Chapter 79 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 79

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Langkah Daniah terhenti tepat di

    depan dapur. Melihat sepertinya kehidupan di dapur saat ini berjalan diluar

    kebiasaan yang seharusnya.

    Ada apa ini? Ibu sedang di dapur

    dan Risya juga. Kenapa hari ini mereka aneh sekali. Ahh, ia, tentu karena tuan

    Saga ada di sini. mereka sedang cari muka rupanya. Apa mereka mau memasak

    sarapan untuk tuan Saga. Ah, terserah sajalah, lakukan apa yang ingin kalian

    lakukan. Aku mau ambil minum dan sedikit membantu saja.

    “ Niah kenapa sudah bangun? Apa ada

    yang kamu butuhkan, biar ibu siapkan.” Daniah mengeryit, merasa ngeri sendiri.

    Seumur hidup baru pertama kalinya ibu bicara seramah itu padanya. “ Apa tuan

    saga sudah bangun? Apa dia membutuhkan sesuatu.” Masih bicara dengan cara yang

    menakutkan menurut Daniah.

    “ Tidak bu, tuan Saga belum bangun.

    Biar saya membantu di dapur.” Daniah sudah mau megambil pisau dapur.

    “ Apa!” kaget kata dia berteriak

    sendiri. “ Maaf bukan maksud ibu berteriak padamu, masuklah kekamar dan

    istirahatlah. Temani tuan Saga saja.” Ibu menepuk bahu Daniah lembut, sorot

    matanya sekaligus memohon. Pergilah jangan membuat kami dalam masalah begitu

    arti sorot matanya.

    “ Ibu benar, kak Niah istirahat

    saja.”

    Apa! Kak Niah, sejak kapan bocah

    ini memanggilku sesopan ini. Tunggu, kenapa mereka aneh sekali si. Apa kalian

    salah minum obat semalam.

    Daniah mengedarkan pandangan

    menyapu ruangan, tengkuknya merinding, ia merasakan aura kegelapan. Tentu saja,

    di ujung ruangan itu, dia sedang duduk sambil bekerja dengan laptopnya. Ada

    secangkir gelas di sampingnya. Dia memang tidak memandang ke arah dapur atau

    terlihat mendengarkan pembicaraan. Tapi keberadaannya sudah pasti

    mengintimidasi semua penghuni rumah ini.

    Apa karena dia, dua orang ini jadi

    berubah sikap padaku, walaupun sedang tidak ada tuan Saga sekalipun.

    “  Baiklah, saya permisi bu.” Karena tetap tidak diizinkan membantu

    akhirnya Daniah menyingkir secara sukarela.

    “ Ia Niah istirahatlah.” Ibu

    tersenyum.

    Daniah meninggalkan ibu dan Risya

    keluar dari dapur, berjalan mendekati sekertaris Han. Dia masih sibuk dengan

    pekerjaannya. Dia meraih gelas, lalu minum dan meletakannya lagi.

    Apa itu, kenapa gaya minumnya keren

    begitu. Lagi syuting iklan!

    “ Ehmm, ehmm.” Daniah batuk kecil

    di depan sekertaris Han, laki-laki itu mendongak dari layar laptopnya. Dia

    bangun dari duduk. Menggangukan kepala sopan.

    “ Selamat pagi nona, ada yang bisa

    saya bantu?” tanyanya sambil menutup layar laptop, karena dia melihat Daniah

    memiringkan kepalanya mau mengintip apa yang dia kerjakan.

    “Haha.” Ternyata dia sadar aku mau

    mengintip. Peka sekali anda. ” Anda pasti sedang sibuk bekerja di akhir pekan

    ya. Apa anda tidak pulang ke rumah anda? Oh ya, anda punya rumahkan, anda tidak

    tinggal di rumah tuan Sagakan.”

    Dipikir-pikir benar juga, aku

    bahkan tidak tahu setelah dia bekerja dia bernafas gak ya, apa yang dia lakukan

    setelah melepas tanggung jawab melayani tuan Saga padaku kalau sudah di rumah.

    “ Maaf nona, saya tidak bisa

    menjawab pertanyaan pribadi tentang saya.”

    Apa! Kenapa dia selalu dalam

    kondisi fokus si. Padahal kupikir tadi dia akan terjebak dengan pertanyaanku.

    “ Tapi, terimakasih atas perhatian

    anda, saya hidup dengan nyaman selama ini. Apalagi kalau anda bersikap

    sebagaimana mestinya dan tidak menimbulkan masalah.”

    Apalagi si orang ini, bicara

    semaunya persis seperti majikannya.

    “ Tapi, bisakah anda tidak duduk di

    sini sekertaris Han. Kenapa anda tidak kembali ke kamar anda dan bekerja di

    sana. Anda menggangu disini.” Daniah kembali tersadar tujuannya menyapa

    laki-laki dihadapannya ini.

    “ Saya tidak melakukan apapun

    nona.” Menjawab enteng menunjuk laptopnya. “ Saya hanya duduk.”

    Aura kegelapan yang muncul dari

    dirimu, yang bisa meledak kapanpun telah mengintimidasi keluargaku tahu. Ibu

    dan Risya jadi menakutkan begitu sikapnya. Itu karena anda di sinikan

    sekertaris Han, mereka jadi tidak berkutik. Mereka jadi bersikap sangat baik

    padaku. Aku sampai diusir dari dapur, padahal biasanya Risya menarikku untuk

    membuatku ikut mengerjakan pekerjaan rumah.

    “ Tapi sepertinya keluarga saya

    terganggu.” Daniah menunjuk ibu dan Risya yang memandang dari kejauhan. “

    Lihat! Mereka ketakutan melihat anda.”

    “ Padahal saya tidak melakukan

    apa-apa lho.” Tersenyum tipis sambil melihat dapur.

    “ Itu karena anda memang

    menakutkan, belum sadar juga.” Gumam-gumam kecil sambil membuang muka.

    “ Saya dengar itu nona.”

    “ haha, sebaiknya anda minum

    minuman sehat sekertaris Han kalau pagi. Minum jus buah jangan kopi, supaya

    lambung anda sehat. haha Baiklah saya mau menyiapkan sarapan untuk tuan Saga

    saja, tapi kalau anda tidak mau kembali ke kamar bisakah pindah ke ruang tamu.”

    Paling tidak aku hanya perlu

    mengusirnya dari duduknya disinikan, biar dia tidak membuat ibu dan Risya

    ketakutan begitu.

    “ Pak Mun akan mengantar sarapan

    tuan muda, sekarang nona kembalilah ke kamar.”

    “ Apa! Pak Mun.” Ibu dan bibi

    bahkan sedang sibuk memasak sarapan sekarang. Daniah melihat ke arah dapur “

    Saya bisa menyiapkan disini, ibu juga sedang memasak di dapur.”

    “ Tuan muda tidak suka makan

    makanan yang dimasak sembarang orang.”

    Huh! Lagi-lagi sang raja berulah

    dan pelayannya jauh lebih bertingkah karena sedikitpun tidak pernah membantah.

    “ Apa perlu saya mengantar anda ke kamar

    nona.” Sepertinya Han sudah mulai kesal, dia ingin segera menyelesaikan

    pekerjaannya.

    “ Tidak! Saya bisa sendiri.” Daniah

    mendengus sebal, tau dia sudah diusir.

    “ Baiklah, selamat istirahat.” Mengangukan

    kepalanya hormat.

    “ Ini sudah pagi, memang siapa yang

    mau tidur lagi.” Menatap kesal sambil berlalu. Daniah menghentikan langkah

    menuju kamarnya dia kembali ke dapur bicara pada ibu.

    “ Maaf bu, ibu tidak perlu

    menyiapkan sarapan untuk tuan Saga.”bicara langsung saja begini pikirnya.

    “ Kenapa?” ibu merasa kuatir karena

    takut tuan Saga tidak nyaman.

    “ Pelayan tuan Saga akan

    mengirimkan makanan nanti.”

    “ Apa! Padahal ibu sudah bangun

    sepagi ini untuk memasak sarapan!” Ibu memegang tangan Risya. Gadis itu

    tersadar telah melakukan kesalahan lagi.

    “ Risya, hentikan. Minta maaf pada

    kakakmu!”

    Risya menggigit bibirnya kelu,

    menatap sekertaris Han yang duduk di kursinya, pandangan mereka bertemu. Gadis

    itu gemetar.

    “ Maaf kak Niah, maafkan aku.”

    Mengatupkan kedua tangannya ke depan wajah.

    “ kembalilah kekamarmu, tuan Saga

    mungkin membutuhkanmu.”

    “ Baik bu.”

    Benarkan, ini karena kamu duduk di

    sanakan, ibu dan Risya jadi bersikap seaneh itu. Tidak usah tersenyum begitu,

    semakin membuat ibu dan Risya ketakutan tahu.

    Saat Daniah masuk ke dalam kamar,

    bersamaan Saga keluar dari kamar mandi. Dia sedang mengeringkan rambutnya

    dengan handuk. Lagi-lagi bertelanjang dada.

    “ Naik!” Katanya tegas.

    “ Apa! Naik.” Tidak kalah kaget

    menjawab.

    Mau apa lagi dia, tunggu, kenapa

    kamu naik lagi ketempat tidur. Mau apa lagi sekarang, tidak lihat matahari di

    luar jendela itu.

    Saga sudah duduk bersandar di tempat tidur,

    menepuk ruang kosong di sebelahnya. Artinya menyuruh Daniah duduk di sana.

    “ Sayang, apa yang mau anda

    lakukan, bukankah saatnya bangun, ini sudah pagi.” Daniah menunjuk jendela

    kamar.

    “ Tidur, memang mau melakukan apa

    di akhir pekan. Aku hanya ingin bermalas-malasan hari ini.” Saga menjatuhkan

    diri, sudah berbaring di tempat tidur. Masih menepuk kasur di sampingnya.

    Apa! Kenapa kau mau

    bermalas-malasan saat dirumahku begini. Biasanya juga akhir pekan kadang kamukan

    pergi bekerja juga.

    “ Naik.” Saga melemparkan handuk

    kecil ditangannya, mendarat di tubuh Daniah. Membuat gadis itu reflek langsung

    bergerak naik ketempat tidur.

    “ Kau belum membayarku dengan

    benarkan?”

    Apa! Lalu malam tadi apa!

    “ Bukankah semalam saya sudah.”

    Sambil menutup wajah dengan tangan, malu meneruskan kaliamatnya.

    “ Semalam, itu hukuman karena

    berhenti memijatku dan mengoceh kemana-mana dibalik punggungku.”

    Sial! Benar-benar mendengar

    berarti. Jadi kamu pura-pura tidurkan!

    “ Aku sudah memberi ayahmu hadiah

    istimewa semalam di hari ulang tahunnya, sekarang saatnya kamu berterimakasihkan?”

    Apa! Memang kamu memberi apa pada

    ayahku. Aku bahkan tidak melihatmu memberi kado apa-apa, selain kemunculanmu

    yang dramatis itu. Tunggu, kamu tidak sedang berfikir kalau kedatanganmu itu

    hadiah istimewa untuk ayahkan. Walaupun itu benar, tapi kenapa terasa

    mengelikan begini si.

    “ Aku bahkan datang kepesta orang

    tuamu, meladeni keluargamu bicara. Apa itu semua tidak kamu anggap hutang yang

    harus kamu bayar”

    Benar, itu berkah untuk rakyat

    jelata seperti kami. Ayah bisa sangat bangga dan membusungkan dada dengan

    kedatanganmu. Menantu terhormat negri ini.

    “ Terimakasih Sayang, kehadiran

    anda sungguh hadiah istimewa diulang tahun ayah. Saya sungguh berterimakasih.” Baik

    berterimakasihlah dengan kata-kata manis Daniah, selesaikan ini dan bangun.

    “ Itu saja.” Saga sudah menarik

    rambut Daniah, menggulungnya pelan. “ Aku mau yang lainnya.” Bulu kudu Daniah

    merinding saat Saga mulai menciumi rambutnya.

    “ Apa yang bisa saya berikan?”

    Hemm.” Sok berfikir “ Aku

    memberikan tubuhku untuk hadir diulang tahun ayahmu, kau harus membayarnya

    setimpal juga donk. Itu baru adil.” Daniah sudah ambruk karena Saga mendorong

    dengan bahunya. “ Bagaimana?”

    “ Benar, anda benar sekali.” Terpaksa

    tertawa.

    Licik sekali kamu heh! Lagi-lagi

    memojokanku dengan cara begini. Seperti aku berhutang dunia saja padamu.

    Daniah sperei tempat tidur,

    membiarkan Saga melakukan sekali lagi mendapatkan apa yang ingin ia lakukan.

    Sementara matahari terus bergerak naik.

    Aaa aku lapar, karena kaget melihat

    ibu dan Risya aku bahkan tidak makan tadi.

    BERSAMBUNG

Novel