Chapter 223 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 223

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Semoga pesta penikahan Noah dan

    Tamara hanya akan memiliki kenangan indah untuk semua orang. Bukan hanya

    menjadi pembuka ikatan cinta mereka tapi juga untuk tamu undangan tanpa

    terkecuali.

    Semoga ya.

    “ Siapa kau?” Saat ini Saga sudah

    duduk di samping Daniah. Menarik kursi yang tadi di duduki Aran. Sementara Aran

    sendiri sudah berdiri dengan wajah tegang. Dia mendapat lirikan maut tadi saat menyingkir ke samping nonanya. Tuan Saga terlihat sangat kecewa dengannya. Aran menyadari kesalahannya di mana.

    Aku benar-benar sudah melakukan kesalahan fatal kali ini.

    Saga Meraih tangan Daniah. Mengikatkan jemari mereka satu sama lain di atas meja. Menunjukan status

    kepemilikan gadis di sampingnya pada laki-laki yang duduk di depannya. “ Kenapa bicara dengan istriku?” Pertanyaan

    yang kedua menyusul, menunjukan ketidaksukaan. Meraih tangan Daniah dan

    menempelkannya di pipi kirinya. Abas menatap bibir yang menempel di tangan

    Daniah. Hatinya bergetar.

    Sementara Daniah lagi-lagi belum

    menemukan jawaban yang yang paling pas untuk dia berikan. Kata mantan pacar

    masih terlalu sulit keluar dari mulutnya. Jangankan untuk menjawab Saga, untuk

    mengatakannya pada Aran saja tidak terucap tadi.

    “ Tuan Saga.” Abas terlihat

    berusaha menguasai gejolak hatinya. Antara tidak percaya dan kecewa. Dia masih duduk

    diam di kursinya. Tapi terlihat kakinya bergetar pelan.

    Bagaimana Daniah bisa menjadi

    istrinya? Apa yang sudah dilakukan Niah sampai bisa terikat dengan laki-laki berkuasa ini?

    Abas bisa dengan jelas melihat ekspresi

    wajah Daniah. Bahwa gadis itu sedang terlihat cemas. Takut dan kuatir juga muncul di matanya.

    “ Kau mengenalku rupanya.” Ucap Saga datar. Tapi pandangannya belum melunak. Cara bicaranya masih membuat orang tercekik dan susah menarik udara untuk bernafas. Suasana pesta yang masih berlangsung. Alunan musik dengan nyanyian artis ibu kota yang memenuhi udara. Tidak membuat suasana mencair.

    Memang ada orang yang tidak

    mengenalmu. Daniah sedang memutar otak untuk lepas dari situasi ini. Mengaku, semua pasti akan di luar kendalinya. Pergilah Abas, pergilah.

    Perpisahan Daniah dan Abas terjadi secara baik-baik. Walaupun mereka tidak saling berhubungan selepasnya, tapi mereka tetap sepakat untuk berteman. Daniah akan merasa sangat bersalah, kalau sampai hal buruk menimpa laki-laki itu karenanya. Karena alasan cemburu buta suaminya.

    “ Tentu saja tuan. Saya beberapa

    kali menangani event anak perusahaan Antarna Group.” Perusahaan Abas adalah

    Event Organizer besar di ibu kota. Dia dipercaya menangani acara besar

    pemerintahan atau perusahaan. Dan khusus Wedding Organizer memang dia sendiri

    yang menanganinya secara langsung.

    “ Jadi siapa kau? Apa hubunganmu dengan Niahku.” Kata-kata Saga yang penuh penekanan. Ditujukan untuk Abas.

    “ Sayang.” Daniah berusaha mengalihkan perhatian suaminya.  Saga menoleh melihat

    istri di sampingnya. Menunggu jawaban sambil mencium jemari tangan mereka yang terkait. “

    Dia.” Daniah masih tampak ragu.

    “ Daniah dan saya pernah saling

    mengenal di masa lalu tuan.” Akhirnya Abas yang menjawab karena melihat

    ketidaknyamanan Daniah.

    “ Apa maksudnya?” Tidak berpaling dari

    wajah Daniah. Menunggu jawaban dari mulut istrinya. Di bawah meja tangan Daniah sudah mulai

    berkeringat. “Siapa dia sayang?” suara Saga sudah terdengar tidak sabar.

    “ Saya hanya mantan Daniah di masa lalu tuan.” sekali lagi jawaban Abas yang dianggapnya bisa menyelamatkan Daniah, malah hanya menyiram bara dalam sekam. Membuat kecemburuan semakin berkobar.

    “ Tutup mulutmu!” Mendengar kata

    mantan pikiran Saga langsung kacau. “Aku tidak bertanya padamu!”

    Mantan. Jadi laki-laki ini salah

    satu mantan sialan yang pernah ada dalam hidup istriku. Tangannya pasti pernah

    menyentuh Niahkukan. Bahkan mungkin bibirnya. Cih.

    “ Dia mantan pacarmu?” Jemari Saga menyentuh dagu Daniah. Masih sambil tersenyum, tapi nadanya sudah setajam silet.

    Bagaimana ini? Abas bodoh sekali

    si, kenapa kau menjawab kau mantan pacarku. Seharusnya bilang kita teman saja

    sudah cukup.

    “ Tuan Saga, kami hanya saling

    menyapa. Saya tidak tahu kalau Niah adalah istri anda.”

    Aaaaaaa, Abas hentikan. Tuan muda ini tidak akan mendengar penjelasan apapun. Dia hanya percaya apa yang dilihat matanya. Aku bicara padamu. Aku bicara dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuannya, terlebih itu mantan. Hanya itu intinya.

    “ Niah.” Saga tergelak, tapi segera

    berhenti. "Siapa yang mengizinkanmu menyebut nama istriku.” Bangun, mendorong

    kursi dengan kaki. Lalu menarik tangan Daniah. Membuat gadis itu terlonjak dan

    langsung berdiri. “Jangan pernah mendekati istriku!”

    “ Sayang, kami tidak.” Daniah meringis saat gengaman erat Saga menyakiti pergelangan tangannya.

    “ Untuk alasan apapun.” Sorot mata

    Saga yang sekilas di berikan pada Daniah, membuatnya langsung menutup mulut. “ Kau

    paham itu, Mantan.”

    Abas tidak menjawab. Dia bangun dari duduknya.

    hanya bisa menatap punggung Daniah yang berjalan dengan cepat karena tangannya

    tertarik. Mengikuti langkah kaki Saga. Beberapa orang yang terlihat berpapasan

    dan ingin menyapa langsung menyingkir.

    “ Tuan Abas.”

    Sekertaris Han, sekertaris tuan

    Saga, kenapa dia masih di sini. Kenapa dia duduk? Dan kenapa dia tahu namaku!

    “ Ada apa?” Abas tahu bagaimana

    reputasi laki-laki yang ada di hadapannya ini.

    “ Saya tahu kalau nona dan tuan

    tidak sengaja bertemu di sini. Jadi saya harap cukup sampai di sini saja. Jangan

    pernah ada kebetulan kedua kalinya.” Abas tahu maksudnya. “ Untuk kebaikan anda

    dan nona Daniah.”

    Cih, padahal kami hanya bicara. Itupun tidak banyak karena tuan Saga sudah muncul.

    “ Apa saya boleh bertanya?” Han

    terdiam, tapi dia tidak bangun dari duduknya. Menjadi sinyal bagi Abas untuk

    melanjutkan kalimatnya. “ Apa tuan Saga memaksa Daniah untuk menikah dengannya?”

    Tidak ada hipotesa yang menurut

    Abas masuk akal, kenapa sampai gadis itu bisa menikah dengan presdir Antarna Group. Jika bukan karena Daniah dipaksa untuk menikah dengannya.

    “ Itu bukan urusan anda.” Tegas Han bicara.

    “ Apa Niah bahagia?”

    Sekarang aku benar-benar ingin

    memukul wajahnya. Han geram mendengar pertanyaan itu. Kemunculan laki-laki di

    hadapannya benar-benar diluar prediksinya. Apalagi saat dengan santainya Abas memanggil nama Daniah dengan panggilan akrab Niah. Membuatnya merasakan kemarahan Saga, dan itu membuatnya kesal juga.

    “ Tuan, kalau saya boleh memberi

    saran. Hiduplah seperti anda biasanya sebelum bertemu dengan nona muda kami

    malam ini. Jangan pernah mencoba mendekati nona Daniah walaupun itu sebatas

    mengirim pesan padanya.”

    Dia bahkan sampai mengancamku

    begini. Niah, apa kamu tidak apa-apa. Padahal aku senang sekali bertemu

    denganmu setelah sekian lama.

    “ Apa Niah bahagia? Jawab saja

    pertanyaan saya.”

    “ Tentu saja, tuan muda dan nona

    muda kami hidup dengan bahagia. Apa jawaban itu sudah cukup?”

    Abas tidak menjawab apapun sampai

    Han berlalu dari hadapannya. Pesta pernikahan ini tak lagi meriah dan menarik baginya. Kenangan senyuman Daniah terlintas di kepalanya. Tapi langsung terkubur dengan wajah dingin tuan Saga yang sudah memberinya peringatan.

    “ Sayang, aku mohon hentikan.” Bantal

    kursi sudah melayang mengenai tubuh Aran. Gadis itu tidak bergerak dan hanya

    menundukan kepala.  Daniah menahan tubuh Saga sekuat tenaga. “ Aran tidak bersalah, Abas!”

    “ Tutup mulutmu! Beraninya kau

    menyebut nama laki-laki lain sekarang.” Menoleh pada Aran lagi. “Dan kau! Apa Han

    tidak mengajarimu bagaimana bekerja!” Kilatan kemarahan yang siap habis tubuh Aran.

    Jangan sampai nona melakukan sesuatu yang tidak di sukai tuan muda. Kata-kata itu jelas terngiang-ngiang. Berputar di kepala Aran sekarang. Membuatnya semakin menundukan kepala dalam. Menatap bantal kursi yang jatuh di dekat kakinya.

    Bagaimana ini? Dimana sekertaris

    Han? Daniah panik menatap pintu.

    Saat Saga berjalan mendekati Aran, Daniah berjalan cepat lalu berdiri di

    hadapan Aran. Merentangkan tangannya melindungi gadis yang tertunduk itu.

    “ Ini bukan salah Aran sayang. Dia tiba-tiba muncul dan duduk di

    depanku. Kumohon tenangkan dirimu. Aku bahkan tidak bicara banyak

    dengannya karena kau sudah muncul.” Daniah menggigit bibir menyesali kata-katanya.

    “ Karena aku muncul? Huh! Lantas bagaimana

    kalau aku tidak datang. Apa kau akan tertawa sambil bernostalgia tentang cinta masa lalumu

    dengannya!” Setengah berteriak.

    Dia memang gila, lebih tidak waras

    lagi kalau sedang cemburu.

    “ Sayang.” Daniah memohon mengatupkan tangan di depan wajahnya.

    “ Minggir! Duduklah.” Tidak bergeming.

    “ Tidak mau! Sudah kukatakan ini

    bukan salah Aran.” merentangkan tangan lagi.

    “ Bukan salahnya! Kau pikir untuk

    apa aku membayarnya. Untuk diam saja melihatmu bicara dengan laki-laki lain.” Menuding tajam Aran dengan pandangannya. Gadis itu tertunduk lagi di balik punggung Daniah.

    “ Maafkan aku. Aku yang salah.”

    Jangan pukul Aran, hanya itu yang

    ada di kepala Daniah. Gadis itu tidak bersalah sama sekali. Saat Daniah

    berusaha menenangkan Saga dengan kata-katanya pintu terbuka pelan. Sekertaris

    Han muncul, membuat Daniah sedikit bernafas lega.

    Apa! kenapa kau diam saja. Bawa

    Aran pergi dari sini!

    Tapi sepertinya Han tidak ingin

    melakukaan apapun. Dia hanya menjadi penonton.

    “ Sayang!”

    “ Duduk!” Saga menarik tangan

    Daniah. Lalu mendorongnya ke sofa. Memperkirakan kalau Daniah akan terduduk di

    sofa yang empuk. Tapi dia langsung menghentikan langkah dan terbelalak terkejut

    saat Daniah bukannya terduduk di sofa tapi malah jatuh membentur lantai.

    “ Huuuuuu.” Suara keras terdengar

    dari mulut Daniah. Sambil memegangi kaki dan sepatunya.

    “ Niah!” Saga langsung berlutut. “ Kenapa kau bisa jatuh?” Menyentuh bahu, memeriksa kaki dan semua bagian tubuh.

    “ Kau yang mendorongku!” memukul

    bahu Saga kuat. “Aaaaaa. Huuuuu.” Terdengar isak penuh dramatisasi.

    “ Maaf. Maaf kan aku. Aku mendorongmu

    ke sofa, sungguh. Aku tidak mendorongmu ke lantai.” Masih terdengar kuatir. Memeriksa ulang kaki, melepaskan sepatu yang dipakai Daniah. Dan sekali lagi memeriksa kaki sambil memijatnya pelan. " Mana yang sakit? Maaf aku tidak sengaja." dengan mata panik dan wajah memelas.

    “ Bohong! Kau mau membunuhkukan.” Daniah berteriak sambil menepis tangan Saga yang memijat kakinya pelan.

    “ Apa kau sudah gila ya.” marah karena tangannya di tepis.

    “ Aaaaa, lihat, setelah mendorongku

    kau masih berteriak padaku.” Membalikan wajah sambil tersedu-sedu.

    “ Maaf. Maafkan aku.” Memeluk Daniah erat. Walaupun gadis itu meronta melepaskan diri. “ Niah maaf aku benar-benar tidak sengaja.”

    “ Lepaskan aku.” Terisak lagi. Mengoyangkan bahu. Tapi Saga lebih

    mempererat pelukannya.

    “ Maaf sayang. Niah sayang maafkan

    aku, aku benar-benar tidak sengaja.” Dibelakang punggung Saga, Daniah mengerakan

    tangannya cepat.

    “ Keluar! Keluar sekarang!”

    berteriak tanpa suara yang ditujukan untuk Aran. Gadis itu terkejut menunjuk

    dirinya dengan jari. Lalu melihat Han yang berdiri di depan pintu. “ Keluar sekarang!” sekali lagi berteriak tanpa mengeluarkan suara.

    “ Kakiku sakit.” Rengek Daniah lagi.

    “ Mana yang sakit. Biar aku melihatnya.” Mau melepaskan pelukan.

    “ Aaaa, sakit.” Giliran Daniah

    yang memeluk Saga karena melihat Aran belum keluar ruangan. " Sayang, hiks. Apa kamu semarah itu sampai mendorongku?" Aran sudah keluar dari pintu.

    " Maaf, aku benar-benar tidak bermaksud menyakitimu."

    " Tapi kamu masih marahkan."

    " Tidak. Aku tidak marah."

    Tuan muda anda bahkan sudah bisa diperdaya oleh nona sekarang. Han menutup pintu pelan tanpa suara.

    Epilog

    " Maafkan saya tuan." keluar dari lubang singa masuk mulut harimau. Mungkin itu perumpaan yang tepat bagi Aran. Gadis itu berlutut sambil tertunduk melindungi dirinya saat tangan Han mendekat ke arahnya.

    " Bodoh!"

    Dia tidak memukulku.

    Han duduk berjongkok. Beraih dagu Aran. membuat gadis itu mendongak.

    " Kau tidak apa-apa? Apa tuan muda memukulmu?" Aran mengeleng, nona sudah menyelamatkannya. Dia hanya di lempar bantal kursi. " Bisakah kau bekerja dengan benar sekarang? Kau sudah melihat bagaimana menakutkannya tuan muda kalau cemburukan?" Aran menggangukan kepalanya berulang. " Bangunlah!"

    Aran mengikuti langkah kaki Han.

    " Kita mau kemana tuan?"

    " Menyiapkan kamar untuk tuan muda dan nona."

    Hah! Apa maksudnya si? Kamar?

    Bersambung

Novel