Chapter 6 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 6

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

“ Apa anda serius dengan apa yang

    anda tanyakan?” Han memberikan sorot mata tidak suka. Gadis di hadapannya ini

    sepertinya benar-benar memiliki keberanian berlapis. Sekaligus tidak tahu malu

    yang menggunung. Apa karena keputusasaan membuatnya bersikap seberani ini.

    “ Ia.” Jawab Daniah sambil mengeryitkan bibirnya. Sok imut.

    “ Asalkan anda bisa melakukannya

    tanpa tuan muda tahu saya rasa tidak apa-apa. Tentu saja jangan sampai orang

    lain juga tahu. Lakukanlah dan sembunyikan rapat jangan sampai tercium baunya

    sekali pun.” Nada suaranya berubah. Tegas, seperti memberi peringatan. Jangan

    membuatku susah untuk membereskan masalah mu. Begitu Daniah menerjemahkan.

    “ Benarkah? Wah ini sungguh berita

    mengembirakan.” Daniah berusaha mempertahankan caranya bicara. Agar bibirnya

    tidak bergetar.

    “ Tapi saya peringatkan anda terlebih dahulu nona, kemarahan tuan muda sangat sulit untuk dipuaskan. Jadi

    saya harap anda bijak dan berhati-hati mengambil sikap.”

    “ Baik” tersenyum riang.

    Apa! Dia menunjukan senyum

    keputusasaan  yang ia bungkus dengan

    ceria lagi. Kau benar-benar hebat.  Kalau

    orang lain, wanita lain pasti sudah gemetar ketakutan, bahkan tidak akan punya

    keberanian untuk hanya berakting sok tegar.

    Sekertaris Han mengeluarkan sebuah kartu. “ Ini kartu kredit tanpa batas, anda bisa mengunakannya untuk membeli apapun. Tapi saya sarankan bijaksanalah dalam mengunakannya, karena bisa saja nanti

    Tuan muda akan meminta pertanggungjawaban anda dan menanyakaan uang yang sudah

    anda pakai untuk apa.”

    “ Baiklah, terimakasih, saya akan

    memakainya dengan penuh syukur dan rasa terimakasih.” Daniah mengambil kartu

    itu dan meletakannya di hadapannya. “ Apakah saya bisa membeli rumah dengan

    kartu ini?”

    “ Saya sarankan anda tidak melakukannya nona.” Suara sekertaris Han terdengar kembali tegas, lagi-lagi

    memberi peringatan. Jangan buat masalah.

    “ Haha, aku hanya bercanda sekertaris Han.”

    Han tersenyum kecut, tidak senang. Dia sebenarnya tidak terlalu suka dengan calon istri tuannya ini, dari awal

    sejak Saga membuat keputusan. Karena dia tahu alasan apa yang mendasari

    keputusannya memilih Daniah, wanita yang sama sekali bukan tipenya ini untuk

    menjadi istri. Hanya sebagai pelarian, hanya sebagai sarana balas dendam.

    Karena ia tahu, ialah yang paling direpotkan kalau kedepannya ada masalah yang

    timbul.

    “ Apa anda sudah punya kekasih sekertaris Han.” Daniah kembali menyeruput minumannya.

    “ Maaf nona, saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi kepada saya.”

    “ Kalau begitu apakah anda mau menjadi kekasih saya?”

    Wajah sekertaris Han sudah merah

    padam. Ia mengepalkan tangan karena marah. Wanita di hadapannya ini sudah

    sangat lancang.

    “ Haha, saya hanya bercanda sekertaris Han, jangan dibawa serius.” Tawa kecil masih ada di mulut Daniah

    saat ia menghabiskan kopinya.

    Sekertaris Han mengatur nafasnya

    perlahan. Bagaimana ia bisa hampir saja termakan emosi oleh kata-kata wanita di

    depannya membuatnya kesal sendiri. Padahal, biasanya ia adalah orang yang

    sangat tidak mudah terpancing. Bisa dikatakan ia manusia tanpa ekspresi.

    “ Nona kedepannya saya harap anda

    berhati-hati dengan apa yang anda katakan, terlebih ketika berada di lingkungan

    tuan muda. Bisa saja apa yang anda anggap hanya bercanda akan ditafsirkan

    serius oleh tuan muda. Dan anda sendirilah yang akan menanggung akibatnya.

    Sekali lagi saya mengatakan ini bukan karena saya perduli kepada anda. Saya

    tidak perduli apakah anda akan hidup atau mati setelah masuk dalam rumah tuan

    Saga. Yang saya pentingkan hanyalah semua yang ada di sekeliling tuan Saga

    harus berjalan sebagaimana semestinya.”

    Daniah menelan ludahnya. Hati

    kecilnya sudah menciut mendengar kalimat panjang itu. Itu adalah bukti

    laki-laki di hadapannya ini sama sekali tidak perduli kepadanya. Hidup atau pun

    mati.

    “ Baik sekertaris Han, terimakasih

    atas nasehatnya, saya akan lebih berhati-hati dengan apa yang akan saya ucapkan.”

    “ Kalau begitu sekarang saya akan

    pergi. Silahkan anda pelajari dan hafalkan apa yang sudah saya tulis di lembaran

    itu. Untuk persiapan pernikahaan akan ada utusan yang menjemput anda nanti,

    untuk persiapan pakaian dan lainnya. Jadi saya harap anda tidak melakukan

    aktifitas apa-apa dan hanya menunggu di rumah anda.”

    “ Baik.”

    Daniah berdiri ketika sekertaris Han sudah mau beranjak.

    “ Terimakasih untuk semuanya.”

    Mereka saling menundukan kepala.

    Daniah terduduk kembali di kursinya.

    Menatap lembaran demi lembaran di tangannya, lalu beralih pada kartu tanpa batas

    di sampingnya. Tak terasa ada kristal bening yang tak bisa ia bendung jatuh. Ia

    sudah kehilangan arti kehidupan yang sesungguhnya mulai hari ini.

    BERSAMBUNG..................

Novel