Chapter 91 - Terpaksa Menikahi Tuan Muda - NovelsTime

Terpaksa Menikahi Tuan Muda

Chapter 91

Author: LaSheira
updatedAt: 2025-05-01

Ruko milik Daniah

    Kembali bekerja, kembali

    mengumpulkan uang hasil keringat sendiri. Sekarang, bahkan dia tidak tahu

    alasan apa yang membuatnya masih bersemangat menjalankan toko onlinenya. Uang

    yang diterimanya dari tuan Saga sangat jauh dari nominal pendapatannya. Makin

    hari ketika waktu bergulir dan berlarian di sekitarnya, seperti mengataakan,

    sudahlah terima nasibmu sebagai istri tuan Saga. Jangan pura-pura ingin lari

    dan pergi. Memang kamu mau kemana?

    Apa kamu benar tidak suka pada tuan

    Saga? Apa benar kamu tidak akan menangis kalau dia membuangmu. Lihat, dasar

    tidak tahu malu, kau menikmati tidur bersamanya setiap malamkan? Kamu tersipu

    saat dia mengatakan kamu cantikkan, ya walaupun pujian itu bisa jadi lidahnya

    hanya kepeleset. Hemm, bagaimana saat dia memanggilmu sayang. Jantungmu ingin

    meledak saking senangnya ya kan.

    Diam kau hati kurang ajar! Aku ini

    pemilikmu, jangan menghianatiku.

    Daniah mengusir kegalauannya

    kembali dengan jauh lebih bersemangat bekerja.

    “ Dorong tik!” aaaaaa, Daniah menarik

    sekuat tenaga paket besar berisi pakaian anak menuju lantai dua. Tika mendorong

    dari bawah ngos-ngosan juga. Ini paket ke tiga hari ini. Ambruk di kasur

    setelah ke tiga paket mendarat dengan sempurna. “ aaaaa, aku ingin punya toko

    satu lantai aja!, yang besar, luas, lebar!” berteriak keras agar impiannya

    terbang ke langit tinggi. Sementara Tika tertawa, duduk bersandar di tempat

    tidur, di mana Daniah berbaring meluruskan pinggangnya.

    “ Mbak Niah, boleh aku tanya gak.”

    Setelah menengak hampir separuh dari botol minuman dingin di tangannya. Dia

    melirik bos wanitanya itu.

    “ Kenapa?”

    Ada apa ini, biasanya juga gak

    pernah izin kalau mau bertanya.

    “ Memang tuan Saga gak komentar

    tentang pekerjaan mbak Niah. Ya, semua orang jugakan tahu mbak kekayaan tuan

    Saga itu sampai semana kalau di jejerin.” Tika tertawa sendiri mendengar

    kalimatnya. Rasanya memang tidak ada angka pasti kalau untuk menghitung berapa

    uang tuan Saga. Daniah sendiripun tidak tahu berapa perusahaan yang dimilikinya

    di bawah Antarna Group.

    Daniah menatap langit-langit

    ruangan. Nafasnya terhembus berat.

    Karena aku tidak tahu kedepannya

    bagaimana nasibku Tika. Apa aku masih tetap bisa berada di samping tuan Saga

    atau tidak. Sampai hari ini, mungkin cuma hatiku yang sedikit bergoyah karena

    sikap lembutnya. Tapi aku tidak mau berharap.

    “ Dia tidak pernah bertanyaa juga Tika

    berapa omset jualanku. Yang penting aku pulang tepat waktu dan ada di rumah

    saat dia kembali, itu sudah cukup.”

    “ Ya ampun sweat banget si suami

    mbak Niah, jadi dia selalu minta di sambut ya kalau pulang. Ciee, ciee, mbak

    Niah gimana menyambutnya. Langsung peluk tuan Saga kalau pas turun dari mobil

    atau gimana. Hehe.”

    Gak gitu kali! Kebanyakan kena

    racun drama ya otakmu itu.

    “ Huss mau tau aja, urusan orang

    dewasa.” Daniah duduk, meraih botol minum yang tadi di minum Tika, lalu

    menghabiskan isinya sampai tak bersisa. “ Aaaa, segarnya.”

    “  Oh ya mbak, apa gak papa kalau mbak sekarang

    selalu beli makanan mewah banyak-banyak untuk

    kami. Walaupun kami senang, hehe, tapi itukan gak murah mbak.”

    Karyawanku memang baik-baik ya,

    mereka ini gak pernah banyak menuntut dan bekerja keras. Tapi kalau aku memberi

    sesuatu apapun itu wujudnya mereka selalu berterimakasih dengan tulus. Aaaa,

    aku ingin memeluk mereka satu-satu. Mereka yang sudah berjuang bersamaku dari

    bawah.

    “ Hehe, akukan pakai kartunya tuan

    Saga. Tenang saja, kalau aku tidak memakai uangnya dia malah bisa ngamuk.

    Hitung-hitung kita membantunya menghabiskan uang.”

    “ enaknya jadi mbak Niah, aku juga

    ingin punya suami seperti tuan Saga.” Tika tertawa sambil berangan-angan.

    Menuliskan karakter impiannya untuk menjadi pasangan.

    Jangan Tika, jangan berharap dan

    bermimpi punya suami seperti dia.

    Dering hp membuyarkan obrolan

    mereka, bersamaan dua karyawan muncul dari lantai bawah. Mereka sudah terlihat

    puas istirahat. Makan enak, perut kenyang, saatnya kembali bekerja lagi. Daniah

    mengambil tas yang terongok di pojok tempat tidur. Sementara Tika bicara dengan

    teman karyawannya.

    “ Sudah selesai makan siangnya?”

    “ Ia mbak.”

    “ Kita pisahkan dulu baju-bajunya

    aja ya, pisahkan semua yang punya reseller dulu. Catatannya ada di laci.”

    Mereka mengambil buku sesuai instruksi Tika. Sementara Daniah  masih mencari-cari hp yang berbunyi di dalam

    tas.

    “ Hallo dek kenapa?” mendengarkan

    pembicaraan adiknya. “ kenapa? Ibu dan Risya juga? Memang mereka mau apa?” diam

    mendengarkan. “ Baiklah, Kak Niah tunggu ya,”.

    Sambungan terputus.

    Daniah membisu di atas tempat tdur,

    hpnya ada di dekat kakinya. Pikirannya berlarian kemana-mana.

    Risya dan ibu, mau apa mereka. Kenapa

    aku merasa sangat tidak nyaman begini. Mereka tidak akan melakukan apa-apakan.

    Mereka tidak akan membalasku karena kejadian ulang tahun ayahkan. Karena ada

    tuan Saga waktu itu merekakan jadi tidak bisa mengerjaiku. Tapi merekakan

    datang bersama Raksa. Seharusnya tidak apa-apa.

    Sudah hampir jam tiga, Daniah

    sedang membungkus paket-paket kecil orderan eceran. Sementara yang lain

    membungkus paket-paket yang lebih besar milik para reseller. Daniah masih

    tampak gelisah. Saat Tika berteriak dari lantai bawah membuatnya terlonjak.

    Terkejut. Mengatakan Raksa menunggu di luar ruko.

    “ Ia sebentar!”

    Sebaiknya aku menghubungi

    sekertaris Han dulu, menanyakan tuan Saga akan kembali sebelum makan malam atau

    tidak.

    “ Sekertaris Han, apa tuan Saga

    akan kembali sebelum makan malam.” Pesan terkirim.

    “ Ia nona.” Jawaban secepat kilat.

    Hidih, apa hp itu selalu di

    gengamnya.  Bagaimana reaksinya sangat

    tangap begini. Jadi aku harus kembali sebelum jam lima berarti ya. Bagaimana

    kalau mereka lama ya.

    “ Apa anda bisa membawa tuan Saga

    pergi kemana dulu gitu, sebelum pulang. Sepertinya saya ada sedikit keperluan

    mendesak. Jadi saya takut belum bisa kembali pada waktunya.” Memberi emoji

    memohon dengan kedua tangan terkatup.

    “ Apa yang akan anda lakukan nona?”

    Kalimatnya sudah seperti

    mengatakan, jangan berbuat yang merepotkan nona. Kembalilah tepat waktu dan

    jangan membuat masalah.

    “ Tidak, aku hanya ingin bertemu

    dengan adikku.” Maaf Raksa aku hanya memakai namamu, karena kalau menyebut ibu

    dan Risya pati butuh perizinan yang lebih lama.

    “ Baiklah, akan saya sampaikan pada

    tuan muda.”

    “ Benarkah?”

    Agak lama jeda menunggu, tidak

    seperti tadi. Mungkin sekertaris Han sedang bertanya pada tuan Saga.

    “ Nikmati waktu anda bersama adik

    anda, sampai jumpa nanti.”

    Kenapa aku merasa setiap kalimatnya

    selalu bermakna terselubung si. Dia tidak akan tiba-tiba muncul di rukoku

    nantikan?

    Daniah bergegas turun setelah

    menyelesaikan pesannya. Dia keluar dari ruko mendapati mereka bertiga sedang

    duduk di kursi taman. Saat melihatnya muncul Raksa yang berlari mendekat.

    “ Kak Niah.” Mengandeng tangan

    Daniah mendekati ibu dan Risya.

    “ Ehh. Ibu apa kabar?” Daniah

    tersenyum sekenanya pada ibunya.

    “ Niah yang apa kabarnya, sudah

    lama ya tidak bertemu.” Ibu datang memeluk Daniah duluan, membuat Daniah

    bereaksi dengan menarik tangannya. Dia memandang Raksa. Adiknya menggangkat

    bahu.

    “ Bagaimana kalau kita bicara di

    dalam saja.” Daniah tahu, ini sikap tidak wajar. Cara ibu memperlakukannya

    tidak berbeda saat ulang tahun ayah. Tapi waktu itukan ada tuan Saga dan

    sekertaris Han yang seperti hantu di mana-mana. Tapi kalau sekarang, merekakan

    tidak ada yang mengawasi.

    “ Baiklah.” Ibu dan Risya berjalan

    di depan mereka.

    “ Ada apa ini?” berbisik di samping

    Raksa.

    “ Tidak tahu kak.”

    Semua karyawan pindah ke lantai

    satu. Raksa membantu memindahkan boks paketan dari lantai dua. Dia ikut

    bergabung membantu mengantikan Daniah. Membungkus paket. Melirik sebentar ke

    tangga.

    “ Kak Niah gak papa di tinggal

    sendirian?” Tika merasa kuatir, dia tahu bagaimana hubungan keluarga ini. Dia

    tahu kalau selama ini yang baik pada Daniah hanya laki-laki di hadapannya ini.

    “ Mas Raksa naik aja temani mbak Niah.” Merebut lakban putih benih di tangan

    Raksa.

    “ Sepertinya gak papa. Kalau kak

    Niah berteriak nanti baru aku ke atas.” Merebut kembali lakban di tangan Tika.

    Sambil mendelik.

    “ Ia, ia mas maaf. Ini yang ada di

    boks ini yang sudah bisa dipasang lakban. Mohon bantuannya ya mas Raksa.”

    “ Hehe, gitu donk.”

    Dengan senang hati membantu, bagian

    yang paling di senangi Raksa saat membungkus paket adalah memberi lakban pada

    paket-paket yang sudah selesai di beri alamat. Dia tinggal finishing akhir.

    Bunyi gulungan lakban yang tertarik ntah kenapa menurutnya lucu. Hingga kadang

    dia membungkus paket sampai lakbannya double berkali lipat. Tuh kan, Tika

    merebut lakban di tangan Raksa kalau dia sudah diluar kendali.

    “ Ia, ia maaf. Habis seru si

    suaranya.”

    Yang lain hanya bisa geleng kepala

    melihat kelakuan Raksa.

    Untung kamu adik yang di sayangi mbak Niah.

    BERSAMBUNG

Novel