Chapter 75 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 75

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Pesta telah dimulai.

    Tamu dari keluarga besar sudah

    mulai berdatangan, bergerombol dan membentuk kelompok masing-masing. Bicara memamerkan

    apa yang mereka punya.

    “ Kak Niah, duduklah, kenapa malah

    kak Niah yang sibuk si.” Raksa menarik lengan kakak perempuannya. Hilir mudik

    orang-orang menikmati makanan. Mereka sedang menikmati hidangan pembuka dan

    camilan. Tenaga tiga orang pelayan perempuan dan dua pelayan laki-laki tidak

    akan cukup menangani ini. Jadi Daniah sudah memakai celemek dan ikut membantu

    mempersiapkan makanan. Untuk makanan utama sendiri sudah terhidang secara prasmanan,

    bukan hasil masakan bibi pelayan rumah tentunya. Bisa pingsan mereka kalau

    harus mempersiapkan menu makan malam utama.

    “ Sudah sana pergilah, temani

    ayah.” Daniah mendorong tubuh Raksa. Bagaimanapun dia anak laki-laki yang akan

    menjadi wajah keluarga ini. Apalagi di rumah ini garis keturunan laki-laki

    sangat diagungkan. Daniah yang hanya anak dari ibu yang sudah meninggal sudah

    pasti hanya dipandang sebelah mata. Karena tamu yang datangpun tidak ada yang

    berasal dari kerabat ibunya. Keluarga ini sudah lama terputus hubungan dengan

    keluarga ibunya. Hanya Daniah yang masih sering berkunjung ke kampung halaman

    ibunya.

    “ Nona, kenapa di dapur?” Bibi pengurus

    rumah yang muncul dari dalam sudah mengambil pisau ditangan Daniah.

    “ Sudah jangan perdulikan aku. Mana

    buah yang harus dipotong, biar aku yang kerjakan. Bibi yang lain saja.” Daniah

    memotong buah kecil-kecil lalu measukannya dalam wadah. Menambahkan sirup dan

    susu. Setelah itu memasukan batu es. Selesai. Dia meminta pelayan membawakannya

    ke depan.

    “ Ternyata kamu bersembunyi di

    dapur ya?” Risya muncul dengan bala tentaranya. Daniah mendengus. Sudahlah, aku

    sudah menghadapi dua adik ipar yang bahkan jauh lebih julid darimu. Kata-katamu

    tidak akan mempan padaku. Begitu kira-kira yang dikatakan Daniah. Mengacuhkan

    adik tiri dan sepupu di belakangnya.

    “ pergilah jangan mengganguku!”

    Daniah mengacungkan pisau yang habis dia pakai memotong buah di tangannya.

    Pisau berlumuran warna merah terkena daging buah naga. Risya dan dua sepupunya

    memandang pisau itu ngeri.

    “ Ada apa denganmu. Mereka hanya

    ingin menyapamu, nyonya Antarna Group. Haha.” Yang lain ikut tertawa. Daniah

    menarik nafas dalam. Kesal sekaligus tidak bisa melakukan apapun.

    Ketidakhadiran Tuan Saga hari ini memang menunjukan bagaimana statusnya. Dia

    tidak lebih seperti istri yang diabaikan. Jadi kalau Risya menyinggung itu, dia

    memang tidak punya bantahan untuk mematahkannya. Setelah bicara macam-macam

    ketiga orang itu akhirnya pergi. Huhh! Ternyata berbeda dengan adik ipar yang

    akan terus mengoceh walaupun diacuhkan, ternyata mental kalian masih sangat

    lemah ya. Daniah tertawa menghibur dirinya sendiri.

    Acara ulang tahun ayah dimulai. Dia

    maju kedepan dan memberikan sambutan kata pembuka membangakan keberhasilannya

    dan perusahaan. Dia menarik tangan putra kesayangannya. Penerus keluarga dengan  senyum bangga. Dia juga menyebut nama Daniah.

    Semua orang diam, mencari-cari sosok yang di sebutkan oleh Gunawan, wajah

    mereka penuh tanda tanya,  sedangkan

    wajah ibu tiri  terlihat tidak senang.

    Apalagi saat suaminya tidak menyebut nama Risya untuk membanggakan

    keberhasilannya menembus dunia entertrainer.

    Daniah yang sedang merapikan meja

    terdiam, melihat wajah orang-orang, lalu matanya bersitatap dengan Ayahnya.

    “ Kemarilah!” Ayah mengulurkan tangannya.

    Karena terkejut Daniah hanya terdiam, dan memandang semua orang. Merasa tidak

    percaya, kalau benar-benar namanya yang baru di sebutkan ayahnya.  “ Karena Daniah kita bisa melewati banyak hal

    yang sulit, terimakasih untuk semuanya Daniah.”

    Eh kenapa ini, kenapa ayah bisa

    aneh begini. Menurut Raksa ayah memang sedikit berubah, tapi kalau seperti ini

    bukannya sedikit ini mah sudah 180 derajat. Dia bahkan menunjukannya di depan

    orang lain. Di depan keluarga besar dan ibu. Kupikir dia hanya akan

    melakukannya kalau kami hanya berdua. Ayah.... apa aku memang harus mulai

    membuka hati dan memaafkanmu.

    Semua orang bertepuk tangan dan mengucapkan

    selamat. Daniah mendekat ke samping Ayahnya, laki-laki itu mengusap kepalanya

    lembut.

    “ Terimakasih untuk semuanya.”

    “ Ayah.” Daniah menjawab lirih, dia

    masih belum bisa memahami, kenapa sikap ayahnya berubah seperti ini. Apa ada

    yang salah dengan Ayah. Apa benar laki-laki dihadapannya benar-benar sudah

    berubah, apa dia merasa menyesal. Ntahlah, yang pasti dia menunjukan kasih

    sayangnya pada Daniah.

    Huh! Apa memang kesabaran

    benar-benar akan berbuah manis pada akhirnya.

    Daniah menatap orang-orang di

    sekelilingnya. Yang paling tidak suka dengan perlakuan ayah pada Daniah tentu

    saja ibu tiri, dia berwajah masam sepanjang acara.

    Makan malam berlangsung dengan

    baik. Semua orang dewasa mengambil makanan bergiliran lalu  berkumpul di meja makan, mengobrol, membahas

    hal remeh temeh. Sementara anak-anak duduk di karpet sambil menonton tv

    menikmati makanan mereka. Pelayan sibuk dengan pekerjaannya, keluar masuk,

    menyiapkan apa yang kurang. Daniah masih mondar mandir membantu. Dia membantu

    meladeni segerombolan anak-anak. Mereka ribut meminta ini dan itu. Main dorong-dorongan

    juga. Ada yang menangis, ibu mereka menghentikan makan dan melerai perkelahian

    antar anak-anak.

    “ Kak Niah, ayo duduk di meja

    makan.” Raksa sudah mau menarik lengan Daniah.

    “ Sudah sana, kak Niah gak papa.

    Lagi ngurusin ini bocah-bocah.” Tunjuknya pada anak-anak yang duduk di

    sampingnya. Dia mengusap kepala anak yang tertawa senang di sampingnya.

    “ Tidak, kakak harus makan

    jugakan.” Pembicaraan Raksa terhenti, saat terdengar keributan dari luar, semua

    orang menoleh. Seorang pelayaan laki-laki tergopoh-gopoh masuk. Memberi hormat

    sebentar. Menghadap Gunawan yang sedang berbincang dengan anggota keluarga

    lainnya.

    “ Maaf tuan, Tuan Saga.” Dia bukan hanya

    berkeringat karena berlari, tapi lebih pada keterkejutan. Melihat tamu yang

    datang terlambat, yang sedang ada di halaman depan.

    “ kenapa?” Ayah Daniah bangun dari

    tempat duduknya mendekat. “Ada apa dengan tuan Saga.” Sudah terdengar nada

    panik dari suaranya.

    “ Tuan Saga datang.”

    “ Apa!” Sudah seperti ada kilatan

    petir yang menyambar. Antara antusias dan wajah pucat. Apalagi anggota keluarga

    yang lain, yang tadi sudah memandang sebelah mata dan berkata nyinyir pada

    Daniah. Wajah ibu tiri juga terlihat sangat pias. Keributan tidak terelakan,

    semua bicara membuat hipotesanya masing-masing.

    “ Kak tuan Saga datang.” Raksa menarik

    lengan kakak perempuannya.

    “ Hei mana mungkin.” Belum

    menyelesaikan kalimatnya Ayah dan tuan Saga muncul beriringan, dan seperti

    biasa sekertaris Han megikuti dari belakang. Dengan pandangan datar dan tidak

    bergeming.

    “ Terimakasih anda sudah meluangkan

    waktu tuan.” Ayah Daniah bicara pelan di samping Saga. “ Saya mewakili keluarga

    sangat berterimakasih.

    Saga tidak mendengarkan, Ia

    mengedarkan pandangan mencari Daniah. Tertangkap, sosok gadis itu di antara

    kerumunan anak-anak.

    Apa itu yang dia pakai? Celemek. Kurang

    ajar! Apa kalian menjadikan istriku pelayan di sini.

    Saga mendekati Daniah, gadis itu

    masih ternganga tidak percaya kalau yang sedang berjalan mendekat itu

    benar-benar Saga. Tapi demi melihat siapa yang berdiri di belakangnya, dia

    yakin ini benar tuan Saga.

    “ Aku kemari hanya untuk melihat

    istriku.” Saga melingkarkan lengannya di bahu Daniah, lalu mencium pipi  kiri Daniah. Seisi ruangan ribut. Bahkan

    Daniahpun terlonjak.

    “ Sa, sayang.” Ada apa denganmu,

    kenapa kamu melemparkan nuklir mematikan sekarang. Apa yang ingin kamu tunjukan

    sekarang pada keluargaku. Kalau aku adalah istri yang dicintai. Terserahlah.

    Begitu pikir Daniah, karena ketika

    ekor matanya berkeliling, sepertinya sekarang keluarga besarnya ini melihatnya

    dengan cara yang berbeda. Takjub, bangga, juga menyesal.

    Kalian pasti menyesal karena

    mengacuhkankukan?

    “ Apa ini?” Saga menarik celemek

    yang dipakai Daniah. “ Kamu datang Cuma disuruh jadi pelayan disini.” Melirik

    semua orang, matanya berakhir pada ibu. Wanita itu sudah pucat. “ Apa kamu yang

    menyuruh istriku memakai ini!” Suasana yang tadinya adalah makan malam yang

    menyenangkan dan penuh tawa tiba-tiba berubah tegang.

    Saga membuka ikatan celemek

    di pinggang Daniah, lalu menariknya. Dia melemparkan benda itu kelantai. Tepat

    di hadapan ibu.

    “ Han, catat siapa saja yang sudah berani minta dilayani istriku.”

    Tunggu apa yang mau dilakukannya, apa dia mau balas dendam.

    “ Baik tuan muda,”

    Hei, sekertaris Han jangan asal

    menjawab perintah aneh begitu. Kemana otakmu? Mereka keluargaku tahu!

    “ Sayang.” Daniah melingkarkan

    tangan dipinggang Saga.

    Persetan! Lakukan hal memalukan untuk melunakan amarahnya dulu.

    Semua orang yang melihat terkejut,

    dengan panggilan Daniah pada Saga.  Mereka  semakin menciut ngeri. “ Saya hanya membantu anak-anak.” Kata Daniah pelan menunjuk anak-anak.

    Kenapa mereka

    tidak takut si, tapi malah sepertinya tersihir dengan pesona Tuan Saga. Hei,

    bocah-bocah. Sadarlah, kalian tidak boleh ngefans pada orang semacam dia.

    Kalian tidak boleh meniru tindakannya sekarang, walaupun dia keren dan sok hebat begini. hentikan tatapan terpesona kalian.

    “ Han, catat siapa nama orang tua

    mereka, beraninya menjadikan istriku pengasuh anak-anak.”

    “ Baik tuan muda.”

    Daniah menatap sekertaris Han geram

    sekaligus memohon, hentikan kegilaan majikanmu bukan menurutinya. Kumohon!

    “ Sayang bukan begitu. Saya sedang

    bermain bersama anak-anak. Karena mereka makannya belepotan makanya saya pakai

    celemek.”

    Komohon percayalah seperti

    biasanya. Komohon bodoh sekali ini saja.

    “ Sepertinya memang begitu tuan

    muda, keluarga nona Daniah kan tahu kalau nona Daniah adalah istri anda sekarang.

    Tidak mungkin mereka seberani itu untuk memperlakukan nona tidak baik. Anda

    tidak memanggil nona untuk menjadi pelayankan nyonya?” Han beralih melihat ibu,

    wajah ibu pias.

    “ Ti, tidak tuan. Saya tidak.” Dia

    terbata menjawab, tangannya gemetar.

    “ Sayang.”

    Aku tahu, kata-katamu mengandung

    ancaman mematikan sekertaris Han. Aku harus mengakhiri ini “ Apa anda mau makan

    sesuatu?”

    Saga tersenyum mendengar tawaran

    dari Daniah. Dia melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka masih mematung.

    Menonton dengan perasaan campur aduk, cenderung takut. “Apa yang kalian lihat?

    Lanjutkan makan kalian.”

    “ Ba, baik tuan.” Kemudian mereka

    bubar, kembali kemeja makan. Yang tadi bersuara berisik dan bisik-bisik kini

    suasana menjadi mencekam. Mereka meneruskan makan, walaupun kini tidak terlalu berselera.

    Selamatkan aku sekertaris Han!

    Daniah memohon melalui sorot

    matanya.

    “ Tuan muda saya akan menyiapkan meja di ruangan lain.” Sekertaris Han si pembaca pikiran yang berguna dalam situasi mencekam.

    “ hemm.”

    Saga menarik tangan Daniah agar

    mengikutinya. Mereka duduk di ruang tamu yang lengang.

    “ Bodoh!” tunjuknya di kening

    Daniah.

    “ Apa?” lirih menjawab.

    “ Tundukan kepalamu hanya

    kepadaku!” menuding kening Daniah lagi. “ Pakai namaku untuk membungkam mulut

    mereka.”

    “ saya tidak apa-apa, merekan

    keluarga saya.” Getir menjawab, inilah kelemahan terbesar Daniah.

    “ keluarga. Haha.”

    Saga tertawa sendiri, benar

    keluarga. Itulah tali yang megikatmu denganku. Satu kecupan lembut di pipi

    Daniah, membuat Gadis itu terlonjak. Untung saja dia tidak mendorong tubuh

    Saga. Kalau dia melakukannya karena refleks, maka habislah dia.

    “ Kau senang aku datang?”

    “ Ia sayang.”

    Kali ini aku benar-benar senang

    melihatmu. Kamu datang sudah seperti dewa penolong untukku.

    “ Berterimakasihlah dengan benar.”

    Mengusap bibir Daniah dengan jemarinya, lalu melumat bibir itu. Dia menghentikan

    sebentar serangannya “ Bernafas bodoh!” Gelagapan Daniah menjawab. Serangan selanjutnya

    kembali dilancarkan.

    Diujung ruangan sekertaris Han

    memalingkan wajah.

    BERSAMBUNG..............

Novel