibalik pertanyaanmu itu?

    Tidak tahu, kenapa pikiran negatif muncul di kepala Saga. Dia curiga, Daniah sedang mencari kelemahannya. Untuk apa, mungkin yang akan dipakainya sebagai  senjata untuk  Daniah lari darinya. Hari inipun dia masih merasai ketakutan itu. Jika wanita yang dia peluk saat ini memiliki keberanian untuk meninggalkannya.

    “ Sayang, kenapa diam. Sejak kapan Han sikapnya menakutkan begitu.” Daniah mendongak, melihat mata Saga yang menerawang.

    “ Kenapa kau malah tertarik pada

    Han bukannya padaku.” kesal.

    Haha, tolong letakan cemburumu pada

    tempatnya tuan muda.

    “ Karena aku iri padanya.”

    “ Kenapa?” jauh lebih kesal daripada saat Daniah bertanya tentang Han. Bahkan walaupun itu

    Han, kalau lebih membuat Daniah tertarik tentu itu membuatnya langsung kehilangan mood.

    “ Karena dia sudah bersamamu jauh

    lebih lama dari aku.” Haha, kau terharukan dengan jawabanku. Daniah mendongak melihat wajah suaminya. Saga langsung menghujani Daniah

    dengan ciuman. “ Aaaa, sudah. Sekarang mulai ceritanya. Bagaimana suamiku yang tampan

    ini menjalani hidupnya.”

    “ Niah, bagaimana kalau kamu cerita

    duluan tentang dirimu.” Saga masih ragu untuk membuka kisah hidupnya.

    Apa!

    “ Tidak mau!” protes. “ Lagipula

    tidak mungkin kamu belum tahu tentangku.” Han saja tahu siapa nama mantan

    pacarnya, tidak mungkin riwayat hidupnya tidak di beritahukan pada Sagakan. Begitu yang dipikirkan Daniah “Ayo mulai, kamu kan sudah janji sayang.” Mulai merengek. Mengeluarkan jurus andalan

    wajah imutnya.

    “ Kau mau menggodaku lagi dengan

    wajah begitu. Sudah tidak pakai baju lagi.”

    Daniah langsung menarik selimutnya

    ke leher.

    Sore yang cerah. Saga dan ayahnya

    sedang duduk di taman sambil menikmati minuman hangat dan camilan sore. Saga

    sedang mengulang pelajaran paginya. Sementara Ayahnya sedang melihat beberapa

    dokumen. Cuaca yang hangat, matahari yang bersinar dengan lembut jatuh di antara pepohonan. Aktivitas sore yang kerap dilakukan ayah Saga. Sesibuk apapun, dia selalu meluangkan waktu sekitar satu sampai dua jam menemani Saga. Selepas ini, diapun biasanya akan kembali bekerja ke kantor lagi.

    “ Ayah, kapan dia akan datang?” Saga tidak beralih dari bacaan dan catatannya ketika bertanya.

    Ayah mendongak dari pekerjaannya,

    menatap kejauhan. Seperti menanti kedatangan seseorang.

    “ Sepertinya sebentar lagi." Melihat jam di tangannya. " Kenapa?

    Apa kau sudah memutuskan untuk menerimanya?”

    “ Tidak!” bicara dengan tegas. “Aku akan melihat

    apa dia memang pantas baru akan memutuskan.”

    Ayah Saga tertawa. Tuan besar rumah

    ini, wajahnya tampan dan terlihat ramah. Garis wajah yang dia wariskan pada

    anak lelakinya.

    “ Kamu pasti menyukainya, dia anak

    yang hebat. Paman menjaganya dengan baik dan membuatnya tumbuh menjadi anak yang bisa diandalkan” Ayah Saga bicara lagi.

    “ Huh! Ayah selalu membanggakannya.

    Aku akan menilainya sendiri, kalau aku tidak menyukainya jangan memaksaku

    menerimanya.” Bicara dengan tegas lagi, bahkan cenderung setengah memaksa. Dia penasaran bagaimana tampang bocah yang selalu di banggakan ayahnya itu.

    “ Baiklah, tuan muda. Semua ayah

    serahkan padamu.”

    Begitulah mereka sambil menunggu

    kedatangan seseorang melanjutkan aktivitas mereka. Saga menulis dan ayahnya

    kembali fokus pada laporan di depannya.

    Dari tempat mereka duduk, mobil

    terlihat memasuki area parkir. Saga langsung meletakan pena yang dia pegang

    dan mengikuti gerakan mobil itu. Melihat siapa yang  keluar dari mobil. Paman,

    laki-laki yang sudah sangat dekat dengan keluarganya. Terkadang kalau dia

    jengkel dan marah pada ayahnya dia akan selalu berlari menemui paman.

    Bersembumyi di balik punggung laki-laki ramah itu. Setelah itu keluar lagi

    seorang laki-laki berbadan kecil dari pintu satunya. Dia terlihat merapikan

    pakaiannya di depan mobil.

    “ Selamat sore tuan besar.” Paman

    menggangukan kepalanya penuh hormat. “ Selamat sore tuan muda, anda sedang

    belajar rupanya.”

    “ Kau sudah datang?”

    “ Ia tuan.” Jawabnya dengan sopan, sambil meminta anak di sampingnya untuk memberi salam.

    “ Kemarilah!” Ayah Saga melambaikan

    tangannya pada laki-laki kecil yang berdiri di sebelah paman. “ Perkenalkan

    dirimu Han. Dia Saga putraku.”

    Laki-laki bertubuh kurus kecil itu

    ragu. Lalu paman meraih tangannya menuntunnya mendekati meja tempat Saga duduk.

    “ Tuan muda, perkenalkan ini Han. Dia yang akan menjadi teman belajar dan

    bermain tuan muda. Dan juga kelak akan menjadi orang yang setia berada di

    belakang tuan muda melindungi tuan muda.”

    “ Tidak mau!” Bangun dari duduk.

    Lalu mendorong Han agar menjauhi paman. Kesan pertama yang menjengkelkan bagi Han.“ Aku tidak mau dia, memang apa yang

    bisa dia lakukan dengan tubuh kurus kecil dan kerempengnya itu.” Menarik lengan

    paman untuk lebih dekat dengannya. “ Akukan sudah ada paman. Paman yang akan menjaga dan melindungiku sampai dewasa. Aku tidak mau dia!” Menunjuk Han kecil yang terlihat sedikit kesal.

    Cih. Kata ayah tuan muda anak yang dewasa dan baik hati. Ternyata hanya bocah kekanakan begini. Bagaimana dia bisa jadi penerus perusahaan tuan besar dengan sifatnya begitu. Han

    Apa ayah tidak salah, tubuh kerempeng itu mau melindungiku. Aku mendorongnya saja dia pasti langsung terjungkal. Saga.

    Kedua anak itu saling bersitatap tidak suka.

    " Tuan muda, Han masih akan tumbuh seperti tuan muda yang tumbuh sebesar ini." Paman menggangkat tangannya di atas kepalanya sendiri.

    Saga menatap Han lekat, bocah di hadapannya itu juga menatapnya tidak begeming.

    Wahhh dia menantangku, dia bahkan berani menatap mataku.

    " Baiklah. Kau akan melewati masa percobaan selama satu bulan ini. Kalau kau lolos, aku akan menerimamu." Akhirnya Saga memutuskan setelah menatap ayah dan paman bergantian. Wajah mereka menyiratkan penuh harap. Awas saja kalau ternyata kau tidak sehebat yang mereka katakan. " Han!" Saga mengulurkan tangannya.

    " Sepertinya Saga menyukaimu Han, jabat tangannya sekarang!" Ayah Saga tersenyum.

    " Ayah, aku belum memutuskan. Satu bulan lagi kita lihat hasilnya." Saga menyela karena ayahnya sudah terlihat senang.

    " Haha, baiklah tuan muda."

    Hari itu di mulailah masa percobaan satu bulan Han.

    Huaaaa, imutnya orang sombong ini. Aku membayangkan mereka saling tatap benci begitu bagaimana ya. wajah manis tuan Saga dan wajah tegas Han versi imut.

    Daniah sibuk dengan bayangan di kepalanya. Sampai dia mencubit pipi Saga versi dewasa.

    " Ternyata kamu sudah sombong dari kecil ya sayang." Haha, ampun! ketika melihat wajah cemberut Saga. " Tapi pasti suamiku sudah tampan seperti sekarangkan?" mencium pipi lembut. "Kau tumbuh dengan kasih sayang berlimpah ya. Mendengar cerita tentang ayahmu dan ayah sekertaris Han aku bisa membayangkan sehangat apa mereka saat memelukmu."

    Saga mempererat pelukannya. Wajah ayah dan paman melintas, tersenyum dengan hangat di ujung ingatannya. Tersenyum dengan bangga.

    Aku benar-benar senang mendengarnya, Kau tumbuh dengan kasih sayang. Eh, tapi itukan sebelum tuan besar pergi.

    Penasaran lagi.

    " Sayang, lanjutkan ceritamu. Bagaimana masa percobaan sebulan."

    " Besok, aku ngantuk. ayo tidur!"

    Curang! kan belum selesai.

    " Kalau kau masih bicara lagi, aku akan memakanmu!" Bicara sambil mengigit daun telinga. Jangankan bicara, mengeluarkan suarapun tidak. Daniah meringkuk dalam dekapan hangat tubuh Saga. " Kau langsung tidur ya?"

    Diam tidak menyahut. Akhirnya merekapun terlelap bersama dalam buaian mimpi.

    Bersambung

Novel