Chapter 84 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 84

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Cuaca pagi yang hangat, matahari

    masih malu-malu menampakan diri. Akhir-akhir ini cuaca memang cenderung cerah.

    Hujan masih jarang turun membasahi bumi. Setiap orang bersemangat untuk

    menyambut pagi. Tapi sepertinya tidak dengan seseorang.

    Daniah duduk di ruang ganti baju.

    Diam berfikir dalam. Bengong. Wajahnya sedikit memerah, dia menundukan kepala

    malu. Merasa di gerogoti dari dalam. Padahal dia sendiri menyadari bahwa tidak

    ada yang tahu, karena ini mimpinya sendiri. Tapi ntah kenapa dia merasa sangat

    malu.

    Apa yang ada di kepalaku si, kenapa

    aku sampai bermimpi mesum. Aku mimpi tuan Saga menciumiku. Dan sepertinya,

    kenapa aku menikmati. Dasar tidak tahu diri. Apa ini efek pembicaraanku dengan

    jen kemarin sampai terbawa mimpi segala.

    Daniah memaki dirinya sendiri, kesal

    karena merasa tidak berdaya. Kata-kata jen kemarin kembali terlintas dipikirannya,

    menghantui dan berlarian mengejar. Bunyi pintu kamar mandi terbuka membuat

    Daniah berdiri terkejut. Sejenak pikirannya mengenai mimpinya semalam buyar.

    Saga keluar dari kamar mandi hanya

    memakai handuk yang melingkar di pinggangnya, dia sedang mengeringkan rambut.

    Sambil mengibaskannya.

    Kenapa dia terlihat tampan

    begitu...

    “Memang kakak ipar tidak

    berdebar-debar apa kalau sedang bersama kak Saga. Kalau sedang menyentuh dada

    bidang dan putihnya kak Saga”

    Glek, Daniah menelan ludah sendiri.

    “ Sudah puas melihatnya?” Daniah

    terperanjak karena Saga sudah berdiri di depannya. Dia mengibaskan rambutnya

    lagi. “ Kenapa? Kau mau menyentuhnya.” Saga menyentuh dadanya yang terbuka. “

    Liurmu sudah mau menetes tuh.”

    Daniah refleks langsung mengelap

    mulutnya. Saga tergelak.

    “ Kemarilah!” Daniah malam membeku.

    Dia tidak berani mendekat sedikitpun. Kalau sampai selangkah saja dia maju, dia

    sadar pagi ini tidak akan terlewat semudah itu. “ Aku mengizinkanmu

    menyentuhnya.” Saga menepuk dadanya beberapa kali, sambil tersenyum tipis.

    “ Tidak sayang, saya tidak apa-apa.

    Saya keluar dulu, silahkan ganti baju.”

    Kaki Saga sudah menghadang langkah

    Daniah. Membuat Daniah berhenti melangkah dan tidak bisa bergerak lagi.

    Bibirnya sedikit merengut. Dia paham, bahwa pagi ini tidak bisa keluar kamar

    semudah biasanya. Tai saat matanya menatap tubuh terbuka Saga, wajahnya memerah

    dengan sendirinya.

    “ Kenapa wajahmu semerah itu, apa

    yang kamu pikirkan. Jangan-jangan kamu sedang berfikir hal mesum ya.” Tambah

    merah muka Daniah karena Saga berkata seperti itu. Dia menutup wajahnya.

    Mimpinya semalam kembali terlintas nyata di kepalanya.

    “ Tidak sayang, saya hanya

    bermimpi.” Menutup mulutnya sendiri. Menyesali kalimat yang keluar dari

    mulutnya barusan. Ia merasa geli sekaligus malu teramat sangat.

    “ Mimpi, jadi kamu mimpi mesum ya.”

    Tertawa. Padahal dia jelas sedang merasa sangat senang sekarang.

    Haha, jadi dia setengah sadar dan menggangap

    yang semalam itu mimpi ya.

    “ Kemarilah.” Saga menarik tangan

    Daniah yang sudah berdiri di depannya. Dia meletakan tangan itu di dadanya. “

    Bagaimana kau suka?”

    Kumohon biarkan aku tengelam di

    dasar bumi saja, ini terlalu memalukan. Daniah menjerit dalam hati, dia bahkan

    tidak mau menatap Saga karena perasaan malu.

    “ Beri tanda di sini!” Saga

    menunjuk dadanya.

    “ Apa!” Apa dia sudah gila!

    Maksudnya kecupan yang sering dia berikan padakukan. Stempel kepemilikan.

    “ Kau boleh menciumku, itu yang

    kamu inginkankan dari tadikan?” Masih memegang tangan Daniah yang menempel di

    dadanya. Dia mencubit tangan itu karena Daniah tidak bereaksi. “ Aku

    mendengarmu menelan ludah saat menatapku lho.”

    “ Ti, tidak sayang.”

    Aku harus segera keluar dari ruang

    baju.

    “ Tidak!” sudah terdengar nada

    tidak suka. Saga sudah mencengkram Dagu Daniah. “ Benar, tidak mau menciumku.”

    Sorot matanyanya mengatakan, kalau kau pergi tanpa menciumku lihat apa yang aku

    lakukan padamu nanti.

    Cih, begini yang katanya jen kalau

    kakaknya mencintaiku.

    “ Ia sayang, ia saya mau.” Tidak

    punya pilihan lain lagi.

    Daniah menjinjit, memberi kecupan

    keras di dada Saga. Laki-laki itu tergelak, melihat usaha Daniah. Yang mencium

    dengan kaku. Dia menunjuk leher kirinya. Mengetuknya beberapa kali. Agar Daniah

    melakukan hal yang sama di sana.

    Apa! Dia mau lagi.

    Satu kecupan lagi membekas. Saga

    menunjuk bagian yang lain lagi. Tidak sanggup menunjukan reaksi kesal. Dia memberi  satu kecupan merah lagi di leher bagian kanan

    yang dia tunjuk dengan jarinya. Setelah tiga tanda merah sepertinya Saga sudah

    merasa cukup. Dia melepaskan tangan yang melingkar memeluk Daniah.

    “ Kau senang sekarang?” Padahal

    jelas-jelas dia yang berwajah puas, masih saja menjahili istrinya dengan

    kata-katanya.

    “ Haha, ia saya senang sekali.”

    Kenapa kau pintar sekali membalikan fakta begini!

    “ Keluar sana, aku mau ganti baju.”

    Mengusir, setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tersenyum tipis saat

    mendengar jawaban Daniah. Suara dia sudah tertahan karena kesal dan malu.

    “ Baik sayang.” Pergi meninggalkan

    Saga tanpa menoleh lagi.

    Di belakangnya Saga tergelak, Dia

    menyusuri tubuhnya sendiri dalam pantulan kaca, melihat tanda merah yang

    ditingalkan Daniah. Menghitungnya.

    Sementara Daniah menyeret tubuhnya

    lunglai, baru sepagi ini, tapi dia sudah kehabisan energi. Dia mengambil sepatu

    Saga. Lalu ambruk di sofa sambil memeluknya. Bengong lagi. Pikirannya mengudara

    belarian.

    Apa itu yang dibilang mencintaiku!

    Sudah gila ya! Aku tidak akan percaya sedikitpun padamu lagi Jen.

    Selang tidak lama. Saga keluar dari

    ruang ganti, sudah bisa menguasai tawanya. Tapi masih tergelak tanpa suara

    ketika melihat Daniah terbaring di sofa sambil memeluk sepatu. Bengong seperti

    kehilangan separuh nyawa. Saat melihat Saga sudah ada di depannya Daniah

    refleks bangun. Dia masih memeluk sepatunya.

    “ Kenapa rambutmu bisa lucu

    begini?” Menggulung rambut saat daniah berlutut memakaikan sepatu. Dia

    bertanya, tapi Daniah tidak mau menjawab apa-apa.

    Apa! Sekarang dia bilang lucu.

    Kemarinkan dia bilang jelek dan kampungan.

    Saga menepuk sofa di sebelahnya

    setelah Daniah selesai, menyuruh Daniah duduk di sana. Gadis itu patuh, dia

    duduk menjauh.

    “ Apa yang kau lakukan kemarin

    bersama jen dan Sofi.” Mencari tahu apa yang sudah dia tahu. Tidak mungkin tuan

    Saga tidak tahu fikir Daniah, dia hanya ingin mengkonfirmasi.

    “ Kami pergi ke wahana permainan,

    dan makan malam.” Ceritakan saja garis besarnya.

    “ Tidak jadi menonton film.” Saga

    bertanya sambil mendekatkan wajahnya, dia mencium rambut daniah.

    “ Tidak.” Mengeser tubuh. Tapi

    sepertinya jangankan menjauh, dia malam bergerak mendekati Saga. Karena laki-laki

    itu menarik rambutnya.

    “ Apa yang kamu bicarakan dengan

    Jen dan Sofi?”

    Daniah terdiam sesaat. Memutar otak

    berfikir, apa yang harus dia berikan sebagai jawaban. Tidak mungkinkan obrolan

    unfaedahnya bersama Jen harus dia ceritakan.

    “ Kami hanya mengobrol biasa

    sayang.” Seharusnya kalimat ini berhasilkan, begitu pikir Daniah.

    “ Benarkah? Jelaskan semua, kalau

    kamu tidak mau, aku bisa bertanya pada Jen dan Sofi.” Ternyata tidak bagi Saga.

    Dia ingin tahu, semua, sampai detail sederhananya.

    Benar laki-laki ini sangat

    mendetail.

    “ Tapi anda jangan marah ya.”

    Menyentuh tangan Saga dan mengengamnya, agar tangan itu berhenti memainkan

    rambutnya. Saat Daniah berhasil menghentikan tangan tapi tidak berhasil

    menghentikan bibir. Saga kembali menciumi rambut Daniah.

    Anda kenapa si, sudah tergila-gila

    dengan rambut saya ya!

    “  Berani sekali kamu sekarang ya. Kalau

    pembicaraanmu dengan jen bisa membuatku marah, masih berani menyembunyikannya.”

    Mencium leher Daniah tiba-tiba, Gadis itu kaget tapi tubuhnya membeku. “

    Katakan!”

    Dia ini kenapa si?

    “ Kata Jen, anda baru pertama kali

    tidur dengan wanita itu saat malam pertama kita.” Membuang muka kearah yang

    berlawanan dengan wajah Saga.

    Habislah aku, sudah bergosip.

    “ Jen mengatakan begitu? Apa dia

    juga bilang kalau aku mencintaimu.” Lagi-lagi mengatakan seringan dia tersenyum.

    Padahal kata-katanya yang barusan seharusnya syarat akan makna.

    Eh, bagaimana dia bisa tahu.

    Tunggu, dia tidak memasang alat penyadap dalam tubuhkukan.

    Saat lagi lagi Saga menyentuh

    rambut Daniah, gadis itu menjawab cepat.“ I, ia.”

    “ Dan kamu percaya?” Tangan dan

    jemari Saga yang lembut menyusuri garis wajah Daniah, menempel pada bibir

    mungil yang merona merah itu. Dia menghentikan tangannya menunggu jawabaan

    Daniah.

    “ Tidak sayang, saya  rasa Jen pasti hanya bercanda .”

    “ Baguslah!”

    Saga mendorong tubuh Daniah sampai

    dia ambruk di sofa, laki-laki itu mengendurkan dasi yang baru dia pakai. Lalu

    menarik dan melemparkannya sembarangan. Daniah sudah merasa gelagat

    mencurigakan.

    Mau apa dia? Apa dia marah karena

    kata-kata Jen. Kenapa melampiaskan padaku!

    “ Sayang, anda mau bekerjakan.

    Sekertaris Han juga pasti sudah sampai.”

    “ Kenapa? Bukankah ini yang kamu

    inginkan semalam. Kamu sampai bermimpi mesumkan. Aku hanya mewujudkan apa yang kamu impikan. seharusnya kamu berterimakasih padaku.” Saga menarik baju Daniah

    dengan kasar, dan membuangnya, terongok di bawah kursi. “ Apa kau mau aku mencintaimu?”

    menciumu bagian Dada Daniah. Meninggalkan kecupan merah di samping yang ia

    berikan semalam.

    “ Saya tidak berani berharap

    sayang, andakan sudah mencintai wanita lain.” Terbata menjawab. Daniah sudah

    memalingkan wajahnya.

    “ Tapi aku mau kau mencintaiku.” Kata-kata Saga menancap di dada Daniah.

    “ Apa!”

    Ada apa dengannya. Kenapa dia mau aku mencintainya.

    “Aku mau kau mencintaiku. Katakan

    kau mencintaiku.”

    Tidak mau!

    Saga mengigit bibir Daniah saat

    gadis itu hanya diam memalingkan wajah sambil menggigit bibirnya, memaksanya

    untuk mengatakan.

    “ Saya mencintai anda.” Pasrah

    Sampai Saga menyelesaikan

    urusannya, bibir Daniah beberapa kali lirih mengatakannya.

    “ Saya mencintaimu sayang.”

    Pak mun menuruni tangga, sendirian.

    Ibu dan kedua anaknya berfikir heran kenapa dia turun sendiri. Sebelum mereka

    bertanya Pak Mun sudah berjalan mendekati sekertaris Han yang sedang duduk

    sambil menikmati segelas jus buah dan roti isi.

    “ Kenapa?” Han mendongak dari

    pekerjaannya.

    “ Sepertinya tuan muda baru akan

    turun satu jam lagi.”

    Apa! Padahal pagi ini ada pertemuan.

    Han mengeram kesal sendiri. Dia mengusir pak Mun dengan tangannya. Laki-laki

    itu paham dan meninggalkannya. Menemui ketiga wanita yang sedang ada di meja

    makan. Untuk memulai sarapan terlebih dahulu.

    “ Gila, kakak ipar luar biasa.” Jen

    tertawa karena tahu sedang terjadi apa di lantai atas. Sofi yang masih berjiwa

    agak polos meminta penjelasan. Jen hanya terbahak membalasnya. Sementara ibu

    menatap tangga dengan kesal.

    Sekertaris Han menghabiskan

    sarapannya, lalu membawa laptopnya menuju ruangan kerja Saga. Dia menelfon

    sebelum masuk.

    “ Mundurkan semua jadwal tuan Saga

    sampai dua jam kedepan.”

    BERSAMBUNG.....................

Novel